Kopdar Lebaran yang Hampir Terlupakan


Lebaran selalu menjadi momentum untuk pulang ke kampung halaman. Mudik, itulah tradisi tahunan yang sudah mendarah daging di setiap putera daerah yang merantau jauh dari bumi kelahiran. Maka kesempatan di kampung halaman itu seringkali dimanfaatkan untuk mempertemukan kembali balung pisah yang sebelumnya sempat tercecer dan berserakan di berbagai tempat atau wilayah. Bertemu, bertatap muka, bercandaria, berbincang riang, tertawa ngalor-ngidul dalam sebuah reuni temu kangen, baik dengan keluarga, saudara, kerabat, ataupun teman-teman merupakan sebuah kenikmatan tersendiri yang tiada tara indahnya. Demikian halnya dengan jalinan paseduluran tanpa batasnya Balatidar yang seolah sedang meredup, menjadi menyala kembali tatkala menjelang lebaran kemarin sempat berkopdaria kembali.

Bukber1

Nasib dan jalan hidup telah menempatkan beberapa sedulur Balatidar terpencar oleh bentangan ruang jarak dan waktu. Gelaran gethukan yang dulu pernah menjadi komitmen bersama untuk saling bertatap muka di setiap paruh bulan, kini menjadi kian sulit untuk diwujudkan dikarenakan tidak adanya tuan rumah yang sanggup dan komit untuk hamengku gawe. Maka sekaligus memanfaatkan mudiknya para sedulur Balatidar yang merantau, waktu di sekitar Lebaran menjadi pilihan peluang untuk berkumpul bersama lagi.

Begitu menginjakkan kaki di Bhumi Magelang tercinta, kira-kira sepekan menjelang Idul Fitri, saya mencoba mengontak Pangkopdar Nahdhi. Saya memintanya untuk melakukan kontak-kontak dengan semua elemen Balatidar serta mengagendakan kopdaran. Ada dua alternatif pilihan yang saya kemukakan. Pertama, kita berkumpul beberapa hari menjelang Hari Lebaran. Sedangkan alternatif kedua, kita kopdaran dalam suasana Hari Lebaran.

Untuk momentum pertama kita akan wadahi dalam gelaran buka bersama. Keuntungan memanfaatkan momen bukber beberapa hari menjelang Lebaran antara lain akan lebih banyak rekan Balatidar yang dapat hadir. Para sedulur yang dari rantaupun kemungkinan sudah merapat di Magelang. Namun demikian batasan waktu kopdaran mungkin akan sedikit terbatas, dikarenakan selepas buka bersama kita masih memiliki kewajiban ibadah tarawih, tadarus dlsb. Adapun untuk pilihan kedua, kumpul-kumpul sudah dalam nuansa lebaran, sangat cocok untuk digelar acara Halal bi Halal atau Syawalan. Kopdaran dapat memilih waktu dan tempat yang lebih leluasa. Namun sebagaimana tradisi di lingkungan masyarakat kita, momentum Lebaran seringkali lebih kita utamakan untuk melakukan silaturahmi diantara keluarga inti dan sanak kerabat dalam wujud ujung, syawalan ataupun pertemuan trah. Dengan mengingat kondisional tersebut, maka pada pilihan kedua sangat mungkin hanya segelintir Balatidar yang bakalan hadir.

Dengan berbagai pertimbangan di atas maka diputuskan kopdaran gethukan digelar dalam bentuk buka bersama. Untuk lebih menyemangati rasa kebersamaan, sengaja pula diundanglah para sedulur dari berbagai lintas komunitas yang ada di sekitar Magelang. Hal ini dimaksudkan untuk memperluas jaringan dan jalinan paseduluran warga Magelangan. Kopdaran bukber sekaligus dapat dijadikan sarana untuk saling mengenal, saling berbagi cerita mengenai komunitas masing-masing, sekaligus melakukan saling penjajagan untuk jalianan sebuah kerja sama di masa depan dalam rangka turut memberikan sumbangsih bagi kemajuan Magelang tercinta.

Demikan, akhirnya sore itu bertepatan dengan hari Senin, 5 Agustus 2013, segenap Balatidar merapat di Rumah Makan Ayam Bakar Bu Tatik setelah sebelumnya sempat merencakan di beberapa tempat yang ternyata sudah fullbooked. Dalam kesempatan yang sangat membahagiakan tersebut selain dari keluarga besar Komunitas Blogger Pendekar Tidar Magelang, turut hadir pula para sedulur dari Komunitas Kota Toea, Komunitas Magelang Online, beberapa aktivis, serta mantan wartawan.

Sengaja dalam kesempatan tersebut kita ingin melampiaskan kerinduan yang terpendam sekian lama diantara sedulur Balatidar. Tidak ada format rangkaian acara tertentu yang dirancang, semua sekedar mbanyu mili, mengalir dengan sendirinya. Tegur sapa, gelak tawa candaan memeriahkan warung makan khas ayam bakar di Magelang tersebut pada saat-saat menjelang waktu berbuka puasa.

