Membaca, Suatu Fakta Tak Terelakkan


Membaca adalah keterampilan berbahasa ketiga yang dialami oleh manusia. Membaca menjadi keterampilan berbahasa ketiga karena sebelum manusia itu belajar membaca, ia harus mampu mendengarkan dan berbicara dengan baik terlebih dahulu. Pada dasarnya, ketiga proses tersebut saling berkesinambungan dan akan menghasilkan proses belajar yang lain.

Belajar membaca merupakan proses belajar yang harus dilakukan dengan sabar oleh orang yang belajar dan orang yang memberi pelajaran. Alasannya yaitu bahwa belajar membaca tidak dapat dilakukan secara instan atau sekali jadi, tetapi harus dilakukan dalam waktu yang cukup lama agar menghasilkan kemampuan membaca yang berkualitas. Telah kita ketahui pula bahwa membaca memiliki berbagai ragam jenisnya. Ragam tersebut digunakan sesuai dengan konteks dan keperluan kita dalam mendapatkan informasi.

Ketika kita memasuki jenjang pendidikan dasar tingkat awal, pelajaran membaca menjadi pelajaran yang sering diajarkan, baik itu membaca huruf maupun membaca suku kata, dan kata yang nantinya tersusun menjadi frasa, klausa, kalimat, atau bacaan singkat. Guru yang mengajarkan membaca pun memiliki cara tersendiri agar siswa-siswinya lekas mampu membaca dengan baik.

Lalu, muncullah suatu pertanyaan, seberapa pentingkah membaca itu sehingga kemampuan membaca menjadi suatu hal yang wajib dimiliki oleh setiap orang?

Ada suatu fakta yang tidak dapat dihindari di dunia ini. Kemampuan membaca yang baik akan mendorong kita untuk menulis dengan baik pula. Informasi-informasi penting yang ada di dunia ini tidak mampu ditularkan kepada semua orang melalui lisan saja, tetapi juga melalui tulisan-tulisan yang harus dibaca. Informasi-informasi di dunia ini akan terasa valid dan lebih dapat dipertanggungjawabkan apabila disajikan dalam bentuk tulisan. Orang-orang yang menuliskan informasi pun haruslah orang yang mampu menulis dengan baik, yang kemampuannya itu didapatkan dari proses membaca yang baik pula terlebih dahulu. Semakin banyak informasi yang kita peroleh, semakin luas pula wawasan yang kita miliki. Wawasan luas yang kita miliki pun akan mendorong kita untuk mengembangkannya menjadi banyak hal yang berdaya guna bagi kehidupan.

Wawasan luas yang diperoleh dari kegemaran membaca memiliki dampak yang cukup besar dan bermanfaat dalam pergaulan. Biasanya, orang yang gemar membaca akan terlihat “nyambung” ketika bergaul dengan orang-orang di sekelilingnya. Ia mampu membicarakan suatu topik permasalahan yang ada di dunia ini dengan antusias, bahkan mampu untuk mendiskusikannya dengan kawan-kawannya. Dalam berdiskusi pun ia memiliki pemikiran yang terarah. Ia terlihat serbatahu tetapi tidak sok tahu, karena ia memiliki dasar yang menyebabkan ia tahu, yaitu berbagai informasi yang diperoleh dari membaca.

Selain itu, orang yang gemar membaca akan memiliki wawasan tentang tata kehidupan dan keagamaan yang luas dan baik pula. Ketika ia mendapatkan suatu permasalahan, ia akan berusaha untuk menghadapinya dengan tegar dan berusaha untuk mencari jalan keluar yang baik. Bahkan, ketika ada seorang karib kerabatnya yang kesusahan, ia juga mampu untuk memberikan motivasi agar karib kerabatnya itu tidak berputus asa. Ia akan membantu karibnya itu agar selalu menggunakan akal sehat dan cara-cara yang lurus dalam memecahkan berbagai persoalan, sehingga tidak terjebak dalam kehidupan menyimpang yang membuat masalah menjadi semakin pelik. Ya, semua itu ia dapatkan karena ia banyak dan gemar membaca. Tak hanya membaca buku saja yang membuatnya mampu menularkan informasi serta memotivasi, tetapi juga membaca segala hal yang ada di alam ini.

Beberapa waktu yang lalu kita mendengar bahwa minat untuk membaca di negara kita masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh lingkungan yang kurang mendukung, misalnya, orang tua yang tidak memiliki kebiasaan untuk membaca, tidak tersedianya bacaan-bacaan menarik karena orang lebih tertarik membeli barang tersier daripada membeli buku, pengaruh teman yang malas membaca dan lebih rajin melakukan hal lain yang kurang bermanfaat, serta kesempatan mengunjungi perpustakaan yang sedikit. Namun sebenarnya, kerendahan minat baca itu sendiri dapat diatasi dengan baik, khususnya pada anak-anak dan remaja saat ini. Anak-anak dan remaja akan tertarik membaca bila dibiasakan oleh orang-orang terdekatnya, seperti orang tua dan guru. Pembiasaan itu dapat dilakukan tentunya dengan jalan menyediakan berbagai macam bacaan bagi mereka, atau mengajak mereka untuk mengunjungi taman-taman bacaan yang dapat pula dilakukan dengan penjadwalan. Untuk beberapa situasi, mungkin sedikit pemaksaan dapat dilakukan, karena dari keterpaksaan yang dirasakan oleh anak-anak dan remaja itu lama kelamaan akan tertanam menjadi suatu kebiasaan yang kelak akan menjadi budaya yang indah. Bacaan-bacaan bernilai yang sering dibaca pun akan memengaruhi jiwa kita semua untuk membaca segala hal yang tertera di alam ini, segala hal yang telah dikaruniakan oleh Tuhan kepada kita agar kita senantiasa mensyukurinya. Membaca juga merupakan sesuatu yang telah diperintahkan oleh Tuhan kepada kita. Ini terbukti dengan turunnya wahyu yang memerintahkan manusia untuk membaca, (Q.S. Al-Alaq). Dapatlah kita simpulkan bahwa selain dapat menjadi orang berwawasan luas dan bermanfaat, dengan membaca berarti kita sedang melaksanakan perintah Tuhan.

Juara II Lomba Menulis Kategori SMA

  Happy Virgina Puspa Nirmala

  SMAN 1 Kota Magelang

  Juara II Lomba Menulis Tahun 2012 Kategori SMA


3 tanggapan untuk “Membaca, Suatu Fakta Tak Terelakkan”

  1. Dilihat dari isi tulisan sangat bagus memaparkan uraian pentingnya, manfaat, hambatan, hingga solusi memupuk minat baca.
    Alur tulisan juga mengalir dengan runtut dan runut.
    Sedikit kekurangan pada ketidakcermatan menulis imbuhan -pun yang mestinya dirangkaikan penulisannya dengan kata dasar yang diberi imbuhan.

    Btw, it’s very nice article!