Gelar Wayang HUT Kampung Badakan Baru


Wayang1Atas siasat licik Maha Patih Arya Sengkuni, Pandawa berhasil dibujuk untuk mesanggrah di Balai Sigala-gala. Balai tersebut merupakan sebuah istana indah yang berdiri di tengah danau yang tenang dan damai. Namun di balik ketenangan dan kejernihan air danau yang menyejukkan kalbu, justru terdapat marabahaya yang siap membinasakan Pandawa Lima. Sesungguhnya Balai Sigala-gala merupakan istana kardus yang siap dibumi-hanguskan dengan hanya sejilatan api. Cara inilah yang dirancang Sengkuni untuk membunuh para putra Pandu, termasuk Ibu Dewi Kunti.

Namun selicik-liciknya sebuah taktik jahat, tokh rencana rahasia tersebut berhasil diketahui oleh Arya Widura. Atas nasehatnyalah kemudian dibuat sebuah lubang jalan rahasia tepat di bawah Balai Sigala-gala. Maka tatkala aksi pembakaran istana kardus benar-benar dilaksanakan, berkobarlah jilatan sang dahana hingga tinggi menjulang ke langit nan tinggi. Kurawa bersorak-sorai karena menganggap rencana mereka untuk melenyapkan Pandawa dapat menjadi kenyataan. Mereka lengah dan sama sekali tidak tahu bahwa rencana mereka telah menemui kegagalan karena justru Para Pandawa telah meloloskan diri dari kobaran api melalui lubang rahasia di bawah tanah.

Kisah pembumi-hangusan Balai Sigala-gala siang itu kembali dibabar lewat sabetan Ki Henokh Aldebaran Ngili, seorang dalang muda berbakat dari Kota Gethuk Magelang. Acara yang digelar Senin, 4 November 2013 mulai pukul 13.00 bertempat di Kampung Badakan Baru, Potrobangsan, Magelang tersebut mendapat sambutan yang sangat antusias dari masyarakat. Bahkan banyak anak-anak usia sekolah yang turut tekun menyimak setiap adegan cerita dari satu babak ke babak berikutnya. Hal ini bisa jadi menjadi sebuah penggambaran bahwa anak-anak masih mau dan suka menonton pertunjukan wayang kulit. Sebuah nilai pelestarian budaya yang semakin jarang kita jumpai di negeri yang kaya raya dengan khasanah budaya agung ini.

Tidak hanya kisah Balai Sigala-gala, rangkaian pertunjukan wayang dilanjutkan dengan kisah Babad Alas Wanamarta oleh Dalang Ki Demang Edy Sulistiyono pada kesempatan malam harinya, mulai pukul 20.30 WIB. Dikisahkan, selepas selamat dari tragedi Balai Sigala-gala, Pandawa bersaudara melakukan pengembaraan dan mendapatkan perlindungan di Negeri Wirata. Atas nasehat para sesepuh Astina, demi mewujudkan keadilan kekuasaan atas para cucu Wangsa Barata diantara Pandawa dan Kurawa, maka Kerajaan Astina dibagi menjadi dua bagian sama besar bagaikan belahan buah semangka yang sama persis. Maka untuk selanjutnya Pandawa diberi wilayah hutan Wanamarta untuk dibabad dan dibangun menjadi istana yang baru.

Wayang2Hutan Wanamarta merupakan hutan yang sangat lebat dan terkenal sangat angker. Jin prayangan, setan, dhemit, wewe gombel, genderuwo dan segala macam makhluk lelembut bersarang di alas yang gung liwang-liwung tersebut. Karena sangat angker dan wingitnya, diibaratkan siapapun manusia yang berani memasuki wilayah hutan Wanamarta hanya akan pulang tinggal nama. Jalma teka, jalma mara, jalma seda.

Sesungguhnya pemberian tanah hutan Wanamarta kepada Pandawa juga merupakan taktik dan siasat jahat untuk melenyapkan Pandawa. Dengan angkernya wilayah hutan Wanamarta, Kurawa berharap Pandawa akan dimangsa oleh para makhluk halus penunggu hutan. Dengan demikian, mereka tidak perlu bersusah-payah mengotori tangan sendiri dengan peluh dan darah.

Namun bukanlah Pandawa namanya jika menghadapi makhluk halus mereka kalah. Justru niat dan ketulusan nurani yang suci senantiasa membimbing langkah mereka. Hidup dalam laku tapa, penuh keprihatinan, serta menahan segala hawa nafsu telah menjadikan para Pandawa menjadi pribadi yang unggul dan pinilih. Jiwa mereka tatag, kuat dan penuh kesabaran dalam balutan sikap dan sifat welas asih yang jembar laksana samudra. Dan sifat budi luhur tersebut telah melancarkan setiap langkah dalam menggapai segala cita-cita dan pengabdian hidup Pandawa. Akhirnya jin prewangan dan segala macam lelembut penghuni alas Wanamarta justru menjadi sekutu dan wadyabala Pandawa. Istana idamanpun akhirnya berhasil dibangun dan diberi nama Amarta atau Indraprasta.

Kedua kisah di atas merupakan penggalan beberapa kisah perjalanan hidup Pandawa yang penuh dengan laku keprihatinan. Para Kurawa, sepupu mereka, senantiasa melancarkan siasat jahat untuk melenyapkan Pandawa. Pandawa yang merupakan keturunan syah pewaris tahta Astinapura, justru dianggap penghalang bagi Kurawa untuk menguasai singgasana. Maka segala cara ditempuh dan dihalalkan demi mendapatkan tujuan kekuasaan duniawi.

Wayang3 Wayang4

Perseteruan antara Pandawa dan Kurawa merupakan kisah perlambang perseteruan antara kebajikan dan kejahatan, antara kebaikan dan keburukan, antara yang haq dan yang batil, antara yang benar dan yang salah. Sepanjang roda dunia masih berputar pertempuran antara kebaikan dan kejahatan akan terus berlangsung. Sebuah dialektika panggung sandiwara kehidupan yang tidak akan pernah tuntas untuk dikisahkan hingga nanti datangnya Hari Kiamat. Dan wayang menjadi salah satu media pembelajaran hidup yang dikemas dalam kharisma nilai seni yang adiluhung. Wayang memerankan fungsi tontonan, namun sekaligus menjadi tuntunan bagaimana manusia menjalani kehidupannya di dunia sebagai persiapan dan pencarian bekal hidup abadi kelak di alam akhirat.

Dalam rangka turut nguri-uri, melestarikan seni dan tradisi inilah, masyarakat RT 8 RW 4 Kampung Badakan Baru menyelenggarakan pagelaran seni wayang kulit. Momentum tersebut sekaligus bertepatan dengan HUT ke-33 Kampung Badakan Baru, serta dalam rangka menyambut datangnya Tahun Baru 1435 Hijriyah.

Melihat antusiame para penonton yang hadir dari berbagai kalangan, termasuk anak-anak dan remaja, nampaknya memberikan angin segar bahwa seni wayang kulit masih dicintai anak bangsa. Jika para penikmat seni wayang kulit terus beregenerasi, maka kita akan terus patut berbangga bahwa seni tersebut akan tetap lestari sebagai kemasan tontonan sekaligus tuntunan hidup. Semoga hal tersebut tidak hanya menjadi harapan hampa, namun benar-benar menjadi sebuah kenyataan hidup.

Lor Kedhaton, 6 November 2013


2 tanggapan untuk “Gelar Wayang HUT Kampung Badakan Baru”