Kota Toe Kawagoe


KELESTARIAN SEBUAH WARISAN MASA SILAM

Setiap kota punya masa lalu dan sisi ketuannya. Jika Jakarta memiliki kawasan Jakarta Kota-nya, Malaysia dengan Melakanya, Saitama Perfecture di sisi barat laut Tokyo mempunyai Kawagoe. Tua bukan berarti harus dilupakan dan dianggap usang. Di Kawagoe bangunan tua justru dilestarikan dan menjadi aset yang sangat berharga dan luar biasa bagi dunia pariwisata setempat. Inilah salah satu contoh sebuah tatanan kota yang justru mempertahankan dan melestarikan sisi ketuaanya untuk disandingkan secara harmonis dengan sisi modernitas jaman. Kota yang berukuran sedang ini berjarak kurang lebih 100-an kilmoter dari Tokyo, dan dapat ditempuh dengan kereta api dalam waktu kurang dari 40 menit.

Masyarakat lokal setempat menjuluki Kawagoe sebagai Edo Kecil (“little Edo”, Edo merupakan nama lama dari kota Tokyo). Kota ini didirikan oleh para Shogun yang bertugas mengawal kaisar di Tokyo. Kuil Kawagoe semula merupakan pusat pemerintahan Tokugawa Shogunate. Banyak bangunan yang diruntuhkan pada tahun 1870, akan tetapi masih banyak sisa bangunan istimewa yang masih bertahan dan dipertahankan hingga masa kini. Sebelum bergabung menjadi Saitama Perfecture pada tahun 1873, Kawagoe merupakan ibukota pemerintahan Kawagoe Prefecture (1871) dan kemudian Iruma Prefecture (1871 -1873).

  

Apa yang tersisa dari sejarah masa lalu dan kini menjadi aset istimewa di Kawagoe? Banyak hal! Ada bangunan berbagai kuil tua, menara lonceng yang tetap megah menjulang tinggi, ada berbagai kompleks pemakaman tua, dan tentu saja sisi jalanan dengan deretan pertokoan tuanya.

Sebagaimana daerah atau kota lain di Jepang, kepercayan dan agama sangat menginspirasi berbagai bangunan peribadatan yang sudah sangat tua. Dua aliran agama yang sangat mendominasi tenu saja Shinto  dan Budha. Pengaruh yang sangat kuat dan dalam dari kedua agama ini tertuangkan dengan sangat cantik melalui arsitektur bangunan ibadah kedua agama ini, shrine istilah untuk tempat ibadah ummat Shinto dan kuil atau temple biasa digunakan untuk tempat ibadah ummat Budha.

  

Di seluruh sudut Kawagoe hampir seluruhnya ditebari bangunan shrine dan kuil. Beberapa contoh kuil tua yang masih berdiri megah saat ini adalah Kita-in temple, Hozen-ji Temple, Dairen-ji Temple, Yju-in Temple, Choki-in Temple, Gyoden-ji Temple, Renkei-ji Temple, Kenryu-ji Temple. Adapun untuk bangunan shrine diantaranya Yakushi Shrine, Hiyoke-inari Shrine, Kumano Shrine, , Yukizuka-inari Shrine. Yang disebutkan di atas hanyalah beberapa contoh diantara puluhan tempat peribdatan yang ada di Kawagoe.

Tidak hanya dari sudut keunikan bentuk arsitektur yang sudah pasti sangat jadul dan sangat sulit ditemukan pada jaman ini, kuil atau shrine juga menyimpan sejarah yang sangat panjang bagi perkembangan kota Kawagoe. Perpaduan kedua hal ini menjadikan tampilan kuil maupun shrine menjadi sangat anggun, berwibawa, dan sudah pasti sakral. Getaran gelombang kesucian sebuah tempat peribatan sangat kental dan bisa dirasakan dengan mendalam, bahkan oleh setiap pengunjung yang berbeda keyakinan agama maupun kepercayaan dengan Shinto dan Budha. Inilah satu diantara sekian banyak daya tarik Kawagoe.

  

Selain kuil dan shrine, bagi pengunjung penikmat wisata sejarah sebuah daerah yang datang di Kawagoe akan disuguhi gambaran perkembangan kota dengan segala hiruk pikuk dan dinamikan budaya serta peradaban yang menyertainya dalam museum-museum yang ada. Diantara sekian banyak deretan museum yang selalu ramai dengan pengunjung adalah Hattori Museum of Foklore, dan Yamazaki Art Museum.

Di samping segala bentuk fisik bangunan tua, Kawagoe juga menyajikan agenda tahunan berupa Kawagoe Festival Shrine. Segala tradisi dan budaya yang lahir, hidup dan tertpelihara hingga generasi terkini terefleksikan dalam sajian festival ini. Melalui kegiatan festival massal semacam ini, masyarakat setempat seakan meneguhkan kepada setiap orang bahwa kebersaman, dan rasa gotong royong tumbuh dan terpelihara di tengah masyarakat mereka hingga di era modern saat ini.

Sebuah kota tua dengan peradaban dan bangunan tua, tentu saja juga memiliki kreasi dan kreativitas yang tinggi dalam seni dan tradisi. Dari kedua hal tersebut maka lahirlah berbagai macam produk kerajinan tangan maupun rumah tangga yang sangat istimewa, seperti produk souvenir. Ratusan bahkan ribuan pilihan ragam dan macam souvenir akan sangat mudah ditemukan di kedua sisi jalan-jalan yang membelah kota Kawagoe.

Selain bangunan dan segala hal peninggalan sejarahnya, Kawagoe juga merupakan kawasan penghasil komoditas pertanian yang sangat terkenal. Prefecture ini memiliki relief geografi yang relatif datar dan memiliki tanah semi vulkanik yang sangat subur. Banyak produk pertanian dihasilkan di daerah ini, mulai dari padi, berbagai macam sayuran semisal terong, kentang, kacang, sawi, kol, hingga kol putih. Di samping itu ada juga hasil pertanian  jenis buahan hortikultura seperti melon, semangka, ketimun, dan masih banyak yang lainnya. Satu hal yang paling istimewa adalah bahwa Kawagoe dikenal sebagai penghasil kentang manis (sweet potatoe).

Bila sebuah aset kota dipelihara dan ditumbuhkembangkan dengan kerja sama dan dukungan berbagai pihak yang berkepentingan, sebagaimana di kota tua Kawagoe dapat menjaring wisatawan untuk datang dan memberikan pemasukan serta meningkatkan derajat kemakmuran rakyat sudah dibuktikan dan menjadi kenyataan di berbagai negara, apakah para pemangku kepentingan, terutama pemerintah di tanah air kita tidak dapat menjadikannya sebagai contoh untuk memajukan daerah masing-masing? Harusnya sih bisa!

 

Shinjuku, 9 Maret 2012


2 tanggapan untuk “Kota Toe Kawagoe”