Tapal Batas Kali Krasak


Kali Krasak, pernahkan sampeyan mendengar nama sungai tersebut? Jika sampeyan memasuki wilayah Kabupaten Magelang dari arah Jogjakarta di sisi selatan, maka sampeyan akan disambut dengan sebuah jembatan kembar sepanjang kurang lebih 100 meter yang melintang di atas Kali Krasak. Sungai inilah yang menjadi garis batas wilayah administrasi antara Provinsi Jawa Tengah dan DIY, sekaligus antara Kabupaten Magelang dengan Kabupaten Sleman.


Kali Krasak sebenarnya bermata air di puncak gunung Merapi. Namun demikian, di sisi hulu masyarakat lebih mengenalnya sebagai Kali Bebeng. Kali Krasak sendiri sebenarnya diambil dari anak sungai kecil yang bermata air di lereng bawah gunung Merapi. Kali Bebeng dan Krasak kemudian tempuk atau tempur menjadi satu aliran untuk kemudian di sisi hilir lebih dikenal sebagai Kali Krasak.

Kali Krasak menjadi garis pemisah mulai wilayah Kaliurang hingga Tunggularum di wilayah Kecamatan Turi, kemudian terus turun di pinggiran Kecamatan Tempel. Adapun beberapa desa di wilayah Magelang yang berdampingan dengan Kali Krasak – Bebeng di bagian atas diantaranya Desa Kaliurang, Jrakah, Kamongan hingga Sudimara di Kecamatan Srumbung. Di bagian sebelah hilir dari jembatan Kali Krasak, sungai ini terus membelah wilayah dan membatasi Kecamatan Tempel, serta Kecamatan Salam dan Ngluwar hingga bertemu dan menyatu dengan Kali Progo.

Sebagai sungai yang berhulu di puncak Merapi, Kali Krasak merupakan salah satu sungai yang mengalirkan lahar dingin hasil aktivitas erupsi Merapi yang di musim kemarau tertahan di puncak gunung. Endapan lahar dingin yang merupakan pasir, kerikil, krakal, hingga batu-batu yang besar merupakan berkah tersendiri bagi masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai penambang. Pasir Merapi merupakan pasir yang berkualitas sangat baik untuk struktur bangunan. Beratus-ratus truk setiap harinya mengangkut berrit-rit muatan pasir dan mengantarnya hingga ke daerah lain, seperti Semarang, Temanggung, Wonosobo, termasuk wilayah Jogjakarta.

Krasak3

Jembatan Kali Krasak merupakan sarana akses perhubungan yang sangat vital di jalur utama Jogja – Semarang. Semenjak di jaman Hindia Belanda, jembatan Kali Krasak yang paling sederhana hanyalah merupakan kretek sesek dari anyaman belahan bambu. Bahkan hingga di masa Perang Diponegoro, keberadaan Kali Krasak tidak begitu tercatat penting di lembaran sejarah. Di masa itu, tentu saja lebar Kali Krasak masih sangat sempit dikarenakan aktivitas Merapi di masa itu lebih banyak menyebabkan aliran lahar dingin menuju ke arah selatan melintasi Kali Opak. Namun lambat laun, Kali Krasak semakin melebar hingga kondisi saat ini.

Di masa orde baru, jembatan Krasak hanya terdiri dari sebuah jembatan tunggal dengan dua jalur kendaran yang saling berlawanan arah. Pada tahun 1991, setelah selesai masa lebaran, terjadi sebuah tragedi kecelakaan yang menyebabkan jembatan Kali Krasak yang terbuat dari konstruksi besi baja mengalami keruntuhanPada waktu itu ada sebuah kendaraan mobil tangki bermuatan penuh melintas cepat di ruas jembatan dari arah Jogjakarta. Dengan kecepatan tinggi terjadi salip-salipan antara tangki tersebut dengan sebuah bus umum.

Sayang seribu sayang, pada saat kendaraan melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi, gandengan mobil tangki terlepas. Pengait gandengan yang lepas tersebut kemudian menghantam permukaan aspal dan menimbulkan percikan api. Akibatnya api merambat ke tangki yang berisi muatan bahan bakar minyak dan terjadilah kebakaran yang sangat besar. Panas api yang sangat tinggi dan membumbung ke angkasa menyebabkan kerangka jembatan yang terbuat dari besi baja meleleh dan runtuhlah struktur bangunan jembatan.

