TLATAH BOCAH


“Inovasi Seni Tradisi Hingga Teknologi Informasi”

Saat kita menghadapi seorang bocah dengan keceriaan dan keluguannya, apakah yang ada di benak kita? Kita pasti bisa bersepakat bahwa di tangan merekalah masa depan negeri Indonesia Raya. Namun saat kini, apakah para bocah itu masih memiliki dunianya yang penuh kepolosan dan rasa penasaran yang teramat besar terhadap dunia serta lingkungan sekitarnya?

Dinamika manusia modern langsung maupun tidak langsung, ternyata telah mereduksi, bahkan mempersempit dunia bocah. Bocah seringkali hanya dianggap sebagai miniatur manusia dewasa yang harus tunduk dan berlaku sesuai dengan logika manusia dewasa. Bocah tidak lagi mendapatkan ruang ekspresi diri yang memadai bagi pertumbuhan dan perkembangan kreativitas, terlebih lagi jati diri mereka. Dunia modern hanya menciptakan mainan dan permainan yang serba instan demi mencari keuntungan material semata. Komunitas Rumah Pelangi di tepi Merapi sadar akan hal tersebut. Maka melalui gagasan inovasi gerakan budayanya, mereka menciptakan suatu wahana dan ruang ekspresi bagi para bocah. Itulah Tlatah Bocah!

Tlatah dalam bahasa Jawa berarti wilayah atau ruang. Adapun bocah adalah suatu masa perkembangan manusia yang beranjak dari seorang bayi untuk menjadi remaja. Tlatah Bocah adalah ruang berekspresi, berkreasi, bersosialisasi, sekaligus tempat belajar untuk menjadi manusia yang memiliki jati diri. Hanya sebuah bangsa yang memiliki jati dirilah yang akan tampil secara bermartabat dan sederajat dengan bangsa lain.

Festival Tlatah Bocah digelar semenjak 2007 bertepatan dengan liburan kenaikan kelas. Inovasi dilakukan dengan pengambilan tema yang beragam dan pementasan berbagai seni tradisi yang hidup di Merapi dengan bocah sebagai subyek sekaligus pelaku utama. Tahun 2008 Tlatah Bocah mengambil tema “Nandur Woh, Ngangsu Kawruh”(Menanam Benih, Menimba Ilmu). Tahun 2009 diangkat tema mengenai hak anak atas dunia kebocahannya untuk bermain melalui “Anak dudu Dolanan, Anak kudu Dolanan”(Anak bukan Mainan, Anak harus Bermain). Adapun tahun 2010 Festival Tlatah Bocah mengangkat tajuk “TUTUR TINULAR:Tuturing Ati, Tinularing Pakarti” untuk kembali menggali tradisi dongeng dalam penanaman nilai dan budi pekerti luhur kepada bocah.

Merapi bagi masyarakat di seputarannya adalah sahabat alam. Merapi menjadi tumpuan hidup, sekaligus harapan penghidupan. Keberadaan gawe Merapi dengan erupsi yang luar biasa di akhir tahun lalu, merupakan satu bentuk kemurahan alam yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa. Abu, debu, pasir, krikil, krakal, banthak, hingga batu-batu raksasa yang meluncur dari kawah Merapi adalah aset masa depan terhadap kesuburan dan kekayaan material yang dapat digali serta dimanfaatkan dalam jangka waktu yang tidak pendek. Muntahan awan panas wedhus gembel adalah keluasan rejeki sebagai bukti Tuhan sesalu menyayangi hamba-Nya.

Jer basuki mawa bea, setiap hajatan ataupun cita-cita tentu menimbulkan korban. Hamparan sawah ladang terhempas awan panas. Rumah dan pepohonan tumbang rata dengan tanah. Warga harus menyingkir ke pengungsian meski untuk sementara waktu. Setelah erupsi reda, masyarakat harus tetap waspada dengan bahaya lahar dingin. Bagi warga Merapi semua itu harus dijalani dengan penuh ketabahan dan kesabaran. Semua sudah digariskan-Nya.

Apakah kemudian setelah itu warga Merapi harus diam dan berpangku tangan? Tidak! Inilah saatnya untuk bangkit kembali meneruskan perjuangan hidup! Inilah Wayah Gumregah! Wayah artinya saat atau waktu. Wayah-pun dapat diartikan cucu, para bocah pewaris masa depan. Gumregah artinya bangun. Inovasi tema untuk kebangkitan Merapi inilah yang digagas menjadi tema Festival Tlatah Bocah ke-V tahun 2011 ini.


Seni bukan saja milik manusia dewasa, demikian halnya dengan tradisi. Maka semenjak dini para bocah di Merapi telah bergelut untuk menekuni, bahkan berkreasi menciptakan varian seni baru khas para bocah. Ada serangkain pentas seni bocah yang akan digelar. Ada wayang bocah, kobra siswo bocah, topeng ireng bocah, ada ndayakan grasak, ada janthilan, dan lain sebagainya.