Bukber2

Namun demikian, demi memanfaatkan waktu dimana sebagian elemen barisan yang sangat mempedulikan Magelang tercinta bisa kumpul, maka satu per satu didaulat juga untuk bisa berbagi atau unjuk cerita mengenai banyak hal yang bisa saling dipetik hikmah dan manfaatnya. Diawali Mas Bagus Priyana dari Komunitas Kota Toe Magelang. Ia membagi cerita bagaimana mengelola sebuah komunitas dengan segala keterbatasan tetapi mampu eksis mengadakan agenda-agenda yang banyak diminati berbagai kalangan masyarakat.

Ia menandaskan, bahwasanya komunitas yang dipandeganinya sangat erat kaitannya dengan cerita dan kisah sejarah di masa lalu. Mempelajari sejarah tidak bisa lagi dilakukan hanya dengan membaca teks-teks kuno maupun buku-buku sejarah. Di tengah era arus hiburan dari berbagai media dan sarana di masa kini, maka pengenalan terhadap sejarahpun harus dilakukan dengan cara yang fun, santai, murah-meriah tetapi mengenai sasaran juga. Orang sekarang sukanya senang-senang, jalan-jalan, dolan-dolan bebarengan. Maka belajar sejarah yang diagendakan Komunitas Kota Toea sering dikemas dalam bentuk napak tilas mengunjungi berbagai obyek sejarah yang bersangkutan. Beberapa agenda yang pernah digelar diantaranya Telusur Jejak Pemerintahan Magelang, Telusur Jejak Sepur Magelang – Parakan, Remboeg Sedjarah, hingga pameran Magelang Tempo Doeloe bersamaan dengan rangkaian HUT Kota Magelang.

Selanjutnya Mas Ian, mantan wartawan Jawa Pos Group yang kini memilih untuk berwiraswasta berbagi pengalaman. Dalam bisnis stiker mobil yang kini ditekuninya, ia banyak memanfaatkan promosi dan memperkenalkan jasanya lewat dunia internet. Iapun kemudian berbagi bagaimana ia menggunakan blog, facebook, twitter dan media sosial yang lain untuk memperluas pelanggannya. “Di era internet sebuah usaha dapat dilakukan secara mendunia tanpa batasan ruang dan waktu untuk saling berkomunikasi. Namun demikian kita harus fokus dengan cakupan layanan yang sanggup kita lakukan sesuai dengan kemampuan bisnis yang masih terus tumbuh. Internet memang telah membawa bisnis kami menjadi mengglobal. Tetapi realitas kemampuan pelayanan yang baru mampu dilakukan harus difokuskan kepada pelanggan dengan segmen tertentu, apakah wilayah, umur, atau gender tertentu saja, “ demikian kira-kira uraian Mas Ian sore itu.

Lain lagi cerita dari teman-teman Komunitas Magelang Online. Mereka, meskipun baru eksis beberapa bulan namun memiliki keinginan yang sangat kuat untuk menjadikan portal website mereka sebagai media informasi terlengkap mengenai Magelangan. Info tentang tempat-tempat penting, nomor penting, tujuan wisata utama, kuliner terenak dlsb adalah informasi yang disajikan selengkap mungkin. Mereka memiliki obsesi untuk memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya.

Dalam kesempatan pertemuan tersebut, saya kembali mengingatkan komitmen bersama untuk kembali “ngurusi” blog masing-masing. Adalah teramat sangat disayangkan jika semangat ngeblog yang dulu pernah berkobar membara di dada para putera terbaik Magelang kian meredup seiring berjalannya waktu. Semua orang pasti memiliki kesibukan dan tanggungannya masing-masing, namun dengan semangat kebersamaan, barisan harus ditata dan dirapatkan kembali untuk turut berkontribusi bagi kemajuan Magelang tercinta. Rawe-rawe rantas, malang-malang tuntas!

Obrolan sebenarnya terus berkembang sambil diselang-selingi makan dan minum selepas adzan Magrib berkumandang. Suasana warung makan yang ramai berjubel dengan para pengunjung yang berbuka bersama menjadikan keriuhan saur manuk yang menghasilkan gema di segenap penjuru ruang terbuka. Akhirnya menjelang waktu Isya’, satu persatu barisan Kopdar Bersama Lintas Komunitas tersebut mengundurkan diri dari paseban agung. Semoga kebersamaan yang indah itu akan terus berlanjut di masa-masa yang akan datang sebagai komitmen kita bersama untuk menjalin paseduluran tanpa batas.

Ngisor Blimbing, 21 September 2013

Sebagai catatan, para sedulur yang rawuh pada kesempatan tersebut diantaranya:

  1. Sang Nanang
  2. Ikhsan
  3. Rahardian
  4. Agus Mulyadi
  5. Ivan Purnawan
  6. Nahdhi
  7. Eko Ardian
  8. Agung
  9. Kukuh
  10. Bondan
  11. Kafur
  12. Bagus Priyana dkk (Kota Toea).

Syaiful dkk (Magelang Online)


8 tanggapan untuk “Kopdar Lebaran yang Hampir Terlupakan”

  1. Kepingin bisa merasakan riuh ramai dan intens-nya Gethukan bala tidar yang dahulu sempat bersinar dan mencuat. Semoga tak perlu menggu tetahunan diri ini untuk mencicipi masa kejayaannya di masa lalu, Aamiin