Meiji Jingu Shrine


RIMBA RAYA DI TENGAH TOKYO

Anak Magelang Melanglang Jepang -2

Tokyo memang kota yang super sibuk di dunia. Kepadatan penduduknya sangat tinggi, sehingga mobilitas manusianya juga menyamai lautan cendol. Masih beruntung, penduduk Tokyo sangat sadar dengan penggunaan sarana transportasi massal, terutama kereta api dan bus umum. Meskipun demikian, dari berbagai sumber disebutkan bahwa tingkat polusi di ibukota Jepang ini sangat tinggi. Memang langit Tokyo tidak jauh berbeda dengan langit Jakarta, seakan selalu diselimuti kabut timbal dan karbon.

Di tengah kebisingan Tokyo, di sela kesibukan warga Tokyo pergi dan pulang kerja, di sisi manusia Jepang bertransaksi ekonomi di pusat bisnis dan perbelanjaan, di samping kepulan asap industri dan transportasi yang menambah polusi, ternyata masih ada beberapa titik hijau yang dipertahankan dan dilestarikan. Satu diantara titik hijau itu adalah kawasan Meiji Jingu Shrine. Tempat ini 90 tahun yang lalu konon hanyalah daerah tandus nan gersang. Dengan kesadaran pentingnya keberadaan mempertahankan setiap hal yang berbau alamiah, maka tempat ini mulai dikonservasi dan kini menjadi hutan kota yang sangat rindang, sejuk dan memikat setiap pengunjung.

Kawasan Meiji  Jingu Shrine sebenarnya merupakan kawasan yang sangat sakral bagi masyarakat penganut Shinto. Memasuki kawasan ini, kita akan disambut dengan gerbang perkasa simbol kedaulatan teologis kepercayaan yang diakulturasi dari agama Budha ini. Menyusuri jalanan berkerikil lembut, lebar nan berkelok, pengunjung diantar memasuki satu demi satu gerbang “kehidupan”. Di sisi kanan dan kiri terdapat banyak diorama dan lukisan yang menggambarkan sejarah pemerintahan kaisar di Jepang hingga masa terjadinya restorasi Meiji.

Memasuki pusat kawasan Meiji Jingu Shrine, terdapat bangunan megah nan anggun namun sangat kental dengan nuansa tradisi asli Jepang. Sebuah kuil raksasa megah berdiri di tengah rerimbunan hutan kota. Meiji Jingu Shrine temple memiliki satu gerbang utama di sisi depan bangunan, dengan dua gerbang tambahan di sisi kanan dan kiri kuil. Di tengah ketiga gerbang terdapat lapangan utama yang sangat luas. Melintasi lapangan luas tersebut pengunjung diantar menaiki gerbang altar utama dimana bangunan utama kuil berlokasi.

 

Kalangan awam yang ingin beribadah “kecil” hanya bisa sampai di titik tengah gerbang tengah kuil, begitu pula dengan para wisatwan yang berkunjung. Masuk lagi terdapat lagi pelataran sedang yang langsung berhadapan dengan altar utama yang sangat anggun, bernuansa sangat sakral dan suci. Di sinilah para pendeta Shinto memimpin setiap peribadahan harian maupun pada perayaan agama yang lebih besar. Tepat di sudut kanan pelataran tengah, tergantung dengan perkasa sebuah bedug raksasa yang selalu dipukul keras saat awal dan akhir prosesi ibadah berlangsung. Hal ini tentu saja sangat mirip dengan bedug di masjid-masjid besar yang selalu dipukul menjelang waktu sholat tiba.

Kawasan Meiji Jingu Shrine memiliki dua arti besar bagi penganut Shinto. Pertama sebagai kuil pusat peribadahan terbesar di Tokyo yang bersifat sangat personal, suci dan magis. Kedua  kawasan ini merupakan simbol para penganut Shinto bahwa setiap hal yang berkaitan dengan alam dan bersifat alamiah akan selalu dipertahankan karena hal itu bersifat sangat mendasar dari sisi kepercayaan mereka. Masayarakat Jepang senantiasa menjunjung tinggi sikat penghormatan kepada Tuhan, alam dan tradisi agung para leluhur. Dari sinilah muncul keharmonisan sejati, antara manusia, Tuhan dan alam. Jadi semodern apapun dan secanggih apapun masyarakat Jepang menggunakan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, secara prinsip kemanusian mereka sangat menjunjung tinggi keharmonisan. Inilah barangkali sebuah kunci, kenapa masih rimbun di tengah kota dengan kawasan Meiji  Jingu Shrine yang suci dan sejuk sebagai peneduh lingkungan, dan tentu saja peneduh hati dan jiwa masyarakat Tokyo.

info lebih lengkap tempat ini silakan dieksplor lebih lanjut di:

http://www.meijijingu.or.jp/english/ dan

http://en.wikipedia.org/wiki/Meiji_Shrine

Shinjuku, 8 Maret 2012


2 tanggapan untuk “Meiji Jingu Shrine”