Pendekar Tidar #4


Muhammad Hanafi:Imam Besar Pendekar Tidar

SANY8452Berbicara tentang “mazhab” yang dianut sebagian Bala Tidar, maka tidak bisa lepas dari pendekar yang satu ini. Sebagai salah satu pencetus “empat mazhab besar”, maka beliau langsung didaulat sebagai sesepuh paguyuban. Tidak terlalu asing bagi jagad kependekaran di tlatah Tidar, semua sedulur mengenal nama Muhammad Hanafi.  Tanpa melebihkan dan mengurangkan, dialah penguasa jagad mashanafi.wordpress.com hadiningrat.

Terlahir sebagai putra Tidar asli, Hanafi mbangun padhepokannya di pedukuhan Karet, wilayah Mertoyudan. Lebih dari satu dasa warsa, Hanafi mengabdikan diri sebagai abdi dalem di jeron projo kadipaten. Dengan demikian Hanafi menduduki posisi strategis di lingkaran kekuasaan. Hal ini barangkali bisa menjadi keuntungan strategis bagi kelancaran penyebaran semangat paseduluran diantara sesama pendekar yang tentu saja sangat membutuhkan dukungan dari penguwoso setempat.

Mas Hanafi, demikian rekan-rekan wirablogger menyapanya, merupakan sosok sesepuh yang menjadi panutan bagi generasi muda Bala Tidar. Sosoknya yang kalem, tenang, dan menghanyutkan, menjadikannya tampak tumuwo dan kenyang akan asam garam jagad kependekaran. Maka jangan pernah sekali-kali bersikap jumowo di hadapannya kalau tidak ingin Anda kuwalat dunia akhirat.

Perkenalan kami memang berawal di dunia maya yang sangat misterius dan wingit gung liwang liwung. Berlanjut dengan saling kontak-kontakan, maka paseduluran itupun terjalin menjadi rajutan hati dengan segenap ketulusan. Dan akhirnya bertepatan dengan HUT Kota Magelang, kami dipertemukan dalam suasana syahdu penuh gegap gempita di bawah kerindangan ringin tengah. Alun-alun menjadi saksi dan monumen abadi bagi tumbuhnya benih persahabatan Mas Hanafi dengan Bala Tidar yang sengaja kempal manunggal.

Pemilik nama sandi kloloden_bom ini konon memang pernah bercita-cita untuk gladhen perang di lembah Tidar. Namun karena satu dan lain hal, maka pada saat calon pasukan elit di padhepokan Tidar main perang-perangan dengan saling lempar-melempar granat manggis, bukannya mangga yang didapat. Bukan pula coba-mencoba melamar gadis namun janda didapat, malahan bom yang didapat hingga menyebabkan Mas Hanafi kloloden bom. Demikian kira-kira pernah dikisah oleh sohibul hikayat.

Pun Hanafi kecil konon sangat terkenal akan kecerdikannya. Bukan berarti ia suka mencuri timun pak tani. Bersama dengan kakang kandungnya, Hanafi cilik sudah senang mengutak-atik alat komunikasi, mulai dari radio, interkom brik-brikan, hingga tape recorder dan tape ketan. Kegemaran tersebut menjadikannya sangat menyukai musik secara beragam, mulai dari Iron Meiden, Bon Jovi, Sepultura, bahkan Manthous dan Narto Sabdo. Tak kalah penyanyi semacam Poppy Mercury, Inka Kristi, dan Salim Iklim menjadi artis klangenannya.

Di masa remaja, Mas Hanafi pernah melanglang mencari identitas diri sebagaimana Brandhal Lokajaya mengembara sebagai singa di padang Karautan. Bersama dengan teman sebaya yang lain, seringkali hanya dengan mendengar sayupan bunyi gamelan kobra atau ndayakan, maka dengan mantik aji empat arah pembeda gerak berhasil diketemukannya lokasi sumber keriuhan. Dan itupun tidak main-main, karena jarak 3-5 km ditembusnya dalam keremangan malam untuk sekedar menonton pentas seni tradisional hanya by sikil, alias jalan kaki. Hal ini barangkali yang menjadikan insting Mas Hanafi terlatih sangat baik.

Bermodalkan insting yang tajam tersebut, maka Mas Hanafipun menjelajah luasnya daratan dan dalamnya lautan. Satu persatu desa dan dusun di tlatah sekawan keblat gangsal pancernya Bumi Panca Arga dikenalnya dengan seksama. Maka jangan heran apabila Mas Hanafi sangat hapal dengan jalanan wingit menuju Ngampon.

Di Ngamponlah nampak kedigdayaannya, manakala Mas Hanafi menyatukan diri dengan Sang Khalik. Dengan kemampuan “ngrogoh sukmonya”, ia jelajahi dunia awang-uwung. Manunggaling kawulo lan gusti, itulah kesan yang bisa dirasakan bagi para sesepuh yang siang malam sumandhing ing kitab suci. Bagi kami yang awam, barangkali berpikir Mas Hanafi sedang tidur. Padahal sesungguhnya ia sedang mendalami dzikir akbar tertinggi. Itulah sosok menungso tan keno kiniro yang sedang menyamar sebagai abdi dalem di ndalem kadipaten ini.

Nuwun sewu lho, kulo wedi kuwalat…….Ampuuun pemrentah!

Kampung Kosong, 2 September 2009


8 tanggapan untuk “Pendekar Tidar #4”

  1. Wkakakaka…..
    Wah mas nanang ki le gawe ukoro apik tenan, trutama paragraf trakhir nganti mekekelen q le guyu, padahal jane nyindir le mas hanafi sare kuwi