Jalan Raya Pos


PELEBARAN RUAS KEPREKAN-MERTOYUDAN

Lain dulu memang lain sekarang. Duren-duren, roti-roti! Mbiyen-mbiyen, saiki-saiki! Bila sedikit kita menengok sejarah Nusantara kurang lebih dua abad silam, kala itu Negeri Belanda berada di bawah kekuasaan Perancis. Adik sang kaisar, Louis Napoleon diangkat sebagai penguasa Belanda. Ia menunjuk Herman Wilhem Daendels sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda. Dengan berbagai kesulitan penyusupan di jalur laut yang diblokade Inggris dan tanpa selembarpun dokumen resmi pengangkatannya, dengan menyewa kapal Virginia Daendels berhasil mendarat di Jawa pada awal 1808.

Sebagai strategi untuk mempertahankan Pulau Jawa dari tangan Inggris, maka dilaksanakanlah megaproyek pembuatan jalan dari Anyer hingga Panarukan sepanjang 1000 km. Jarak tersebut menyamai rentang antara Amsterdam-Paris. Meskipun proyek tersebut lebih tepat disebut pelebaran daripada pembuatan jalan(menurut Pram), namun Sang Jendral Guntur Agung mampu mewujudkannya hanya dalam tempo satu tahun. Hmmmm…..barangkali prestasi prestisius Daendels dapat “dipersamakan” dengan Bandung Bondowoso atau Sangkuriang.

Satu hal yang patut diacungi jempol buat Daendels adalah kesadaran akan pentingnya infrastruktur jalan bagi urat nadi pertahanan. Memang pada awalnya, tujuan pembuatan jalan Anyer-Panarukan hanya untuk pertahanan Pulau Jawa. Namun kemudian disadari pula bahwa keberadaan jalan tersebut menjadi sangat strategis dan penting untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunan dari pelosok pedalaman untuk dipasarkan keluar.  Dengan demikian jalan juga menjadi urat nadi roda perekonomian. Inilah salah satu sumbangsih yang selanjutnya menjadikan Hindia Belanda sebagai negara produsen pertanian utama dunia pada abad 19.

Dua abad kemudian, lihat sisi jalur Keprekan-Mertoyudan! Meskipun wacana proyek pelebaran jalan yang hanya sepanjang 8,5 km telah mencuat sejak 2007, namun baru mulai direalisasikan awal 2010 ini. Memang sangat jauh ambisi seorang Daendels bila dibandingkan dengan kapasitas para punggawa kita. Lepas dari kendala anggaran dana dan lain sebagainya, nampaknya suatu proyek yang dapat mengangkat harkat, martabat dan kesejahteraan rakyat tetap harus dilakukan di bawah seorang pimpinan yang memiliki ambisi dan energi, serta jiwa leadership yang kuat.


Ruas Jalan Raya Pos(bila dipersamakan Jalan Raya Pos, Jalan Daendels yang diangkat Pram) Keprekan-Mertoyudan merupakan jalur penyempitan jika ditinjau dari arah Jogja yang sudah lebih dari 15 tahun lebar gilar-gilar hingga pertigaan Palbapang, bahkan Borobudur. Kenapa bisa sedemikian senjangnya? Jawabnya adalah faktor magnet Borobudur! Alasan Pemda DIY membangun infrastruktur jalan yang mulus hingga kretek Krasak adalah karena Borobudur merupakan aset nasional yang mendatangkan banyak berkah(pemasukan) bagi APBD DIY, tentu saja dari sisi akomodasi maupun jasa transportasi para wisatawan.

Jalan Keprekan-Mertoyudan saat ini hanya terdiri dua jalur selebar 12 m. Dengan pelebaran jalan yang tengah dikerjakan, nantinya lebarnya akan menjadi 24 m dengan 4 jalur. Hal ini tentu saja akan sangat memperlancar arus lalu lintas yang banyak dipadati kendaraan besar, semisal bus maupun truk pengangkut pasir dari Merapi. Kita mungkin sangat paham bagaimana macetnya jalur ini pada jam-jam sibuk, terutama jam masuk dan keluar kerja atau sekolah. Bahkan lebih parah lagi di saat liburan Lebaran, jalur ini sangat dipadati dengan para pemudik dan wisatawan yang ingin plesiran ke Borobudur. Jarak Magelang-Muntilan yang tak lebih 15 km harus ditempuh hingga 2 jam.


