Merapi Telah Penuhi Janjinya


MERAPI TAK PERNAH INGKAR JANJI

Sebagaimana difirmankan Tuhan melalui kitab sucinya, gunung-gunung ditegakkan di muka bumi sebagai paku agar keberadaan dunia dengan segala isi alam semestanya senantiasa stabil. Tidak hanya dalam pengertian fisik, namun stabil juga mencakup makna batiniah sebagai suatu ketenangan, ketentraman dan harmonisasi irama alam. Intinya keberadaan gunung-gunung turut menentukan tata kosmos keseimbangan dunia. Itulah kodrat, sunatullah, sekaligus titah dan amanat Tuhan kepada sebuah gunung semenjak awal masa penciptaannya. Kodrat itu pulalah yang menjadi janji sebuah gunung sebagai makhluk yang senantiasa tunduk patuh kepada Sang Khaliknya.

Akan halnya dengan Merapi, gunung teraktif di dunia inipun tak lepas dari ketentuan di atas. Dengan segala tingkah laku aktivitasnya, sesungguhnya sangat banyak tersimpan makna dan hikmah di balik keberadaan gunung Merapi. Menjulang tinggi di perbatasan empat kabupaten, masing-masing Magelang, Boyolali, Klaten dan Sleman, abu vulkanik Merapi merupakan sumber keberkahan atas kesuburan bumi pertiwi di lingkar tepi Merapi.

Kawasan lingkar Merapi merupakan hamparan luas terbentang dengan persawahan, kebun dan ladang yang senantiasa ijo royo-royo. Segala macam tanaman budidaya pertanian sangat cocok di sana. Padi dengan segala macam varietasnya dapat tumbuh dengan baik. IR-64, Cisadane, Memberamo, Andelwangi, Rojolele, hingga ketan Salome dan Kluthuk-pun menjadi permadani penghias lereng gunung.

Aneka rupa tanamanan sayur-mayurpun menjadi produk andalam kawasan seputar Merapi. Ada kubis, sawi, jetsin, kacang panjang, kentang, tomat, terong, pare, hingga loncang dan sledri, dipetik pagi dan petang hari tiada henti untuk dipasok ke kota-kota sekitar, mulai Muntilan, Yogyakarta, Semarang, bahkan Surabaya dan Jakarta. Kaki Merapi juga merupakan daerah penghasil utama aneka jenis cabe, dari cabe rawit, jawa, dan Taewan yang dibudidayakan para petani.

Hamparan tanaman salakpun menghias luas di sisi barat dan tenggara Merapi. Adalah kecamatan Turi, Pakem dan Tempel di wilayah Sleman, serta kecamatan Srumbung di Magelang menjadi sentra produksi salak. Berbagai macam varietas salak tumbuh dengan sangat baik pada tanah vulkanik berpasir, dari salak lokal, pondoh, lumut, hingga salak madu.

Tanaman buah budidaya di ladang, diantaranya semangka, ketimun, juga melon dan strawbery telah banyak dikembangkan dengan teknik modern.Hampir segala rupa tanaman buah dapat tumbuh dengan baik di tanah Merapi. Mangga, rambutan, jambu, klengkeng, jeruk, nangka, bahkan kelapa mewarnai hampir di setiap sudut kebun dan pekarangan warga.

Kawasan hutan lindung di atas Merapi merupakan sumber resapan air yang selanjutnya menjelma menjadi sungai-sungai sumber kehidupan. Senowo, Blongkeng, Lamat, Kali Putih, Krasak, Bebeng, Gendol, Kali Code, Winongo, Gajah Wong, hingga Kali Opak merupakan naga air yang bersumber dari ketiak gunung Merapi. Tanah subur dan air jernih melimpah adalah perpaduan sebuah surga dunia yang semakin langka saat ini. Semua hal tersebut di atas adalah berkah Tuhan kepada manusia melalui keberadaan sang gunung api.

