Bala Tidar di PB 2010+


“MERAYAKAN KERAGAMAN”

Memenuhi undangan dari panitia PB 2010+, akhirnya Komunitas Pendekar Tidar sebagai satu-satunya komunitas blogger di wilayah Magelang hadir dengan penuh keyakinan diri. Meskipun dukungan dari internal sangat minim, akhirnya perwakilan Bala Tidar yang terdiri atas Sang Nanang, Emi Farikhah, Nining Setyaningrum, Ikhsanudin, Gunawan Juliyanto, Faris dan Bambang Smaradahana mendarat mulus di Epicentrum Walk, daerah Rasuna Said, Jakarta Selatan. PB 2010+ sendiri digelar pada Sabtu, 30 Oktober 2010.

Keistimewaan PB adalah berkumpulnya segenap blogger dengan berbagai latar belakang komunitas dari seluruh pelosok Nusantara, termasuk pada PB 2010+ ini. Ada blogger berbasis daerah seperti dari Aceh, Medan, Wong Kito Palembang, Seruit Lampung, BHI Jakarta, deBlogger Depok, B-Blogger Bekasi, BBV Bandung, Loenpia Semarang, Pendekar Tidar Magelang, Cah Andong Jogja, TPC Surabaya, Plat-M Madura, dan Anging Mamiri Makasar. Selain itu hadir pula berbagai komunitas sosial, semisal Greengeneration Indonesia, Saman UI, Peta Hijau, Webpm, Sahabat Komodo, Startuplocal, 1001Buku, dll. Dengan demikian keragaman asal-usul dan berbagai latar belakang komunitas sangat warna-warni, dan terwakili dari Sabang sampai Merauke.

Kehadiran Komunitas Pendekar Tidar memenuhi undangan Panitia PB 2010 sebagai sebuah bukti pengakuan atas eksistensi dan konsistensi komunitas untuk turut menggiatkan blogger daerah dalam berkontribusi positif terhadap kemajuan daerahnya melalui pemanfaatan internet yang sehat. Sebagaimana diketahui blogger sangat berperan dalam menyebarluaskan informasi melalui tulisan atau postingan tentang berbagai hal di sekitar mereka. Postingan yang bersifat independen dan tanpa tendensi tersebut menjadikan blogger disebut sebagai independent journalist atau citizen journalist, alias warga pewarta.


Sebagian perwakilan komunitas telah hadir sejak Jum’at pagi hari, semisal nak-kanak Plat M dan Seruit Lampung. Bahkan rombongan blogger Lampung menyeberangi selat Sunda dan melintasi Banten dengan bersepeda motor-ria. Dengan bawaan dagangan promosi seperti keripik Lampung, mereka sangat bersemangat untuk turut merayakan keragaman bersama dengan sedulur blogger dari seluruh penjuru Nusantara. Adapun perwakilan Bala Tidar tiba di penginapan pada petang hari, setelah sebelumnya bertamasya-ria ke Masjid Istiqlal dan Taman Monas.

Acara malam pertama diisi dengan mengunjungi “sedulur tuwo” BHI Jakarta yang menghelat agenda Muktamar Blogger dengan tema “Merayakan Perayaan”. Acara yang dibuka langsung oleh Kang Bahtiar, Presiden BHI, berlangsung lesehan di seputaran air mancur Tugu Selamat Datang.


Dengan pidato sederhana, Kang Bahtiar menyampaikan ucapan selamat datang kepada setiap blogger yang hadir. Iapun melanjutkan tentang latar belakang di balik Komunitas BHI Jakarta. Selanjutnya diteruskan dengan sosialisasi program 1000 Buku dan 1000 Kaos, untuk mengumpulkan dan menyalurkan buku dan kaos ke pihak yang memerlukan. Sebagaimana diungkapkan Hadik “Pitik”, kegiatan pengumpulan buku kali ini merupakan kelanjutan kegiatan serupa pada tahun 2008. Adapun pengumpulan kaos akan didistribusikan kepada kelompok difable untuk pelatihan ketrampilan tangan, seperti sablon dan bordir. Kabar baik untuk Bala Tidar dan Rumah Pelangi, bahwasanya sebagian buku yang terkumpul nantinya akan disalurkan kepada empat komunitas di daerah yang salah satunya kepada Pendekar Tidar. Hal ini sama persis dengan bisikan Ndoro Bangsari kepada saya, sesaat setelah saya tiba di BHI.


