Gethukan di Rantau


Gethukan yang merupakan kependekan dari glenak-glenik methuk malem mingguan merupakan ikon kopi daratnya Bala Tidar. Tua-muda, lelaki-perempuan, anak-anak, remaja dan dewasa, bahkan yang non bloggerpun dipersilakan untuk turut bergabung, kempal manunggal menjadi satu. Inti sari dari gethukan sebenarnya adalah pengejawantahan semangat paseduluran tanpa batas, atau bisa jadi paseduluran lintas batas. Batasan usia, status, bahkan wilayah keberadaan para Bala Tidar menjadi absurb. Tidak di Magelang, tidak di rantau, semangat gethukan ternyata tetap menyala dan dijunjung tinggi, sebagaimana gethukan di rantau yang tergelar pada 4-5 Februari 2012 di Griya Ngisor Blimbing, Tangerang, Banten.

Atas layangan sebuah sms dari Emi Fa, sedulur Bala Tidar yang kini bermukim di Cianjur, maka Griya Ngisor Blimbing kembali tata-tata, mempersiapkan segala uba rampe gethukan. Gethukan di Rantau sebenarnya pernah pula digelar di awal tahun 2010 dimana Griya Ngisor Blimbing kerawuhan Mas Oelil yang sudah puluhan tahun menetap di tanah Tangerang, tlatah wilayah Banten. Kali ini gethukan di rantau diperlebar wilayah cakupannya, tidak cukup di Tangerang, namun paseban kali ini mengumpulkan balung pisah Bala Tidar yang terdampar di Banten, DKI Jakarta, hingga Jawa Barat.

Di samping menjadi momentum untuk temu kangen, saling bernostalgia dan lebih mempererat tali silaturahim, gethukan di rantau kali ini memiliki satu keistimewaan yang sungguh luar biasa dengan hadirnya new kid blogger. Belum genap menapaki usia setengah tahun, bayi kecil ini sudah ditasbihkan oleh ibunya sebagai blogger cilik. Sampeyan semua mungkin langsung penasaran, siapakah blogger cilik ini? Apakah si Ponang? Jelas bukan! Si Ponang sudah lumayan sering bergabung turut menikmati kenduri gethukan semenjak awal ikon kopdar ini dicetuskan di alun-alun Magelang, bahkan dalam setiap kesempatan gethukan di Ndalem Peniten tentu si Ponang tidak ketinggalan. Lalu?

Nah new kid blogger ini sebenarnya masih bayi merah alias jabang bayi. Namun semangat kedua orang tuanya yang sangat komit untuk selalu menebar benih silaturahmi, maka si jabang bayi turut pula turun gunung untuk menyapa dunia yang lebih luas. Dialah, Bala Tidar yang tercatat berusia paling muda saat bergabung di barisan Bala Tidar. Tanpa lupa untuk memohon kulo nuwun kepada kedua bopo-biyung-nya, saya perkenalkan sosoknya atas nama Azzam Abdurrazzaq.

Sosok Azzam, meskipun masih jabang bayi, tergolong sangat istimewa dan ngedap-edapi. Menempuh perjalanan jauh untuk pertama kali, ia sudah harus bergelut dengan kemacetan lalu lintas yang sungguh ruwet tak terurai. Perjalanan Cianjur – Tangerang yang normalnya bisa ditempuh dalam waktu 3-4 jam, dijalaninya selama hampir 7 jam. Dan luar biasanya, lama perjalanan tersebut tidak menjadikan si bocah cengeng, terlebih rewel dan merepotkan kedua orang tuanya. Semuanya berjalan dengan apa adanya, mbanyu mili, tanpa banyak keluh kesah atas kegembiraan akan dijumpainya sedulur anyar. Maka tergabunglah Azzam, Kang Dobelden, si Ponang, mboknya dan saya sendiri, dalam semangat kekeluargaan da kekerabatan yang hangat penuh rasa semanak. Dan ini sungguh merupakan satu kehormatan yang sangat luar biasa bagi Griya Ngisor Blimbing.

Gethukan memang selalu hadir dengan suasana sumringah dan kegembiraan. Senja itupun seakan hari lebih hidup dan berseri dengan reriuangan serta celoteh para bocah. Pemandangan kopdaran blogger dimana banyak para anggotanya menenteng laptop bukanlah barang aneh. Kopdar antar blogger dengan dukungan free hotspot untuk mendukung para blogger kekeceh di jagad maya sudah banyak dilakukan oleh berbagai komunitas. Akan tetapi apakah sampeyan pernah membayangkan kopdaran dengan konsep back to nature? Apakah maksudnya hayo?

Tidak saja tanpa laptop, tidak saja tidak ada hotspot! Gethukan yang berlangsung di Griya Ngisor Blimbing saat itu bahkan tanpa hotspot, tanpa laptop, bahkan tanpa lampu, tanpa tivi, dan sudah pasti tanpa listrik! Nah, sampeyan pasti sudah bisa membayangkan bukan? Sebuah suasana kembali kepada alam, kepada kemurnian peradaban manusia. Dan inilah yang sungguh sangat luar biasa! Menikmati suaraning asepi, suara kesunyian. Sebuah keheningan nurani yang terdalam.

Pagi menyambut hari. Mentari bersinar dengan sangat cerahnya setelah sepanjang sehari sebelumnya seakan sembunyi di balik awan. Agenda kami adalah mengunjungi situs sejarah dan menikmati siraman sinar mentari di tepian danau Alam Sutera. Sedikit canda tawa menyemarakkan perjalanan petualangan kecil tersebut. Kami semua sempat tertawa menahan geli dan sakit perut, tatkala terlontar kisah perjalanan duta Bala Tidar pada acara Asean Blogger Community Conference, bersamaan dengan KTT ASEAN di Bali akhir tahun kemarin. Bagaimana tidak, dua sejoli duta tersebut baru pertama kalinya menikmati perjalanan naik pesawat terbang, nginep di hotel, tetapi juga nginep di kos seseorang yang baru dikenalnya. Tidak tanggung-tanggung untuk neginep yang terakhir ini, tidak hanya sekali tok, bahkan sempat dua kali saat berangkat dan pulang! Haduuuuh!Mau tahu kisahnya? Silakan tagih ke sedulur Ardian dan Ariev!

Menjelang siang, suasana gethukan tambah rame dengan bergabungnya Kang Gotri. Blogger asal Jogja yang sudah lumayan lama tinggal di Tangerang dan sudah akan kembali ke Jogja lagi dalam beberapa bulan ke depan. Kang Gotri ternyata di masa lalu pernah merasakan hawa sejuk kota Magelang sebagai tempat tinggalnya dalam beberapa tahun, karena ia sekeluarga pernah mendiami sisi barat jalan Beringin di sekitar selatan Magelang.

Meskipun sebenarnya tetangga kampung yang tidak terlalu jauh, Kang Gotri baru pertama kali ini rawuh di Griya Ngisor Blimbing. Dengan penuh suka cita, bahkan ia membawa buah tangan jeruk bali untuk semua peserta reriungan siang itu. Hmmmm…..ngobrol, makan jeruk dan tak lupa iris-iris kulit jeruk membuat prakarya mobil-mobilan kami jalani dengn penuh suka cita dan rasa gumbira. Obrolanpun mengembara ngalor-ngidul dengan berbagai hal, mulai garis hidup, nasib masing-masing, rejeki, peruntungan, cita-cita, mimpi, bencana Merapi, Tlatah Bocah hingga isu up to date dunia blogging dan prospeknya di tahun Naga Air ini.

Gethukan di rantau seakan benar-benar menjadi pelepas dahaga bagi kami yang jauh di tanah rantau dari Bhumi Tidar. Meski jauh di mata, harapan kita semua untuk Bala Tidar, tetap selalu dejat di hati! Salam Bala Tidar!

Ngisor Blimbing, 5 Februari 2012


11 tanggapan untuk “Gethukan di Rantau”

  1. he’em, meskipun hujan, tapi semangat Bala Tidar yang di Magelang juga patut diacungi jempol. Terlebih ada 2 blogger baru yang ikut Gethukan yaitu mas Hamid Anwar dan mas Aditya 🙂

  2. wah kang… maturnuwun ya.. dah nompo kami dengan baik..
    perjalanan jauh pertama buat az..tp jan ndemenakke…sak gampang2e bocah. sepanjang perjalanan pulang yo nyenengke… tekan omah yo ra kroso kesel.. malah ngajak dolanan mbahne…
    semoga segera, az bisa gethukan dengan sedulur di magelang…

    ralat kang: namanya ‘azzam abdurrazzaq’ http://cemani.wordpress.com/2011/12/24/azzam-abadi/