Ponang Pencari Tuhan(1)


AWWOH LAGI APA???

Siang itu memang masih jauh menjelang Ashar. Cuaca sedikit redup disertai dengan gelegar suara petir alias bledheg bin thathit.

Si Ponang bertanya, “Nek bledeg ki suara apa?”

“Suara pecute malaikat”, jawab Kanjeng Romo sekenanya.”

Si Ponang penasaran, “Pecut ki opo?”

Kanjeng Romo sedikit kebingungan, namun kemudian mulai mereka jawaban,” Pecut itu seblake sapi, kebo, atau jaran.”

Lha yang mecut siapa?”, Si Ponang bertambah penasaran.

Kemudian,” Yang mecut namanya malaikat. Malaikat itu temannya Gusti Awwoh. Gusti Awwoh itu Tuhan. Pas mendung ada gumpalan mega yang menjadi mendung. Untuk memecah mendung itu, malaikat me-nyeblak-kan pecut-nya sehingga terdengar bunyi menggelegar di langit. Mendung yang pecah menghasilkan titik-titik hujan yang jatuh ke bumi.”

Ha sekarang Tuhan po Gusti Awwoh ki gek opo?”

Gusti Awwoh lagi kerjo!”

Lha nek Gusti Awwoh itu rumahnya dimana?”

Gusti Awwoh rumahnya di suwargo tingkat ke tujuh! “

Suwargo ki dimana to?”

Suwargo itu di langit tingkat ke tujuh. Langit yang dipakai terbang pesawat itu langit tingkat pertama. Di atasnya langit ke dua.” Si Romo menelungkupkan telapak tangan, kemudian menelungkupkan telapak tangan yang lain di atasnya. Kemudian, “Di atas langit tingkat ke dua ada langit tingkat ke tiga, ke empat, terusnya langit ke lima, enam dan tujuh. Itulah suwargo itu!”

Nek ke suwargo naik opo? Naik pesawat bisa?”

Nek ke suwargo itu naik buroq!”

Buroq ki opo?”

Buroq kuwi kuda bersayap yang bisa mabur secepat kilat……wwwwweeeeessssss!”

Nek ke sana bisa naik pesawat? Aku nek pakai baling-baling bisa sampai ke sana!”

“Pesawat itu cuma bisa sampai ke langit tingkat satu tok! Pakai baling-baling piye Le?”

“Baling-baling ki ya yang kayak Nobita itu lho! Yang dipasang di kepala!”

“Ooooo………@#%^&&*(*&%???”

Ha nek Gusti Awwoh itu siapa?”

Gusti Awwoh ya kancane malaikat Dik!”

“Malaikat rumahnya juga di suwargo?”

“Lha iya……..”

Lha nek ketemu Gusti Awwoh piye?”

“Yo sholat, awwoh di mesjid!”

Nek nggak awwoh dimarahi sopo?”

“Ya sama Gusti Awwoh to!”

“Dimana le dimarahi?”

“………………@#$%^@#$$%^@#$%^@#$%^^

Obrolanpun berganti ke tema pembicaraan yang lain seiring dengan turunnya rintik hujan yang deras di senja yang redup nan kelam itu. Dan di lain waktu, di lain kesempatan Si Ponang pasti akan bertanya tentang hal yang lain dengan sangat antusiasnya.


 

Ngisor Blimbing, 24 Maret 2011


4 tanggapan untuk “Ponang Pencari Tuhan(1)”

    • meski tidak tahu apa-apa, justru kemurnian dan kesuciannya menjadikan “antena receiver” yang luar biasa dari gelombang keilahian yang tidak dapat ditangkap dengan mudah oleh orang yang lebih dewasa…..