REFLEKSI PERJALANAN BALA TIDAR



Detik demi detik berjalan. Hari, minggu, dan bulanpun bergulir menelusuri titi kala mangsa. Segala suka dan duka peristiwa telah dilalui bersama. Ada gelak tawa penuh canda, namun tak jarang kegundahan dan kerisauanpun mewarnai jalan yang penuh liku dan berbatu. Namun satu yang pasti, setahun sudah kita berjalan dan belajar untuk merajut tali paseduluran yang kita yakini sebagai tanpa batas. Tanpa ada satupun diantara kita yang menghitung, ternyata kita telah melewati titik Ambal Warsa Komunitas Pendekar Tidar sebagai satu-satunya ikon blogger di Magelang dan sekitarnya.

Berawal dari tiga orang yang memiliki komitmen untuk turut kekiprah dan berkarya untuk kemajuan tanah wutah getih Bumi Tidar tercinta, kini paguyuban ini telah ngrembaka dengan lebih dari tiga puluh anggotanya. Ke depan tentu saja segenap Bala Tidar senantiasa berharap komunitas ini akan lebih dapat mewadahi berbagai aspirasi, ide, dan gagasan bagi kemajuan masyarakat tanpa terkecuali. Sampai di batas ini, maka kenikmatan apa lagi yang masih kita pertanyakan? Maka sudah menjadi kewajaran bila kita sejenak memanjatkan puja dan puji kehadirat Gusti Allah Kang Hakarya Jagad atas segala limpahan nikmat-Nya tersebut.

Kemudian bila terbersit sekedar tanya, apa yang telah kita lakukan bersama di dalam kebersamaan ini, maka marilah kita sesaat mengenang beberapa jejak langkah yang pernah kita torehkan. Berawal dari Kopdar Akbar di bulan April 2009, sedulur Rojiun dari Dusun Ngampon memaparkan ide pengumpulan buku untuk warga dusunnya. Lewat gethok tular di jagad maya, alhamdulillah telah terkumpul lebih dari 500-an judul buku dan telah diresmikan penggunaannya pada bulan Agustus tahun lalu.


Adalah uluran paseduluran dari blogger Wonosobo yang menggelar hajatan Wisata Blogger disambut dengan sumringah oleh Bala Tidar, hingga lebih dari 15 bergada ikut berpetualang di Bumi Dieng pada akhir bulan Juli. Berlanjut dengan hadirnya bulan Ramadhan, maka rekan-rekan Bala Tidarpun tandang gawe mengadakan acara pemutaran film pendidikan di SD Tegalrandu dan TPA Al Iman di lereng Merapi.

Bulan Syawal bulan penuh rasa syukur dan saling memaafkan. Acara halal bi halal Pendekar Tidar sengaja diunduh oleh sedulur Emi dari tlatah Kedu, lengkap dengan paket wisata eks-terosisnya di Dusun Beji yang ternyata hanya sedepa langkah dari rumah sang tuan rumah.

Berlanjut ke puncak hajatan Pesta Blogger, maka dengan semangat ’45 Bala Tidar ikut mangayubagyo pahargyan Pesta Blogger Regional Jogjakarta dan mengirimkan duta ke puncak Hari Blogger Nasional yang dihelat di ibukota Njakarta Hadiningrat di akhir bulan Oktober.

Awal tahun baru juga ada yang baru dari Bala Tidar. Bila sebelumnya paguyuban ini menggelar pertemuan kopdar secara tentatif dan sebatas mundi dawuhnya sang Pangkodar, maka tahun baru terjadi revolusi gerakan sangat luar biasa dengan tercetusnya adicara gethukan. Glenak-glenik methuk malem mingguan, demikian ikon kopdar rutinnya Bala Tidar yang digelar setiap hari Sabtu sore Minggu I dan III di Ringin Tengah Alun-alun Kota Magelang.


Sebuah paguyuban akan semakin guyub dan rumaket rasa pasedulurannya bila terjalin hubungan yang akrab dengan mediasi komunikasi yang baik. Maka digagaskan forum reriungan bersama dalam sebuah acara Rembug Bala Tidar yang bertempat di kantor PATTIRO Magelang, dusun Ngentak wilayah Sawitan atas fasilitasi dari sedulur Rochmad Munawwir. Dalam kesempatan kali ini ikut nimbrung pula Komunitas Rumah Pelangi Muntilan dan Omah Ngisor dari Kajoran yang menambah semarak suasana semalam suntuk.