Di samping abu vulkanik pemupuk kesuburan bumi pertiwi, Merapipun memberikan material bangunan yang tiada henti-hentinya dan seakan tiada kenal habis. Ada pasir, krikil, krakal, hingga aneka rupa bebatuan sebagai bahan bangunan yang sangat bermanfaat. Tak sedikit warga di seputaran sungai-sungai yang berhulu di Merapi menggantungkan hidupnya sebagai penambang pasir dan batu. Tidak hanya bangunan baru terbuat dari material Merapi, bahkan candi Borobudur, Prambanan, Ratu Boko dan sekian ratus candi di sekeliling kawasan Kedu merupakan karya indah dari bebatuan Merapi.

Lebih dari anugrah fisik, Merapi juga menjadi puncak pengembaraan para spiritualistik dalam rangka mencari kesejatian diri. Merapi merupakan puncak lelakon dan lelaku hidup manusia sebagaimana disimbolkan dalam konsep Tri Hita Karana, antara garis filosofis Laut Kidul – Kraton Jogja – puncak Merapi. Puncak gunung nan tinggi menjadi simbol satu kesatuan kekuasaan dan kekuatan tertinggi di alam semesta raya, Dia-lah Tuhan Sang Pencipta seru sekalian alam. Di sanalah berpadu dan menyatinya antara kawulo dengan Gusti-nya.

Adalah kodrat alam yang mengharuskan sebuah gunung menampakkan peningkatan aktivitas dalam periode waktu yang telah digariskan Tuhan atasnya. Gunung hanya senantiasa taat dan tunduk atas kodrat tersebut. Maka bilapun kemudian Merapi meletus, hal itu hanyalah semata-mata bentuk ketaatan Merapi atas amanat dan tugas yang diembankan di pundaknya. Letusan Merapi bukanlah bencana. Manusia dan warga sekitar Merapi yang selama ini telah menikmati berkahnya selama beberapa dekade, hendaknyalah bertoleransi memberikan sedikit ruang dan waktu dengan menyingkir menjauhi sang gunung.

Andaikanpun dalam menjalankan tugasnya Merapi mengeluarkan abu, pasir, krikil, krakal, hingga bongkahan batu dan wedhus gembel, semuanya hanyalah wujud kemurahan alam akan kesuburan yang tengah ditebarkan di wilayah yang lebih luas. Jer basuki memang mowo bea, segala proses menuju kemulian senantiasa membutuhkan pengorbanan.

Bilapun dalam ketaatannya menjalankan sunatullah-Nya jatuh korban harta benda dan jiwa manusia, semua sudah menjadi garis kehidupan. Meskipun manusia wajib berikhtiar menyelamatkan diri, namun bila usaha tersebut telah dilakukan secara maksimal, maka tinggallah manusia berserah diri dan berdoa, tunduk pasrah kepada kehendak-Nya. Di balik setiap peristiwa selalu ada hikmah tersembunyi yang terkadang sulit untuk dicerna dan diterima dalam waktu yang bersamaan. Kelak di kemudian hari, dengan akal yang lebih tenang dan jernih, barulah manusia bisa paham dan mengerti akan kehendak Tuhan atas dirinya.

Merapi menjadi inspirasi dan daya hidup bagi ratusan ribu warga di empat keblat lima penjurunya. Merapi adalah sahabat yang memberikan naungan hidup dan menjadi tumpuan hidup manusia. Merapi tegak berdiri menjadi pengayom, sekaligus pengayem jiwa-jiwa yang rindu akan ketentraman hidup. Bumi Merapi yang gemah ripah loh jinawi akan segera hadir kembali setelah sang arga selesai menunaikan hajatan akbarnya. Itulah janji Merapi akan kodrat dan titah yang diembannya. Dan yakinlah para saudaraku, Merapi tak akan pernah ingkar janji.

Cisitu, 9 November 2010


8 tanggapan untuk “Merapi Telah Penuhi Janjinya”

  1. Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia :

    * AWAS :> Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana

    * SIAGA :> Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana

    * WASPADA :> Ada aktivitas apa pun bentuknya

    * NORMAL :> Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma