Visit Magelang 2011


Magelang bagai bocoran surga yang tersembunyi di jagad maya. Kalau tidak percaya silakan cari informasi tentang potensi-potensi Magelang melalui sang maha tau. Tak banyak informasi yang bisa diperoleh mengenai Magelang. Ini tentunya memprihatinkan mengingat Magelang bukanlah daerah dengan potensi minim. Magelang adalah wilayah dengan potensi melimpah dalam hal wisata, ekonomi, sosial, maupun sumber daya alam.

Borobudur sebagai salah satu kebanggaan Magelang, tak banyak orang menyadari mengenai keberadaan Borobudur yang di Magelang. Sebegitu mudah kita mendapatkan informasi mengenai Borobudur, tetapi minim tentang Borobudur itu di Magelang. Borobudur adalah berlian Magelang yang telah terungkap di dunia maya. Masih banyak berlian-berlian lain di Magelang yang belum terungkap di dunia maya.

Potensi Wisata di Magelang

Untuk tujuan wisata alam Magelang memiliki Sekar Langit, Curug Silawe, Suroloyo, Ketep Pass, Wonolelo, dan masih banyak lagi. Potensi industri yang ada di Magelang katakanlah kerajinan batu di Muntilan, wooden fosil di Borobudur, pusat tanaman hias di Candimulyo, dan tentunya masih banyak yang lain. Siapa yang akan berkunjung kalau tidak diperkenalkan kepada yang lain?

Komunitas Pendekar Tidar dalam sebuah perhelatan akbar menyatakan diri sebagai komunitas blogger yang mencoba mewujudkan Magelang Go Blog. Ini bukan hanya berbicara mengenai banyaknya blogger di Magelang tetapi perlu ditekankan mengenai memperkenalkan Magelang melalui media blog, artinya seperti yang telah saya bahas dalam paragraf pertama, Magelang Go Blog adalah sebuah media promosi untuk memperkenalkan Magelang kepada dunia.

Komunitas Fotografi Magelang mencoba memperkenalkan Magelang melalui foto. Melalui foto, komunitas fotografi mencoba memperkenalkan Magelang yang eksotik dengan berbagai tempat wisata, aktifitas, dan tatanan sosialnya. Magelang Image bukan sekedar memfoto Magelang untuk diri sendiri tetapi Dengan gambar, Magelang diperkenalkan kepada dunia.

Berbicara Magelang tanpa mempersiapkan Magelang bagai tong kosong nyaring bunyinya. Komunitas Rumah Pelangi melalui kegiatannya Tlatah Bocah bersama anak-anak mencoba tetap mempertahankan dan mempersiapkan Magelang sebagai sebuah potensi budaya. Melalui kegiatan Rumah Pelangi mempertahankan dan mengembangkan kesenian yang ada di Magelang.

Selain tiga komunitas diatas tentunya masih banyak komunitas-komunitas lain yang karena memiliki keprihatinan yang sama perihal Magelang ingin bersama-sama memajukan Magelang. Jika semua ada keinginan untuk sama-sama memajukan Magelang, bukan hal yang sulit untuk sama-sama duduk melingkar berkumpul bersama pemerintah membuat sebuah langkah strategis untuk memajukan Magelang.

Paguyuban Pemahat Batu yang terdiri dari para pemahat-pematung di Magelang mencoba mengangkat potensi ekonomi yang dimilikinya. Dengan kepiawaiannya memainkan alat-alat pemahat, mereka mampu membuat patung dan barang antik lainnya. Tapi tanpa diperkenalkan, tak ada orang yang akan membelinya karya seni olahannya. Industri Rumah Tangga ini butuh suatu media promosi agar usahanya mampu berkembang dan bisa menembus target pasar yang lebih luas.

Visit Magelang 2011 hingga saat tulisan ini dirilis belum menjadi program pemerintah. Komunitas-komunitas dengan tagline Magelang Go Blog, Magelang Image, dan Tlatah Bocah sudah mendahului pemerintah dalam mewujudkan Visit Magelang 2011, tentunya melalui media yang digunakan maisng-masing. Melalui sebuah perkenalan, orang dari berbagai penjuru dunia akan tertarik dan menuju Magelang.

Dari sisi pemerintahan perlu ada koordinasi antar lembaga terutama untuk bidang pariwisata, informasi-komunikasi, pendidikan, kebudayaan, dan perekonomian. Secara keseluruhan maisng-masing badan kedinasan tak bisa bekerja sendiri-sendiri untuk memajukan daerahnya. Tentunya dari pemerintahan pun ingin daerahnya lebih baik dan lebih maju, dan berprestasi.

Dengan adanya sinergi dari UKM, pengusaha, komunitas, pemerintah, dan tentunya masyarakat secara luas, bukan cerita muluk untuk mewujudkan Visit Magelang 2011, Menuju Magelang Mendunia.

* Sources: OmahMiring


37 tanggapan untuk “Visit Magelang 2011”

    • masih ingat kata pak Jokowi tho? intine tetep maju dengan kekuatan dan kemampuan masing2. jangan terlalu mengandalkan pemerintah πŸ˜€

      dan ingat juga kata Jarpuk, untuk mencapai semua itu dibutuhkan waktu dan proses yang tidak mudah.

      sukses buat bala tidar πŸ˜€

  1. project komunitas ditahun ini mengarah ke corporasi, pelatihan blog di instansi2 pemerintah kota dan kabupaten, toh orang dalam sudah ada ( lirik2 abdi nagoro yg baru bingah gaji 13 )

  2. mas ,ono sing wis do ngerti dayakan ??? jarene kuui perpaduan budaya magelangan+kalimantan +bali ,,,, coba di posting ,,,,, jarene ket ndisik jaman 1800.an

    • Mutlak dan perlu. seperti katanya pak Joko W itu, jangan terlalu mengandalkan pemerintah, sih akeh urusan lainnya (gitu katanya).

  3. oke boss…sip lah anda mengenalkan magelang dgn blok….neh kta jga mau mengenalkan amgelang tpi melalui media lain yaitu t-shirt, vandel, mooks, n kerajinan2 kesil…tpi intinya sama yaitu mengenalkan amgelang ke seluruh penjuru jagad

  4. assalamu’alaykum
    salam sejahtera

    wah akhirnya ketemu juga…

    sejak 4 bulan yang lalu, saya penasaran dan terbesit pertanyaan di benak saya tentang potensi magelang?

    maksih udah memberi informasi

    ooh ya, biasanya ada event pa di komunitas ini, via off line?
    makasih

    • selain online memang teman-teman juga melakukan kegiatan offline mas. Kalau jumpa darat-nya kebetulan hari ini (17 Juli 2010 jam 15.00) nanti ada jumpa darat (GETHUKAN). Bila berkenan monggo datang saja, teman-teman terbuka terhadap siapa saja untuk ikut duduk melingkar bersama nyambung paseduluran….
      Nuwun…

  5. Saya cukup banyak menulis tentang potensi SeniBudaya & Pariwisata Magelang. Coba Anda semua klik http://www.borobudurlinks.com.
    Sejak pertengahan th 80-an, saya dan Sutanto Mendut bergerak merevitalisasi kesenian rakyat di sekitar Magelang. Yang cukup fenomenal jejaknya adalah hajat kebudayaan reguler tahunan ‘Festival 5 Gunung’. Kini festival itu sdh berlangsung hingga ke 9 kalinya. Minggu2 ini sedang berlangsung, berturut-turut di Suroloyo, di Tutp Ngisor, di Mantran Ngablak, di Dukun Merapi, di Krandegan Sumbing. Dan puncaknya besok 1 Agustus 2010 di Studio Mendut, Mendut, Kab.Magelang.
    Saya agak heran teman2 ‘Pendekar Tidar’ atau Mas Yudha kok tidak mencatat hajat budaya yang paling penting berlangsung di Magelang ini, yang gaungnya diakui secara nasional, bahkan internasional. Coba Anda klik ikon2 ini: Festival 5 Gunung, Studio Mendut, Tutup Ngisor, Sutanto Mendut, Sitras Anjilin, Ismanto, Riyadi Gejayan, dll. Pasti akan mendapatkan deretan artikel atau data yang panjangnya bisa memecahkan rekor MURI.
    Saya juga merasa heran, dalam mondar-mandir ke/di Magelang, mkok tak pernah bertemu atau bersinggungan dengan komunitas ‘Pendekar Tidar’. Padahal banyak komunitas cukup saya kenal akrab, dan menjadi jaringan relasi saya selama intensif mengelola borobudurlinks selama 1 tahun ini.
    Saya baru ketemu secara OL dengan Sdr Yudha juga belum lama ini. Tapi okelah, semoga melalui tulisan ini saya bisa memperkenalkan diri lebih jauh dengan teman2. Semoga pertemanan ini membawa manfaat.
    Tentang seni ‘nDayakan’, informasi yg menyebutkan kesenian itu btelkah lahir tahun 1800-an, dan merupakan perpaduan budaya jawa, Kalimantan, bali adalah tidak benar alias ngawur. Kapan2 saya akan menulis khusus tentang sejarah kesenian ini.

