Safari Tepi Merapi


SAFARI TEPI MERAPI

safariRamadhan katanya bulan suci. Ramadhan katanya bulan penuh ampunan. Dan konon di bulan suci ini pula terdapat satu malam yang keistimewaannya melebihi seribu bulan. Barangkali keutamaan yang satu inilah yang membuat kaum muslimin untuk lebih giat beribadah guna “menjala” malam lailatul qodar.

Demikian halnya dengan para pendekar Bala Tidar. Kesempatan malam-malam ganjil di bilangan akhir Ramadhan senantiasa diisi dengan topo kungkum dari desa dan gunung di tlatah Magelang Raya. Ethok-ethoknya para pendekar ini sedang mencari wangsit dan “wahyu” yang dapat mengentaskan negeri ini dari kalabendu. Ya semacam wahyu makutaramanya Abimanyu barangkali. Dan untuk kali ini Tepi Merapi menjadi saksi, Safari Tepi Merapi menggapai Ilahi Rabbi.

Merujuk pendapat dari berbagai kalangan ‘ulama yang menyatakan turunnya lailatul qodar pada malam-malam ganjil, maka dipilihlah tanggal 29 Ramadhan tahun ini sebagai momentum iktikaf kita di Kronggahan. Satu pedukuhan yang hampir tenggelam di hamparan lautan pohon salak, di Tepi Gunung Merapi.

trawehSambil menyelam minum air dan menangkap ikan pula. Gagasan yang berawal dari keinginan untuk kembul bujono buka bersama kemudian bergulir menjadi pemutaran film untuk anak-anak dan remaja, serta berlanjut dengan gladi ulah kanuragan di pinggir Jurang Jero. Laskar Pelangi dan Ar-Risalah adalah menu yang sengaja dihidangkan oleh para wirablogger untuk meraih hati bagi saudara-saudara yang baru kita jumpai untuk pertama kalinya.

Dengan sekali dayung, alhamdulillah dua tiga pulau terlampaui. Niat buka bersama berlanjut silaturahmi dengan para sedulur anyar. Adakah di dunia ini yang lebih indah dari sebuah persahabatan yang tulus? Sebuah persaudaraan tanpa batas.

Sengaja memang berbagai agenda-agenda yang digelar wirablogger Bala Tidar banyak melibatkan pihak lain di luar komunitas. Hal ini tiada lain mempunyai tujuan untuk lebih melebarkan nilai persaudaraan yang kita yakini bersama sebagai motto sekaligus perekat jalinan kita. Setelah agenda pelatihan, Ngampon, wisata blogger, Tadabur Gunung Kidul, dan kini Safari Tepi Merapi.

Bukan tanpa sengaja karena semua proses dan perjalanan waktu yang telah kita lewati bersama akan memberikan suatu akumulasi dan aktualisasi sebuah hubungan batin yang intens dan sangat-sangat karib. Sebuah hubungan yang tidak diembel-embeli lagi dengan batasan keduniawian yang seringkali sekedar sebuah fatamorgana.

Barangkali nilai suci lailatul qodar yang seringkali dibabar para bopo kiai itu bagi kita adalah aktualisasi nilai persaudaraan diantara kita para Bala Tidar, maupun pihak lain yang bersinggungan atau terlibat langsung dengan agenda kita. Jika demikian halnya, maka marilah kita lebih erat lagi berjabat tangan. Lebih sering menyapa nurani satu sama lain.  Lebih sering lagi berbagi senyum tulus. Dan sekali lagi, jangan pernah hanya membatasi diri lewat media maya!

Dunia maya memang serasa kian menyempit menjadi hanya selebar daun kelor. Namun dunia nyata, dunia yang sesungguh dan senyatanya adalah dunia tanpa batas yang masih penuh misteri yang senantiasa menantang rasa ingin tahu kita. Dunia adalah ladang pengembaraan tiada batas bagi tholabul ‘ilmi kita.

Sedemikian luasnya dimensi misteri alam raya menjadikan kita harus sangat memahami makna kehadiran orang lain untuk saling menyapa, saling berbagi, saling asah, asih, dan asuh. Dengan demikian untuk menyelami dan menyeberangi dunia nyata yang senyatanya hanya sebuah kesementaraan ini, kita membutuhkan teman. Kita memerlukan sahabat sejati. Kita butuh saudara. Dan inilah yang menjadikan pentingnya mengepakkan sayap persaudaraan selebar-lebarnya. Sebuah persaudaraan tanpa batas.

Ndalem Kronggahan, 15 September 2009


3 tanggapan untuk “Safari Tepi Merapi”

  1. Pertamax…. 🙂
    Siap Ndoro…. Sesuk mangkat gasik… Oh ya, iki nek misal sing esuk Aku, Afnan, Muhlisin, Eko piye? Trus sing sore ben di-pandegani Singgih. 🙂