Ngepos di Pagi Hari


Ngepos2Sekira satu minggu selepas Idhul Fitri kemarin, saya berkesempatan nggiring para cucu Mbah Kakung beranjangsana di Pos Pengamatan Merapi di Dusun Ngepos, Srumbung – Magelang. Dengan menembus kabut tipis sisa embun semalam, cuaca pagi itu memang cukup membuat tulang menggigil kedinginan. Jalanan beraspal yang berliku dan semakin menanjak membawa kami melintasi beberapa dusun tetangga, seperti Gejayan, Babadan, Nglembar, Bendan, Waru Doyong, Krajan, Ngagrong, dan pastinya Salam. Selepas menyeberangi Kali Putih sampailah kami di kerumunan Pasar Ngepos.

Pasar Ngepos merupakan salah satu dari dua pasar resmi yang ada di wilayah kecamatan kami. Hari pasaran di pasar ini senantiasa selang-seling atau bergantian dengan Pasar Srumbung di dekat kecamatan. Beruntung pada pagi tersebut sedang gilirannya Pasar Ngepos berhari pasaran. Walhasil, semenjak Subuh para pedagang sudah mulai sibuk menata dagangannya dan para pembelipun juga sudah banyak yang berdatangan.

Sebagai pasar tradisional yang berada di tengah sentra pertanian, sudah pasti pasar ini menjadi pintu gerbang pertama keluarnya komoditas hasil pertanian di wilayah Merapi sisi barat. Aneka ragam sayur-mayur yang ditanam dari kesuburan abu Merapi dengan mudah dicari di sini. Ada sayur sawi, jetsin, lebor, kubis, kentang, buncis, kapri, kacang panjang, tomat, dll. Ada pula aneka ragam rempah dan bumbon, seperti cabe, bawang, jahe, kencur, dll. Sebagai sentra tanaman salak pondoh, tentu saja banyak warga yang menjualkan panenan dari kebunnya di pasar ini.

Ngepos4 Ngepos5

Selain melayani penjualan produk pertanian setempat, di pasar ini sudah pasti juga dijajakan aneka barang kebutuhan rumah tangga. Ada pula peralatan dapur, peralatan pertanian, hingga sapu lidi dan kain pel. Untuk urusan jajanan pasar, di pasar ini bisa ditemukan aneka jajanan kue tradisional, semisal gatot, thiwul, ongol-ongol, bubur terik, hingga rengginan dan enting-enting jahe. Bagi kebutuhan warga sekitar, keberadaan Pasar Ngepos sangat memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Selain keberadaan Pasar Ngepos yang ramai dengan kesibukan pedagang dan pembelinya, di samping kerumunan pasar tepat di ujung pertigaan berdiri dengan kokohnya sebuah bangunan bentuk panggung setinggi kira-kira 25 m. Rumah panggung inilah yang merupakan pos pengamatan untuk memantau aktivitas gunung Merapi yang merupakan gunung teraktif di dunia. Pos yang telah dibangun sebagai peninggalan Belanda inilah yang menjadikan tempat ini disebut dengan Dusun Ngepos.

Rumah panggung yang disangga dengan rangkaian kerangka besi yang menjadi pos pengamatan gunung Merapi tersebut telah berdiri semenjak tahun 1935. Tentu saja tahun tersebut hanyalah merupakan waktu pada saat menari dibangun. Adapun keberadaan pos pengamatan atau mungkin menara pemantau yang lama sudah ada jauh sebelum masa itu dan menjadi cikal bakal penamaan Dusun Ngepos itu sendiri.

Ngepos3Pos pengamatan gunung Merapi di Ngepos merupakan satuan teknis pelaksana di bawah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Berada pada ketinggian sekitar 600 meter di atas permukaan air laut menjadikan wilayah ini termasuk kaki gunung Merapi yang berhawa sejuk, bahkan sangat dingin sebagaimana pada saat kami dolan kemarin.

Selain bangunan panggung pengamatan visual yang dilengkapi dengan peralatan teropong jarak jauh, di bawah bangunan menara juga terdapat semacam taman alat untuk pengamatan berbagai kondisi udara maupun cuaca setempat. Diantara alat pengamatan yang ada cuaca yang ada adalah termometer dan higrometer untuk pengukuran temperatur dan kelembaban udara. Ada pula regenmenter atau peralatan penakar curah hujan yang terjadi.

Di samping melihat-lihat aneka peralatan pengamatan yang ada di pelataran bawah maupun di dalam kantor, hal yang paling menantang ketika mengunjungi pos ini adalah kesempatan untuk menaiki tangga menara dan naik ke atas rumah panggung yang sangat mendebarkan. Hanya dengan injakan anak tangga dari lembaran balok tipis, siapapun akan merinding ketika menaiki dan melihat secara langsung arah bawah menara. Debar jantung bertambah kencang dikarenakan di sisi kanan dan kiri tangga naik juga hanya dipagari dengan besi tipis yang terasa seolah-olah dapat patah setiap saat.

Ngepos1 Ngepos2

Rasa dag-dig-dug dan was-was pada saat menaiki anak tangga akan terbayar dengan sebuah ketakjuban pada saat kita berhasil sampai di puncak menara pos pengamatan gunung Merapi ini. Bukan soal dapat melihat secara dekat peralatan-peralatan teropong di dalam pos, akan tetapi yang lebih mengasyikkan adalah pemandangan sekitar yang dapat diamati dengan padangan lepas ke segala penjuru mata angin. Di sisi utara (timur) tentu saja menjulang dengan perkasanya puncak Merapi yang senantiasa mengepulkan asap putihnya.

Adapun di sisi bawah arah selatan, barat, dan utara nampak terhampar rumah-rumah penduduk yang berjajar memenuhi perkampungan Dusun Ngepos. Keramaian pasar Ngepos dan rentang jembatan gantung di Kali Putih nampak sangat menakjubkan dipandang dari atas menara. Sungguh sebuah pengalaman yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, kecuali Anda datang langsung menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Meskipun penuh perjuangan untuk menepis rasa dag-dig-dug ketika menuju puncak menara, namun setiap pengunjung pasti akan senantiasa ketagihan untuk kembali menaiki menara pada kesempatan yang lain jika berkunjung lagi ke pos ini.

Ngepos6Anda pernah merasakan hal yang sama? Jangan sampai Anda ketinggalan pengalaman yang menantang ini. Datanglah sekali-kali ke Pos Pengamatan Gunung Merapi di Dusun Ngepos tersebut.

Ngisor Blimbing, 3 Agustus 2015


2 tanggapan untuk “Ngepos di Pagi Hari”

  1. wakkaka
    asli masih kagok saat dibilang … merapi di sisi timur pos ngepost ..
    meski klo liat gugel map beneran di arah timur laut (dan memang lebih condong ke timur)
    tetep sebagai orang kec Srumbung (bagian tengah, dsn. Ganden, Banyuadem), selalu mengganggap merapi itu di utara …
    rasa yang tidak bisa dirubah oleh logika dan fakta …