Waterboom Kalibening Magelang


Kalibening, dari namanya saja kita sudah bisa menebak bahwa kata tersebut tentu berhubungan dengan air, mata air, dan sungai atau kali. Memang tidak salah karena Kalibening memang nama sebuah mata air jernih alias bening yang terdapat di wilayah Desa Payaman, Kecamatan Secang, wilayah Magelang utara. Semenjak dahulu kala, Kalibening terkenal karena memiliki mata air besar di sisi timur aliran sungai Progo. Mata air itu kemudian dimanfaatkan untuk mengisi kolam renang yang dibuka untuk umum. Tempat itulah yang kemudian dikenal sebagai Obyek Wisata Pemandian Kalibening.Kalibening1

Sebagaimana pernah saya kisahkan di sini, sudah sekitar satu tahun ini di Pemandian Kalibening dilakukan penataan ulang tata ruang dan bangunannya. Konon sebuah konsorsium besar dari tetangga provinsi menjadi investor yang ingin mengubah kolam renang yang lama untuk digantikan menjadi arena permainan air yang lebih megah dan modern. Kondisi wisata Kalibeing yang sebelumnya terlihat lesu, mati suri, serta hidup segan matipun tidak sanggup sudah pasti memerlukan penanganan baru untuk membangkitkan diri.

Kalibening di masa jayanya pada waktu lalu jelas merupakan sebuah sarana umum yang sangat murah meriah dan terjangkau oleh kabanyakan kaum papa. Sebagai sebuah sarana milik publik, Pemandian Kalibeing memiliki fungsi ganda, sebagai sarana olah raga dan sekaligus menjadi tempat wisata. Sebagai sarana olah raga, di Pemandian Kalibening dilengkapi dengan kolam renang kanak-kanak, remaja dan usia dewasa. Di sana juga tersedia kolam renang besar yang berukuran standar internasional dengan panjang 50 m, lengkap dengan 12 lintasan pacu. Bisa jadi, Pemandian Kalibeing merupakan fasilitas yang memiliki kolam standar yang dipergunakan untuk latihan bagi para atlit renang andalan di masa itu.

Saat ini di wilayah Magelang telah banyak dibangun fasilitas kolam renang baru yang lebih menarik dan reprsentatatif, seperti kolam renang Kyai Langgeng, Tirta Aji, Mendut dan Pisangan. Dengan sarana dan prasarana yang lebih baru, sudah pasti Kalibening menjadi terpinggirkan dalam derasnya persaingan bisnis. Di samping itu, di berbagai daerah tetangga, semisal Temanggung dan Purbalingga, telah memiliki sarana pemandian dan taman bermain air yang lebih modern, lengkap dengan berbagai wahana permaian yang menarik pengunjung untuk datang.

Kalibening2Memang untuk sebuah fasilitas taman bermain air yang modern, semisal Ocean Park di BSD Tangerang, Water Park Cikarang, the Jungle di Cisarua, Owabong di Purbalingga, termasuk Pikatan di Temanggung, tentu saja memegang prinsip ono rego ono rupo, ada harga ada rupa. Hal ini berarti bahwa fasilitas yang baru dan lebih modern juga dikenakan tarif tiket yang lebih mahal. Katakanlah seperti Ocean Park di BSD mengenakan tarif tiket sebesar Rp. 70.000,-. Akankah ke depan, water boom Kalibening juga dibangun dalam rangka menarik tarif tiket yang lebih mahal? Seperti apakah keberpihakan pengelola nantinya terhadap masyarakat sekitar yang sebagian besar masih memiliki tingkat perekonomian menengah ke bawah.

Ketika pertama kali mendengar rencana pembangunan water boom Kalibening, pikiran saya langsung membayangkan bahwa di Kalibening akan dibangun sebuah areal wisata air yang sangat luas, lengkap dengan berbagai wahana permainan modern, seperti taman air, plosodan raksasa, hingga kolam yang digoyang dengan ombak buatan yang memberikan kesan seolah para pengunjung sedang bersantai ria di tepian pantai sungguhan. Maka secara spontan pula saya membayangkan tarif untuk tiket masuk ke water boom Kalibening tentunya kelak akan sangat mahal, paling tidak untuk ukuran masyarakat Magelang secara umum.

Namun demikian, di awal musim penghujan yang lalu, saya sempat melewati kawasan proyek pembangunan water boom Kalibening yang sebelumnya merupakan kawasan Pemandian Kalibening lama. Saya sempat memperkirakan setelah lebih dari waktu satu tahan pelaksanaan proyek, semestinya pengerjaan water boom sudah memasuki tahapan penyelesaian. Akan tetapi sebagaimana rentang waktu jadwal sebuah proyek di tanah air ini, kata-kata molor merupakan kamus yang sudah sangat umum diperdengarkan.

