Stop Pacaran di Atas Pohon


Petikan Kisah Kopdar Blogger Nusantara 2012 (3)

Pacaran di atas pohon? Emangnya monyet! Masa pacaran bagi sepasang kekasih yang sedang kasmaran adalah saat yang sangat mengasyikkan. Dunia serasa milik berdua, sehingga orang yang sedang dimabuk asmara seringkali mengabaikan keberadaan orang lain. Orang lain dianggap tidak ada, atau kalaupun ada hanya dianggap ngontrak dunia miliknya sehingga tidak memiliki hak untuk mengganggu apalagi menggugat keasyikan mereka. Inilah latar belakang kenapa kemudian dua sejoli muda-mudi yang tengah berpacaran mengabaikan keberadaan orang lain, termasuk segala macam unggah-ungguh atau tatanan sopan-santun pergaulan yang seharusnya dijunjung tinggi oleh setiap anggota masyarakat yang beradab.

Tindakan yang tidak menghiraukan tatanan pergaulan banyak dilakukan oleh orang yang sedang berpacaran. Tidak peduli di tempat umum sekalipun, mereka terlihat terlalu over dalam menunjukkan rasa kasing sayang. Tidak cukup dengan perbincangan yang wajar dan “berdisiplin jarak”, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang berangkulan, berpelukan, ataupun berciuman di tempat umum. Welha dalah, jagad dewa batara! Apa jadinya jika hal tersebut dilihat dan ditirukan oleh adik-adik yang belum cukup umur!

Dalam tuntunan agama bahkan tindakan berdua-duaan diantara seorang lelaki dan perempuan jelas-jelas termasuk tindakan berkholwat yang dilarang keras. Bahkan digambarkan bahwa jika seorang lelaki dan perempuan berdua-duaan di tempat sepi, maka yang ketiga diantara mereka tidak lain adalah setan. Setan siap menjerumuskan dua manusia tersebut untuk terhanyut ke dalam tindakan yang melanggar batas-batas norma agama, kesusilaan, maupun kesopanan. Dengan demikian untuk menjaga tegakknya norma-norma yang telah disepakati bersama dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, maka pacaran, setidaknya “pacaran sembarangan” harus ditertibkan, kalaupun tidak sama sekali dilrang dengan keras.

Atas latar belakang menjaga moralitas dan tata pergaulan yang baik, beberapa pihak yang memiliki kuasa atas fasilitas atau tempat-tempat umum tertentu sengaja melarang aktivitas pacaran di wilayah mereka. Dengan berbagai cara dan himbauan, pacaran dilarang keras. Tindakan yang dilakukan ada yang menempelkan tulisan larangan pacaran, hingga menyiagakan satuan petugas keamanan untuk mengusir dua sejoli yang sedang memadu kasih.

Di sela-sela padatnya agenda Kopdar Blogger Nusantara 2012 di Makassar pada awal November yang lalu, saya sempat berjalan-jalan menikmati kerindangan dan kesejukan hijaunya kampus Universitas Hasanuddin di Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar. Dari uraian pendahuluan tulisan yang banyak menyinggung soal pacaran di atas, tentu saja sangat terkait dengan temuan unik yang sempat saya lihat di lingkungan kampus universitas terbesar di Indonesia Timur ini.

Ketika menikmati indahnya hamparan telaga yang membentang luas di tengah Kampus Unhas, di sebuah pohon yang tegak berdiri di tepian telaga terdapat rambu larangan yang sangat berbeda dengan rambu larangan lalu lintas yang banyak terdapat di pinggir jalanan. Bukan mengatur kegiatan berlalu lintas, justru rambu larangan tersebut berkaitan dengan aktivitas pacaran. Rambu tersebut secara tegas melarang pacaran di area sekitar keberadaan rambu tersebut. Hanya saja yang paling unik dan sama sekali tidak umum, rambu larangan pacaran tersebut justru dipasang tinggi-tinggi di atas sebuah pohon. Jika diamati dari jauh, tulisan yang terbaca hanyalah “STOP PACARAN”! Secara sekilas, mungkin orang akan mengartikan “dilarang pacaran di atas pohon”.

Anda pernah pacaran di atas pohon? Jangan sekali-kali mencobanya di Kampus Unhas! Anda dapat diciduk oleh satpam setempat dan dikenai sanksi tindakan pidana ringan alias tipiring.

Ngisor Blimbing, 19 November 2012


8 tanggapan untuk “Stop Pacaran di Atas Pohon”