Tercetus dalam Rembug Bala Tidar, dalam rangka memayu HUT I Komunitas Pendekar Tidar, dan sekaligus mangayubagyo HUT Kota Magelang 1104 dihelatlah hajat akbar Lomba Menulis tingkat Pelajar se-Eks Karesidenan Kedu. Dan akhirnya sebagai puncak peringatan detik-detik Deklarasi Ringin Tengah yang melahirkan Komunitas Pendekar Tidar, diadakanlah Grebeg Gethukan sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Di samping menghadirkan sekelumit catatan mengenai agenda kegiatan yang pernah terlaksana, maka momentum hari kelahiran juga harus dijadikan sebagai tonggak refleksi dan introspeksi diri. Ibarat pepatah tak ada gading yang tak retak, tentu saja ada hal-hal yang masih menjadi masalah klasik, bahkan kendala serius dalam kehidupan kepaguyuban kita.

Mulai dari rasa komitmen paseduluran, masalah kekompakan, dan tentu saja konsistensi kita untuk bersama-sama membesarkan komunitas yang sama-sama kita cintai. Bagaimana dalam selang waktu satu tahun ini komitmen dan konsistensi untuk tetap kreatif dan rutin menghadirkan postingan yang semakin berbobot di halaman blog kita masing-masing? Untuk soal yang satu ini nampaknya kita sangat minim prestasi, apabila tidak ingin dibilang gagal total. Dari sederatan Bala Tidar yang mengaku bergelar sebagai blogger bisa dicatat hanya nama-nama Kang Ciwir, Emi, Dobelden, Nahdhi, DobelEko, dan Ikhsan yang masih setia meng-up date postingan. Yang lainnya? Lewat saya kira!

Dari sisi partisipasi baik dalam kopdaran, dunia mailist, maupun agenda yang dirumuskan bersama, bisa dibilang hanya person-person tertentu saja yang menjadi motor penggerak sekaligus motivator. Yang lainnya? Lagi-lagi lewat saya kira!


Inti dari paseduluran adalah keguyuban. Dalam keguyuban tersebut kita harus rela bersatu padu untuk sama rasa, sama rekasa, sama kerja dan tentu saja sama berjasa. Ono pangan yo do dipangan, Ono kerjo yo digarap bebarengan. Ringan sama dijinjing dan berat sama dipikul, inilah landasan kebersamaan yang diliputi semangat kegotong-royongan yang harus selalu dipupuk agar tumbuh ngrembaka di masa yang akan datang.

Adalah tidak etis bila kita mau srawung dengan seseorang yang kita anggap sebagai sedulur sinara wedi, hanya pada saat bersuka ria saja. Adapun pada saat-saat yang krusial dan kritis, kita malah meninggalkan sedulur yang penuh dedikasi dan pengorbanan untuk kepentingan bersama tersebut. Dimanakah kepekaan nurani kita? Paseduluran sejati hanya memberi dan memberi tanpa pernah meminta sesuatu apapun! Biarlah Tuhan Yang Maha Cerdas sendiri yang melakukan perhitungan-perhitungan terhadap segala amalan kita.

Seribu satu alasan bisa saja dikemukan sebagai dalih dan alibi, namun betapa Gusti iku mboten sare. Marilah kita sejenak bercermin pada kejernihan jiwa dan hati nurani kita untuk mendapatkan kembali kesejukan pikir dan dzikir yang akan menuntun kita kepada kebijaksanaan hidup yang lebih sejati. Alam terkembang menjadi guru, maka senantiasalah belajar untuk menjadi sebenar-benarnya manusia.


Taman Sari, 13 April 2010


13 tanggapan untuk “REFLEKSI PERJALANAN BALA TIDAR”

  1. 1 tahun.. klo umur manusia paling baru bisa jalan sama bilang ‘mamah papah.. maem’ hehe… sebelum bisa berlari, ya memang harus belajar jalan dulu,..

    segala sesuatu itu berproses.. pendekar tidar lagi tumbuh… dalam latihan berjalan memang harus merasakan jatuh. toh sesuai prosoes yang akan dilalui tetap akan bisa berlari dengan cepat.

    kita para bala tidar yang menjadikannya tumbuh.. jadi ya tergantung.. mau kita tumbuhin dengan cepat.. lambat.. ato malah stuck?

    semoga jawaban kita sama… 😀
    .-= Tulisan terbaru eMo: Lomba Menulis Pelajar.. [Don’t Miss IT!!] =-.

  2. setahun bukan waktu yang cepat dan bukan pula waktu yang lama. semua adalah proses alamiah sunatullah yang berjalan dan harus dilalui…

    tetap semangat dan sukses selalu
    .-= Tulisan terbaru ciwir: 1 Tahun Pendekar Tidar dan Grebeg Gethuk =-.

  3. Yen tak gagas-gagas apik tenan refleksine terusno tekade ngrengkuh paseduluran sejati adedasar hati nurani.