Keajaiban Komodo, Keajaiban Alam Dunia


Angka cantik terfavorit di tahun ini adalah 111111, bertepatan dengan tanggal 11 November 2011. Beribu pasangan memilih mengikat janji pernikahan di hari itu. Tidak sedikit pula para calon ibu memilih melahirkan anaknya di tanggal itu, meski dengan cara operasi. Namun di sisi lain, ada juga pasangan suami istri yang justru bercerai di tanggal cantik itu. Bahkan yang paling mengenaskan, ada orang yang memilih mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri di tanggal yang tidak akan terulang lagi itu! Berita-berita yang berkaitan dengan 111111 itu banyak dilansir di berbagai media massa, termasuk pembukaan SEA GAMES ke-26 yang diikuti 11 negara juga dilaksanakan 11 November 2011.

Di tingkt nasional angka 111111 bisa juga dianggap sebagai angka ajaib, pasalnya di hari itu pula Yayasan New Seven Wonders mengumumkan bahwa pulau Komodo masuk menjadi salah satu keajaiban alam dunia. Meskipun pengumuman resmi baru akan dikeluarkan pada awal tahun 2012, berkaitan dengan verifikasi data dan pemenuhan persyaratan serta ketentuan dukungan, kita patut bersyukur dengan hasil sementara itu.

Pulau Komodo masuk menjadi keajaiban alam dunia bersama dengan enam tempat eksotik lainnya di berbagai negara. Keenam tempat yang memiliki keunikan dan pemandangan alam yang luar biasa tersebut adalah Halong Bay di Vietnam, Jeju Island di Korea Selatan, Air terjun raksasa Iguazu di Argentina, Sungai bawah tanah Puerto Princesa di Philipina, serta Table Mountain di Afrika Selatan.

Tujuh keajaiban alam dunia berbeda dengan tujuh keajaiban dunia yang sebelumnya sudah tenar. Terdapat berbagai versi atau kategori tujuh keajaiban dunia, mulai keajaiban masa kuno, pertengahan, keajaiban alami, keajaiban bawah air, keajaiban modern, hingga keajaiban baru. Tujuh kejaiban dunia baru terakhir dirilis semenjak 2007 yang meliputi Tembok Raksasa China, Petra di Timur Tengah, Patung Kristus Penebus di Brazil, Machu Pichu di Peru, Chichen Itza di Meksiko, Colloseum Roma, dan Taj Mahal di India. Bila diperhatikan secara seksama, tujuh keajaiban dunia tersebut berkaitan dengan bangunan atau arsitektur buatan manusia sebagai mahakarya hasil budi dan daya serta peradaban manusia. Sedangkan tujuh keajaiban alam dunia yang kini tengah dikonteskan merupakan bentangan alam alamiah maha karya yang diciptakan langsung oleh Tuhan Yang Maha Mencipta.

Sama seperti gagasan tujuh keajaiban dunia, tujuh keajaiban alam duniapun digagas oleh sebuah organisasi atau yayasan non profit, yaitu New Seven Wonders Foundation. Kita seringkali terkecoh dengan anggapan bahwa tujuh keajaiban dunia ditetapkan oleh UNESCO. UNESCO sebagai badan kelengkapan PBB yang mengurusi bidang pendidikan dan kebudayaan memang menetapkan tujuh keajaiban dunia, bahkan banyak hal yang lain sebagai warisan budaya dunia. Diantara warisan budaya dunia milik Indonesia yang telah ditetapkan oleh PBB diantaranya adalah candi Borobudur, batik, keris, dan wayang.

Sebagaimana pernah diceritakan Mbak Emi Havids, ketua Tim Pemenangan Kejaiban Komodo saat Amprokan Blogger 2011, Candi Borobudur sesungguhnya tidak termasuk ke dalam salah satu keajaiban dunia. Kontes penentuan tujuh keajaiban dunia saat itu juga dilakukan dengan polling dukungan masyarakat dunia. Pada saat kontes untuk penetapan tujuh keajaiban dunia dilakukan, Borobudur kalah dukungan, sehingga sesungguhnya Borobudur tidak termasuk ke dalam tujuh keajaiban dunia. Hanya saja pemerintah Suharto tidak mau kehilangan muka di depan rakyatnya sendiri, maka didoktrinasikan Borobudur sebagai salah satu tujuh keajaiban dunia melalui pendidikan dan berbagai publikasi. Dan pemahaman inilah yang banyak kita yakini, sehingga saat ada pernyataan bahwa Borobudur tidak lagi menjadi salah satu keajaiban dunia, masyarakat kita seolah terkejut dan tidak mempercayainya. Apakah kesempatan yang sama akan kita sia-siakan terhadap Komodo kita?