  6. Ini ada sedikit cuplikan sejarah kesenian ‘ndayakan’, yg saya ambil dari komen saya menanggapi pertanyaan ttg ‘nDayakan’ alias ‘Topeng Ireng’ yg muncul di blog saya.
    ‘nDayakan’ aslinya bertajuk ‘Topeng Ireng’. Sejarahnya, kesenian tradisi bernama Topeng Ireng ini bukan lahir di tahun 1800-an atau di jaman penjajahan Belanda seperti yang banyak ditulis atau dilisankan. Tapi baru lahir di jaman kemerdekaan. Tepatnya sekitar th 60-an.
    Saat itu Budiardjo (alm), mantan Menteri Penerangan RI (Orde Baru), yang juga tokoh masyarakat Borobudur, seringkali membuat hajatan kesenian. Kesenian yang populer saat itu adalah ‘Kubro Siswo’, yang mmg dilandasi gerak2 silat dan tembangan berlirik islami.
    Karena penontonnya cukup banyak merubung tempat pertunjukan, dan seringkali menyulitkan gerak para penari. Maka oleh mBah Sujak, seniman dr Tuk Songo, diciptakanlah tokoh atau karakter tambahan yang seluruh tubuhnya dilumuri cat hitam dr ‘langes’ (abu bakaran arang). Diharapkan dgn adanya karakter baru itu penonton akan tersibak memberi jalan atau ruang, sehingga penari lebih leluasa. Ternyata cara ini cukup efektif. Penonton yg tak mau bersenggolan dgn karakter2 baru ini, karena kawatir terkena cat hitam, otomatis minggir dan jalanan atau ruang pun tersibak.
    Mbah Sujak juga menciptakan topeng2 baru berwarna hitam untuk melengkapi penampilan karakter2 barunya ini. Sejak itu tarian ini dinamakan ‘Topeng Ireng’.
    Sedangkan istilah ‘nDayakan’ justru baru muncul saat Festival 5 Gunung (F5G) ke 1, th 2001. Saat itu grup ‘Topeng Ireng’ yg mewakili Borobudur/Menoreh tampil dgn kostum baru, yang diilhami kostum Indian Amerika (bukan Dayak kalimantan). Karena di Indonesia suku Indian selalu disalah sebutkan menjadi nDayak, maka kesenian itu juga disebut nDayakan. Berkat penampilan di F5G itulah kesenian ‘Topeng Ireng’ atau ‘nDayakan’ itu melejit, dan kemudian populer sebagai kesenian khas Magelang.
    Semoga informasi ini bermanfaat.

  7. ayo poro dulur asli magelang opo seng wes pernah nduweni magelang rawe-rawe rantas dukung visit magelang 2011…. ben dadi kota sejarah kanggo wargane……………amin.

  8. hallo mas mualim, ketemu disini..saya tertarik dengan tulisan jenengan,memang kita jarang ketemu, tetapi setidaknya kita Insya Allah punya pemikiran yang sama, lebih memajukan kota tercinta, saya sering membaca tulisan2 mas mualim dan rata2 menarik utk disimak dan kemudian menimbulkan “greget”, semoga dengan hadirnya mas disini akan menjadi benang merah utk mas mualim dan kawan2 di pendekar tidar bisa bersinergi,yang adinya tidak saling mengenal kemudian menjadi sebaliknya, saling mengisi utk sebuah kemajuan kota Magelang…salam !!!!