Sekilas mengintip progress proyek yang masih terus dilaksanakan, ada terbersit rasa kaget dan nggumun melihat wujud area water boom yang belum sepenuhnya rampung, namun sangat jauh dengan bayangan di pikiran saya akan sebuah wahana wisata air yang menyendang nama “water boom”. Sangat jauh dari Ocean Park di BSD yang pernah saya lihat dengan mata kepala sendiri. Terkesan “water boom” Kalibening hanyalah sebuah pengungkapan yang sangat dilebih-lebihkan antara sebuah standar water boom dengan kenyataan fasilitas yang akan dibangun. Orang Jawa bilang terlalu ngoyoworo, sangat berbeda antara cerita dengan kenyataan di lapangan.

Kalibening3Mungkin saja kesan saya juga terlalu berlebihan. Namun memang sebelumnya saya sudah memiliki bayangan ataupun harapan yang terlalu berlebih akibat terbius istilah water boom. Sekilas kesan yang saya dapatkan dari “mengintip” water boom Kalibening, tidak ada perubahan lanskap ataupun tata ruang bangunan dari yang lama. Kolam renang besar yang standar itu tetap tiada mengalami perubahan. Hanya lereng tebing yang dulu berupa pertamanan hijau dengan beberapa pohon besar, kini nampak diurug dan dipangkas, sehingga kesan gersang dan panas sangat terasa. Tempat ganti baju telah dirombak menjadi bangunan yang baru. Sementara grojokan air pengisi kolam kini telah sedikit berubah, dengan sisi diatasnya dibuat pertamanan kecil yang dilengkapi dengan patung gajah hitam.

Plosodan atau seluncuran air raksasa yang saya bayangkan tinggi lebih dari 15 m, ternyata hanya didirikan sangat rendah dengan lintasan seluncuran yang tidak terlalu panjang. Beberapa pohon pinus yang tersisa dihubungkan satu persatu dengan jembatan tali yang kemungkinan akan dipergunakan untuk sarana outbond. Meskipun belum sepenuhnya selesai proses pembangunannya, konon “water boom” Kalibening sudah mulai dibuka untuk waktu yang masih terbatas. Dengar-dengar bisikan tetangga, tiket masuknya sudah dibandrol Rp. 15.000,-. Jika melihat angka ini, sangat dimungkinkan setelah jadi nanti tiketnya akan lebih mahal. Apakah ini sebuah keberpihakan hanya semata untuk kaum the have?


16 tanggapan untuk “Waterboom Kalibening Magelang”

  1. Wah, saya suka tulisan ini. Ada kata kata ngoyoworo. Saya sendiri juga heran kok heboh banget namanya waterboom, padahal cuma seperti itu. Ya semoga saja nantinya pemandian kalibening tetap dapat dinikmati semua kalangan. khususnya masyarakat sekitar..

  2. Sudah rampung belum to kang olehe mbangun,… 2 tahun ngak pulang kampung jadi kangen,..pingin ke Kalibening. kelingan masa kecil ben dino aduse nang kali bening.

  3. wah mas,,saya sebagai anak magelang (walaupun skrg tinggal di jogja) merasa sangat gregetan dan ingin sekali mendandani kota kelahiran saya. Ditunjang dengan profesi saya sebagai arsitek, saya merasa harus bisa dan mulai untuk memberanikan diri bersuara untuk membenahi kota saya mas. Kalau ada info tentang kota magelang, boleh mas di share via email saya.

    Maturnuwun.

    Bayangan saya, waterboom kalibening itu idealnya seperti kawasan hijau yang dilengkapi dengan pemandian yang unik dan menarik. selain itu terdapat taman dengan berbagai tema dan terdapat saung-saung ataupun guest house sebagai tempat istirahat wisatawan. yang jelas, kawasan wisata apalagi pemandian itu harusnya hijau dan dipenuhi dengan tanaman.
    MARI KITA HIJAUKAN KOTA MAGELANG

    • sesungguhnya kita memiliki sumber daya putera daerah yang memiliki kompetensi dan wawasan dalam melakukan proses pembangunan, namun yang seringkali terjadi SDM tsb suka tidak suka seringkali terpaksa menyingkir ke perantauan krn di daerah sendiri penuh diisi oleh formasi dari para kerabat dan keluarga pejabat

  4. Seneng juga baca magelang maju, ra kalah Karo kota lainnya. Kapan bisa pindah kerja magelang, sayang kanwil Ada do yogya Karo Semarang, horas magelang. Anak medan asli salam