Proyek pelebaran jalur Keprekan-Martoyudan dianggarkan dengan dana 80 miliar rupiah, 80% berasal dari Bank Dunia dan 20% dana APBN. Menurut time frame yang direncakan, keseluruhan proyek akan tuntas pada November 2011 atau dalam rentang 630 hari kalender terhitung sejak 25 Januari 2010.

“Untuk persiapan arus mudik Lebaran 2010 yang sudah dekat, proyek sengaja dikebut untuk penyelesaian pelebaran sisi barat dan jembatan Blondo. Dengan demikian diharapkan pada saat Lebaran tiga lajur kendaraan dapat dioptimalisasikan. Meskipun demikian, nampaknya jalur alternatif untuk memecah penumpukan arus tetap harus dipersiapkan, baik jalur Palbapang-Mendut-Kalinegoro-Tanjung-Pakelan-Magelang maupun Palbapang-Bojong-Penggaron-Tampir-Dampit-Kota Magelang,” demikian pernah disampaikan Ir. Danang Atmojo selaku Kepala Dinas PU Jateng.

Selaku warga bhumi Tidar, kita tentu sangat berharap terwujudnya jalan yang mulus dan lebar gilar-gilar. Selain memperlancar arus lalu lintas dan mengurangi titik kerawanan kecelakaan, lebih jauh semoga nantinya roda ekonomi di wilayah Magelang dapat bergerak lebih cepat sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.

Kampung Kosong, 24 Juli 2010


12 tanggapan untuk “Jalan Raya Pos”

  1. sebenarnya kalau ga salah beda status jalan.
    kalau dari jogja sampai palbapang itu statusnya jalan negara, sementara dari palbapang ke bawan itu statusnya jalan provinsi.
    kemudian sebenarnya proyek jalan ini agak mubazir karena akan dibangunnya jalan tol semarang – solo – jogja, sehingga barang dari arah semarang bisa langsung by pass tanpa harus lewat magelang.
    dan seharusnya pemerintah tidak menutup jalur kereta jogja – magelang, karena kereta justru adalah solusi terbaik untuk angkutan massal.

  2. Kata anak2 teknik sipil, negeri ini bisa kolaps kalau jalannya saja tidak benar…

    Selamat buat pelebaran jalannya!
    Semakin cepat aja saya ngebut antara jogja – magelang..hehe

  3. mantabs… nice posting… like this…

    nambah wawasan..
    pantesan Borobudur lebih terkenalnya identik dengan Yogyakarta. kenapa Jawa Tengah nggak terfikir kemudian melebarkan jalan itu sejal dulu.. ampe sekarang Borobudur bukan salah satu keajaiban dunia lagi.. ckck..

    meski saya sendiri juga jarang lewat Keprekan-Mertoyudan.. pelebaran jalan seperti itu selain memperlancar arus lalu lintas dan mengurangi titik kerawanan kecelakaan, (copas dari atas. hehehe..)

    wis mantab pokokke, lanjutgan… semoga lancar dan terealisasi sesuai dengan harapan.. 🙂

  4. cuma saya kok heran, itu pelebarannya tidak konsisten, ada yg beres sisi barat tp ada yg beres sisi timur, jadi kalau dipantau dari udara sungguh aneh bentuknya 😆

    tapi bagaimanapun aku lebih milih jalur pasar muntilan ngiwo– medhun pertelon kalibawang menggok nengen bablas mungkid–kalinegoro-subroto 😀

  5. mantabh neeehh postingan-e…..
    kmaren akhir november 2009 ane kaget……
    mudik dari pulau seberang……
    kok ane pulang dr magelang menuju borub…..lewat mertoyudan….kok padang yo dalan iki…….ternyata setelah sekian lamaaaaa…….macetnyaaaa klo pas lebaran…..dilebarin juga nih jalan…….
    🙂
    terus update perkembangan magelang Om……

  6. Akan lebih baik lagi jika jalur kereta api Jogja-Magelang kembali aktif… Antara rel dan jalan akan bersinergi menjadi kekuatan ekonomi untuk Magelang.. Tapi kapaaaan….???