Sekian bulan kemudian jembatan yang runtuh tersebut segera dibangun kembali. Di sisi timur reruntuhan jembatan dibangunlah jembatan ponton sementara yang dibangun oleh kesatuan Zeni TNI AD. Kendaraan kecil dan roda dua masih bisa melintasi jembatan darurat tersebut untuk sementara waktu. Sedangkan untuk kendaraan besar, arus lalu lintas dialihkan melalui jalur Ngluwar, melintasi Ancol Bligo dan memasuki Sleman di ujung barat. Kondisi ini berlangsung hingga hampir setengah tahun hingga diselesaikannya proyek pembangunan kembali jembatan Kali Krasak yang selanjutnya diresmikan oleh KPAA Adipati Paku Alam VIII selaku Pejabat Gubernur DIY kala itu.

Krasak1

Sepuluh tahun setelah itu, jembatan Kali Krasak dirasa tidak mampu lagi menampung arus lalu lintas yang semakin padat. Selanjutnya dibangunlah sebuah jembatan baru, tepat di sisi timur jembatan yang lama. Sekitar menjelang arus mudik lebaran 2001, dibukalah jembatan yang terbaru sehingga jembatan Kali Krasak menjadi sepasang jembatan kembar sebagaimana dapat kita saksikan saat ini.

Bila melintasi jembatan Kali Krasak, jika kita sempat memperhatikan sisi barat maka dapat disaksikan sebuah jembatan rel kereta api yang sudah sangat tua. Jembatan kereta api tersebut pada saat ini memang tidak lagi dioperasionalkan seiring dengan dihentikannya operasional kereta api jalur Jogja – Magelang – Ambarawa di masa orde lama. Kenapa jalur kereta api yang sangat strategis ini dihentikan operasionalnya. Konon hal ini sangat berkaitan erat dengan keberadaan jembatan lintasan kereta di sisi hilir jembatan Kali Krasak tersebut.

Sebagaimana pernah dituturkan juga oleh Biyung Tuwo, dulunya Biyung termasuk pedagang sayur-mayur yang senantiasa menggunakan jasa angkutan kereta api manakala akan pergi ke Jogja untuk menjajakan dagangannya. Dengan naik dari stasiun Tegalsari, Biyung menuju kawasan Pasar Shopping di tengah kota Jogjakarta. Konon karena seringnya terjadi banjir lahar dingin pada musim penghujan, maka kondisi pondasi jembatan lintasan kereta di Krasak menjadi tidak stabil an sering bergoyang. Untuk kehati-hatian, bahkan setiap kereta dari sisi utara senantiasa ngetem terlebih dahulu di sekitar Dusun Losari. Pernah kejadian kereta maju-mundur seakan takut-takut untuk melintasi jembatan. Hal inilah yang konon katanya menjadi salah satu penyebab tidak diteruskannya trayek kereta api jalur Jogja – Magelang dan Ambarawa.

Pada saat ini keberadaan jembatan kembar Kali Krasak merupakan salah satu landmark diantara Magelang dan Sleman. Keberadaan jembatan Kali Krasak dengan segala kisah klasik yang sudah sangat panjang merupakan bagian tidak terpisahkan dari sejarah perkembangan ekonomi dan pembangunan di Magelang. Meskipun jembatan Krasak jelas bukan Jembatan Merah, namun jasanya tidak akan pernah dilupakan oleh banyak orang yang pernah melintasinya.

Ngisor Blimbing, 2 Desember 2012


6 tanggapan untuk “Tapal Batas Kali Krasak”

  1. Jembatan Kali Krasak memiliki sejarah yang sangat panjang. keberadaannya tentu harus terus dirawat dan dipelihara shg bisa menjaga urat nadi perekonomian warga serta para pengguna jalan dari berbagai penjuru nusantara.

  2. Di desa saya juga ada Jembatan Brantas, jembatannya kecil tapi tiap hari dilewati truk2 besar dan bahkan trailer. klo lagi di atasnya dan ada truk lewat rasanya hyut hyut hyut gitu,,,

  3. aq dr losari baru tahu cerita kereta ngetem dilosari sekarang relnya tinggal sisanya dan banyak yg hilang

    • sayang memang jalur itu tidak dihidupkan kembali ya?
      saya di Losari juga ada saudara, istrinya almarhum Mas Marsan yang asalnya dari Kwilet. salam kenal mbah gito