Polling situs dunia yang menjadi kandidat sebagai tujuh keajaiban alam dunia telah dimulai 2008. Banyak pro dan kontra yang mewarnai perjalanan pulau Komodo hingga terpilih menjadi tujuh kajaiban dunia. Pemerintah, melalui Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan kala itu, bahkan menyerah tatkala diminta menjadi tuan rumah tempat pengumuman dan peluncuran New Seven Wonders dengan menyediakan dana 400 miliar rupiah. Pemerintah tidak lagi berdiri di balik promosi pulau Komodo menjadi tujuh keajaiban alam dunia. Di sini nampak sekali betapa lemahnya diplomasi luar negeri kita.

Kekhawatiran yang lain terkait dengan ancaman kelestarian alam dan habitat Komodo apabila pulau Komodo dieksplotasi untuk keperluan pariwisata. Kunjungan wisatawan akan berdampak dengan pembangunan berbagai infrastruktur yang dikhawatirkan justru menjadi ancaman kelestarian habitat Komodo, dan dapat menggerus adat istiadat serta budaya masyarakat lokal. Keprihatinan tentang konsep pembangunan yang semakin mengesampingkan semangat pembangunan yang berkelanjutan dimana kepentingan ekologis seringkali harus tunduk dan dikalahkan oleh kepentingan ekonomi. Hal ini sangat nampak di dalam road map perencanaan tata ruang dan tata wilayah yang telah mengkotak-kotakkan setiap wilayah berdasarkan kepentingan ekonomi semata. Inikah yang dimaksud pembangunan? Bagaimana kita mempertanggungjawabkannya di hadapan anak cucu kita kelak?

Akhirnya kalangan aktivis lingkungan hidup mengambil alih peran pemerintah dengan membentuk panitia Pemenangan Keajaiban Komodo. Alasan utama yang mendasari langkah para aktivis adalah kenyataan kondisi geografis dan bentangan alam di kawasan Nusa Tenggara Timur yang beriklim kering, dengan dominasi padang sabana yang tidak mungkin dikembangkan untuk sektor pertanian maupun kehutanan. Di sisi lain, NTT juga tidak memiliki sumber daya alam berupa bahan tambang ataupun mineral yang dapat menopang pilar ekonomi mereka. Apalagi ditambah dengan masih rendahnya tingkat pendidikan warga setempat. Satu-satunya harapan yang mungkin dikembangkan adalah sektor pariwisata. Apabila sektor ini bergerak, maka dipastikan sektor kegiatan pendukung yang lain akan turut tergerak. Pariwisata akan mendorong jasa penginapan, kerajinan dan souvenir, bahkan kebudayaan dan kesenian akan turut terlestarikan.

Menarik pernyataan Jusuf Kalla, selaku duta Komodo, bahwa masuknya pulau Komodo sebagai salah satu tujuh keajaiban alam dunia merupakan promosi masif yang paling murah dan terus menerus, sehingga efektif dibandingkan dana promosi 15 miliar rupiah per tahun yang kini dikucurkan pemerintah. Dengan perhatian yang lebih baik dari mata dunia, orang akan tertarik untuk datang, pariwisata bergerak, infrastruktur berkembang, sehingga akan terhimpun dana yang mencukupi untuk melakukan upaya-upaya pelestarian habitat Komodo secara lebih memadai. Konsep pengembangan sektor pariwisata di Bali yang tetap mengupayakan kelestarian alam, adat istiadat dan kebudayaan dapat diterapkan untuk pulau Komodo.

Konservasi sumber daya alam bukan berarti bahwa alam harus didiamkan dan tidak tersentuh sama sekali oleh tangan manusia. Keberadaan alam merupakan pendukung bagi keberlangsungan kehidupan dan peradaban manusia. Alam harus dimanfaakan bagi kesejahteraan manusia. Agar alam dapat menopang kepentingan manusia, maka manusia harus bijaksana dalam memanfaatkan alam. Dengan demikian pola pembangunan yang berkelanjutan dengan mengutamakan kelestarian alam dan lingkungan hidup harus menjadi dasar pemikiran dalam pengembangan pariwisata di pulau Komodo. Maka menjadi tugas kita semua, termasuk masyarakat awam, untuk terus mengawal agar Komodo dengan habitat alamnya tetap lestari. Komodo memang keajaiban warisan alam untuk bangsa Indonesia, bahkan masyarakat dunia. Semoga dengan Komodo menjadi milik dunia, perhatian terhadap konservasinya akan menjadi lebih baik. Bravo Komodo!

Ngisor Blimbing, 13 November 2011


2 tanggapan untuk “Keajaiban Komodo, Keajaiban Alam Dunia”