Temoe Kerabat Kota Toea Magelang 2012


Sejarah memang tiada akan pernah habis untuk dibicarakan. Sejarah berhubungan dengan roda waktu yang terus bergulir, sehingga sejarahpun bergulir dengan penuh dinamika. Hal ini menjadikan suatu sejarah tidaklah statis menjadi sesuatu hal yang sudah pasti benar dan tidak akan mengalami perubahan. Justru sejarah memiliki pintu yang maha lebar bagi sebuah klarifikasi, bahkan pelurusan, jika memang terdapat data, fakta maupun inrformasi terbaru yang tidak sesuai dengan cerita sejarah sebelumnya. Demikian halnya dengan proses penggalian sejarah di kota Magelang oleh berbagai kalangan, seperti pemerintah daerah, sejarawan, akademisi, termasuk komunitas yang berasal dari masyarakat.

Adalah Komunitas Kota Toea Magelang yang dipandegani oleh Bagus “Agung Dragon” Priyana telah mengibarkan diri semenjak tahun 2008. Komunitas ini terus eksis dengan beragam agenda kegiatan yang digelar, seperti Remboeg Sedjarah, Jejak Kota Pemerintahan, Jejak Sepoer, Jejak Kali Manggis, dan pameran rutin Magelang Tempo Doeloe di Alun-alun Magelang. Di samping itu, komunitas ini juga senantiasa memberikan sumbang sih yang sangat penting terhadap pelestarian bangunan cagar budaya, semisal rumah-rumah kuno, yang banyak bertebaran di sudut kota Magelang. Bahkan beberapa waktu lalu, beberapa aktivis komunitas ini juga turut menjadi narasumber pada pembahasan Raperda Cagar Budaya yang tengah digodok oleh Disporabudpar Kota Magelang.

Para pemerhati Kota Toea Magelang ternyata tidak hanya berasal dari kalangan yang tinggal di Magelang saja, tetapi tidak sedikit dari mereka justru tinggal di luar kota atau di perantauan. Hal itu terbukti dari ramainya berbagai komentar maupun masukan dan sumbangan foto-foto yang banyak bertebaran di akun Facebook Kota Toea Magelang. Oleh karena itu dalam rangka menjalin keakraban yang lebih erat sebagaimana telah terbina di dunia maya, maka bersamaan dengan momentum Mudik Lebaran 2012 kemarin digelarlah jumpa darat para pemerhati Kota Toea Magelang dalam sebuah acara bertajuk “Temoe Kerabat Kota Toe Magelang”. Acara tersebut diselenggarakan pada Jum’at, 24 Agustus 2012 pukul 19.00 – selesai di rumah makan Voor de Tidar, Jln. Gatot Subroto.

Acara diawali dengan pemutaran film dokumenter yang terkait dengan sejarah masa lalu dan perjuangan untuk merebut, mempertahankan hingga mengisi proklamasi kemerdekaan. Ada tampilan mengenai tradisi pertanian di era lampau dengan petani yang tengah membajak sawah dibantu kerbau-kerbau tambun nan perkasa. Ada petani yang ndaut bibit padi di persemaian, ada para perempuan yang sibuk tandur (nata karo mundur) bibit padi, ada pula tampilan deretan tanaman padi yang tengah nglilir dan mulai menghijau, padi kematak, hingga menguning dan masa panen raya yang sumringah. Nampak sangat harmonis interaksi manusia padusunan dengan alam yang telah menganugerahkan limpahan kemurahannya kepada semua ummat manusia yang tekun dalam bekerja.