Sedikit cerita lebih dalam tentang ndayakan. Ndayakan merupakan seni khas kreasi baru yang asli dari Magelang. Seni ini merupakan perpaduan gerak keprajuritan yang gagah perkasa dengan warna-warni kostum berhiaskan bulu-buluan ayam maupun unggas yang lain. Ada sebuah kelompok para bocah di lereng Merapi memiliki keinginan yang sangat luar biasa untuk membentuk sebuah grup kesenian ndayakan sendiri. Dengan naluri bocahnya, mereka menguber-uber ayam jago di setiap sudut dusun untuk diambil bulu lancur-nya. Peristiwa ini menjadikan seisi dusun heboh dan terjadilah keresahan di tengah masyarakat.

Kostum ndayakan memang tidaklah terlalu murah. Maka kejadian ini menumbuhkan ide inovasi di pikiran seorang Untung Pribadi. Melalui angan-angan dan kreativitasnya, ia menggantikan kostum ndayakan yang serba warna bulu dan tidak terbeli oleh para bocah dengan dedauan kering dan pakis-pakisan. Gerakan ndayakan standarpun dirombaknya menjadi gerakan raksasa yang lebih mudah untuk diekpresikan para bocah. Inilah ndayak grasak, ndayak raksasa!

Tlatah Bocah tidak lagi hanya menjadi milik para bocah di lereng Merapi. Dari tahun ke tahun berbagai komunitas turut bergabung, hingga meluas di empat kabupaten. Magelang, Sleman, Boyolali, Klaten, bahkan Kulon Progo dengan lebih dari 25 komunitas turut berkiprah. Tidak terbatas pada itu, Tlatah Bocah juga terus menggema di penjuru Nusantara. Berbagai pihak, baik secara pribadi, kelompok maupun institusional turut memberikan dukungan moril maupun pendanaan. Bagaimana Tlatah Bocah mengembangkan jaringannya? Inovasi teknologi informasi!

Internet begitu pesat berkembang, bahkan menjangkau pelosok dusun. Ada aplikasi website, email, blog, facebook, termasuk twitter. Melalui sarana internet inilah Tlatah Bocah digemakan. Setiap konsep, agenda, kebutuhan acara, metode penggalangan dana, perkembangan dan pelaksanaan aksi, hingga kepada pertanggungjawaban dana selalu diposting secara terbuka dan transparan melalu sarana teknologi komunikasi dengan baik. Di sinilah kunci kepercayaan setiap pihak yang terlibat dalam Tlatah Bocah terpupuk.

Nenek moyang kita telah mewariskan satu nilai kegotong-royongan dan kebersamaan. Teknologi komunikasi bisa diinovasikan menjadi alat dan sarana perekat persaudaraan. Ketersenjangan wilayah bisa diatasi dengan komunikasi jarak jauh. Di sinilah para penggerak Tlatah Bocah sangat paham untuk memanfaatkan dunia internet dan telekomunikasi untuk mendalami sekaligus mendalami kembali semangat kebersamaan, sebuah spirit dan semangat tentang solidaritas kolektif sesama anak bangsa. Dan memang Tlatah Bocah selalu hadir dengan kemandirian dana yang tergali dari semangat kebersamaan. Inilah salah satu benih kemandirian yang harusnya dapat menginspirasi kemandirian bangsa ini secara lebih luas.

Tlatah Bocah adalah ranah pengembangan kepribadian para bocah. Dengan mencintai seni dan tradisi para leluhur diharapkan kepribadian kita sebagai anak bangsa akan tetap terpupuk dan hidup di sanubari. Jati diri adalah hal mutlak yang harus dimiliki sebuah bangsa yang ingin tampil bermartabat dan sejajar dengan bangsa lain. Bocah yang cerdas, ceria, serta berbudi pekerti luhur adalah aset bagi kemandirian sebuah bangsa di masa depan. Jati diri dan kemandirian akan mengantarkan Indonesia menjadi bangsa yang besar dan memimpin dunia dengan penuh nilai kearifan.

Internet adalah inovasi teknologi modern. Penggunaan kecanggihan teknologi internet untuk menunjang agenda Tlatah Bocah adalah inovasi pada level taktis dan praktis di lapangan. Seperti apakah perkembangan internet dan seluruh seluk beluk dunia teknologi informasi di negeri ini? Monggo mampir di perhelatan COMPFEST2011 yang akan segera digelar di gedung Smesco, Jakarta dari tanggal 14 – 16 Juni 2011. Anda pasti akan lebih paham dan mengerti.

 

Ngisor Blimbing, 28 Mei 2011

Blogging Competition Compfest 2011

Tulisan ini diikutsertakan dalam ajang Blogging Competition dalam rangka Compfest2011 bertema Inovasi Karya Anak Bangsa menuju Kemandirian Nasional.

 


3 tanggapan untuk “TLATAH BOCAH”

  1. sisi positif dunia maya nampaknya berhasil dimanfaatkan benar oleh Tlatah Bocah untuk publikasi, penggalangan dana dan share informasi. Luar biasa…