Terminal Tidar


SOEKARNO-HATTA-NYA  MAGELANG

Magelang merupakan titik strategis bagi jalur lalu lintas di pusat pulau Jawa. Kota ini merupakan persilangan jalur ekonomi penting antara Jogjakarta dan Semarang di poros utara-selatan, dan penghubung jalur Purwokerto dan Surakarta di sisi barat-timur. Menempati wilayah yang dikepung jajaran gunung yang membentuk maha gelang menjadikan Magelang dianugerahi kesuburan alam dan kelimpahan air yang sangat berguna bagi pengembangan sektor pertanian. Daerah ini kemudian dikenal menjadi penghasil komoditas pertanian yang tidak bisa dibilang kecil bagi peta nasional. Posisi sentral ini menjadikan Belanda mengembangkan Magelang sebagai sebuah daerah pemerintahan setingkat kabupaten semenjak di awal abad 19.

Melewati perjalanan panjang semenjak jaman pemerintahan kolonial Belanda, penjajahan Jepang, alam kemerdekaan, masa orde lama, orde baru hingga jaman reformasi saat ini, Magelang tetap memerankan posisi strategisnya bagi proses pembangunan lokal, regional maupun nasional. Jalur perhubungan dari hari ke hari semakin ramai untuk mendukung kegiatan perekonomian. Persilangan jalur lalu lintas antara arah Jogja-Semarang dan Purwokerto-Solo via Purworejo maupun Temanggung menjadikan Magelang turut berkembang kian pesat dan padat. Kota sedang inipun mau tidak mau harus turut berkembang menyesuaikan perkembangan jaman.

Di samping ketersediaan infrastruktur jalan raya dan angkutan, keberadaan sebuah terminal tak kalah pentingnya bagi perkembangan sistem transportasi darat. Terminal merupakan tempat yang vital bagi mobilitas atau pergerakan arus manusia, termasuk produk barang dan jasa. Posisi strategis kota Magelang, menjadikan kota inipun senantiasa melakukan pembenahan terhadap sarana dan prasarana pendukungnya.

Mengabadikan kebesaran nama gunung Tidar, menjadikan terminal antar kota terbesar di Magelang diberi nama Terminal Tidar. Terminal ini terletak di pinggiran kota sisi tenggara dari gunung Tidar. Menempati sebuah areal di tikungan Jalan Soekarno-Hatta yang melingkari sisi tenggara dan timur membuat terminal ini selalu ramai disinggahi kendaraan umum dari berbagai jalur. Ada jalur Jogja-Semarang, Semarang-Purwokerto, Magelang-Muntilan-Salam, Magelang-Purworejo, Magelang-Temanggung-Wonosobo, Magelang-Temanggung-Sukorejo, Magelang-Kopeng, dan banyak jalur lokal antar kecamatan.

Ada banyak armada angkutan yang melayani masyarakat melalui Terminal Tidar Magelang, sebut saja PO Ramayana, Trisulatama Putra Nusa, Mustika, Jaka Kendil, Sumber Waras, Utama Putra, Tri Sakti, Santosa, Raharja, Budiman, Eka dan lainnya. Untuk minibus maupun engkel ada nama Juliet, Purba Putra, Widodo Putra, hingga colt dan kopata.

Pada awalnya Terminal Tidar berada di posisi kaki gunung Tidar. Tepatnya di Jalan Jend. Sudirman sekitar sudut selatan kampung Magersari. Di masa lalu, pada saat arus lalu lintas belum seramai dan sepadat saat ini, poros utama kota Magelang dari arah selatan ke utara membujur dari gerbang Mertoyudan, Trunan, Jalan Sudirman, kompleks Shopping centre, Pecinan, alun-alun, Pasar Kebonpolo, hingga ujung Jalan Ahmad Yani. Perkembangan kepadatan lalu-lintas mengharuskan pemerintah menetapkan kebijakan dan penataan arus lalu lintas. Seiring dengan pembangunan jalur-jalur melingkar di sisi luar kota Magelang, maka arus utama kendaraan besar dialihkan melalui jalur-jalur lingkar tersebut. Kebijakan itupun mengharuskan dipindahkannya posisi Terminal Tidar dari kaki gunung Tidar ke jalan Soekarno-Hatta pada sekitar akhir tahun 80-an hingga saat ini.

Selain melayani kendaraan umum jalur lokal, dan antar kabupaten, Terminal Tidar juga menjadi titik persinggahan jalur-jalur antar provinsi, seperti arah Jakarta, Bandung, dan Surabaya.  Dari angkot, engkel, minibus, hingga bus-bus besar dapat dijumpai dengan sangat mudah di terminal ini. Di pagi hari saat jam-jam menjelang jam kerja maupun sekolah, terminal banyak dipadati kendaraan yang mengangkut penumpang anak-anak sekolahan dan para pekerja yang menuju tempat aktivitasnya. Aktivitas terus bertambah ramai hingga waktu siang hari dan jam-jam budhalan kantor. Aktivitas sore hari lebih banyak diramaikan oleh bus-bus malam tujuan Jakarta maupun Bandung. Sedangkan selepas Maghrib hingga Subuh, dapat dikatakan terminal lengang dan terhenti dari nafas kesibukannya.

Jikalau penduduk Jakarta yang akan melakukan perjalanan ke luar kota mengatakan akan pergi melalui Soekarno-Hatta maksudnya akan menggunakan moda transportasi pesawat, maka wong Magelang yang akan bertolak dari Soekarno-Hatta justru naik bus untuk meninggalkan kota gethuk ini! Unik bukan?

Ngisor Blimbing, 8 April 2012


9 tanggapan untuk “Terminal Tidar”

  1. Memang Posisi Sokarno Hatta Sangat Strategis , Namun Perbaikan Jalan juga perlu dilakukan . Saat ini di sekitar jalan soekarno hatta juga masih banyak dijumpai lubang yang tersebar di mana mana apalagi ditambah dengan tembelan aspal yang tidak rata . sangat menganggu .