Selanjutnya banyak pula ditayangkan diorama yang menggambarkan perjuangan diplomasi hingga klas fisik para pejuang bangsa. Banyak sekali tayangan tentang sepak terjang para tokoh pendiri bangsa, termasuk Bung Karno, Hatta, Syahrir dan lain sebagainya. Dalam berbagai kesempatan terdengar gemuruh sorak sorai rakyat yang tengah menyimak pidato Bung Karno dalam berbagai rapat raksasa di tengah lapangan. Semua menggambarkan semangat, gelora, dan spirit nasionalisme yang tergenggam dalam di dalam sanubari hingga jiwa. Semangat patriotik sedemikian terpatri sehingga jiwa dan ragapun akan dipersembahkan demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tayangan film masa lalu sebagaimana yang ditampilkan mengawali acara Temoe Kerabat Kota Toea Magelang ini sangat bermanfaat di samping sebagai kenangan dan nostalgia masa lalu, juga sangat berguna untuk menanamkan dan menggugah semangat nasionalisme yang kini tengah didera ujian berat akibat proses globalisasi yang tiada mengenal batas negara. Sebuah negara akan kokoh, kuat dan tegak berdiri apabila memiliki akar kesejarahan yang kuat karena sejarah juga menjadi salah satu pembentuk dan penguat jati diri bangsa yang berdaulat, mandiri dan disegani bangsa lain.

Memasuki acara inti Temoe Kerabat, Bagus Priyana selaku koordinator Komunitas Kota Toea Magelang selanjutnya menyampaikan presentasi mengenai keberadaan komunitas yang memiliki minat khusus terkait bidang sejarah ini. Awal mula terbentuknya komunitas karena dorongan keprihatinan yang mendalam dengan terjadinya penggusuran berbagai gedung tua yang semestinya menjadi cagar budaya yang dilindungi dan dilestarikan menurut paraturan perundang-undangan yang ada. Selanjutnya beberapa rekan mendukung gagasannya untuk senantiasa menggali data, fakta dan informasi sejarah di Magelang dan sekitarnya, yang bahkan pihak pemerintahpun, tidak memiliki database yang valid dan lengkap.

Disampaikan pula berbagai agenda program yang pernah diselenggarakan dengan menampilkan berbagai dokumentasi foto saat rekan-rekan komunitas ini melakukan penjelajahan, tour dan studi lapangan untuk menggali informasi-informasi sejarah di sekitar Magelang. Nampak para hadirin menyimak dengan seksama, serius namun penuh kesantaian, dan sesekali satu-dua komentar terlempar saat menjumpai foto-foto unik dan menarik perhatian.

Sesi acara berlanjut kepada diskusi bebas. Banyak lontaran ide dan gagasan untuk mengembangkan kegiatan dan tentu saja memajukan komunitas sejarah ini. Ada usulan untuk memperluas jangkauan napak tilas situs hingga ke daerah Magelang bagian selatan, bahkan Pak Narwan berharap komunitas ini bisa meluas hingga wilayah Kedu. Diskusi paling hangat terkait bagaimana menggali dana maupun sumber pendapatan untuk menghidup kegiatan komunitas. Wacana yang disampaikan Mas Rahardian ini bukan berarti bahwa terjadi komersialisasi gerakan, tetapi semata-mata demi keberlangsungan kegiatan tanpa para penggiat harus terus-menerus tombok.  Setidaknya situs sejarah berpeluang untuk “dijual” menjadi aset wisata yang handal

Ada juga wacana tentang peluasan telaah sejarah hingga kuliner tradisional, ataupun bahan makanan alternatif umbi-umbian, semisal gembili, uwi, gadung, midro, geirut, ganyong dan lain-lain,yang disampaikan Pak Narwan. Ada pula usulan untuk meluruskan fakta sejarah tentang kejadian pertempuran 3 hari di Magelang pada akhir September 1945. Ditambah lagi masukan untuk memasukkan kurikulum sejarah lokal sebagai pengkayaan muatan mata pelajaran sejarah di sekolah-sekolah, yang sangat diharapkan oleh Pak Priaji.

Suasana diskusi bertambah seru saat Pak Dhe Mbilung mengungkapkan berbagai kendala dan permasalahan dalam memajukan dunia kepariwisataan di Magelang, misalnya bagaimana mempopulerkan Tidar sebagai wisata ziarah yang hingga kini belum berhasil. Saking serunya hadirin masih terus antusias berdiskusi hingga pukul 23.00 malam.

Semoga ke depan, Temoe Kerabat ini terus dilanjutkan untuk menggali pemikiran-pemikiran alternatif sejarah yang bisa bermafaat bagi masyarakat.

Ngisor Blimbing, 2 September 2012


2 tanggapan untuk “Temoe Kerabat Kota Toea Magelang 2012”