Seterusnya acara diisi dengan perkenalan dari berbagai komunitas, mulai dari Plat-M, TPC, Wong Kito, Loenpia, Cah Andong, blogger Medan, Aceh, Lampung, bahkan dari Papua. Pendekar Tidar mendapat kesempatan di urutan ke dua. Bala Tidar menyampaikan asal-usul dan beberapa agenda komunitas yang pernah dilakukan di Magelang dan sekitarnya. Tak lupa diceritakan mengenai kegiatan anak Merapi dalam Tlatah Bocah dan sedikit bocoran tentang Festival Tlatah Bocah V tahun 2011 bertema “Moco Agawe Santoso”. Nampaknya tema ini sangat nyambung dengan Gerakan 1000Buku-nya BHI. Menjelang tengah malam, Bala tidar pamit undur diri dari muktamar dan kembali ke base camp di Wisma Nyi Ageng Serang.

Pagi hari nan cerah, ribuan blogger bergerak satu per satu menuju Epicentrum Walk. Hari itu memang hari bersejarah bagi seluruh blogger Nusantara. Keberagaman suku, agama, asal-usul dan budaya seakan cair berpadu menjadi satu dalam merayakan keragaman, sebuah tema yang diusung pada Pesta Blogger 2010+ kali ini.

Bala Tidar mendapatkan kehormatan untuk memperkenalkan komunitas sekaligus daerah asal dengan segala potensinya. Meskipun tampil minimalis dibandingkan komunitas lain, namun kami tetap optimis dan berusaha percaya diri menegakkan badan. Dan dengan hanya memasang tiga gambar tarian bocah, bookmark sebagai souvenir, serta selebaran solidaritas untuk anak Merapi di pengungsian, stand kami tak kalah meriah dari stand lain dan mendapatkan banyak pengunjung.

Banyak diantara pengunjung yang bertanya tentang tari Ndayak Grasak yang fotonya terpampang sangat menyolok. Seorang blogger dari Australia sangat antusias menanyakan letusan Gunung Merapi. Ia sangat heran dengan sikap penduduk yang tetap ingin tinggal di daerah berbahaya, dengan segala resiko yang mungkin menyandera hidup mereka. Merapi memang sandaran hidup bagi ratusan penduduk di selingkarnya. Dengan hamparan tanah suburnya, Merapi adalah hidup dan kehidupan segenap warganya. Tak lupa kamera Metro-Tv sempat menyorot foto Ndayak Grasak sekian lama, sambil sang reporter menanyakan berbagai hal akan tarian bocah tersebut.

Kemeriahan PB 2010+ dibuka oleh Mendiknas Muhammad Nuh. Saya nggak habis pikir, kok yang mbukak Pak Nuh, bukannya sang Menkominfo. Memang dari sejarahnya Pak Nuh adalah Menkominfo pertama yang mendeklarasikan dan menetapkan Hari Blogger Nasional pada PB I tahun 2007. Hal yang serupa juga saya rasakan ketika melihat tayangan di tv bahwa yang meninjau pengungsi Merapi justru Menhan Purnomo Yusgiantoro. Ada apa dengan negeri ini, dan terkhusus ada apa dengan pemerintahan SBY?

Tak banyak berbeda dengan kemasan PB yang sudah-sudah, acara sesi awal diisi berbagai sambutan dan selingan pentas seni musik dan tari. Selepas istirahat siang, acara dilanjutkan dengan sesi break point. Banyak tema yang diangkat pada sesi paralel ini, diantaranya tentang sehat ibu dan anak, pemanfaatan greenmap online, internet sehat, edukasi anak, dan lain-lain. Sesi akhir ditandai dengan pemberian hadiah berbagai lomba yang digelar dan pengundian doorprize.

Sejenak menikmati istirahat di penginapan, rombongan Bala Tidar plus Novri TPC meluncur ke Komunitas Kandang Jurang Doank. Renungan yang mengangkat tema “Cerdaskan Nusantaraku” yang digelar banyak menampilkan kreasi seni anak-anak asuhan Dik Doank, dan uraian perenungan oleh Budayawan Emha Ainun Nadjib yang banyak menyinggung pula soal Merapi. Musibah bukan bencana! Musibah merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, yang artinya peristiwa atau kejadian. Memang dalam bahasa Indonesia, kata musibah senantiasa berasosiasi negatif menjadi bencana. Merapi sedang reresik, bebersih untuk mengingatkan kembali manusia akan kekuatan alam dan kekuasaan Tuhan. Maka sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang mau berpikir mengenai tanda-tanda alam sebagai ayat atas kebesaran Tuhannya.

Acara di Kandang Jurang berlangsung hingga dini hari dengan diakhiri doa. Namun demikian diskusi kecil dengan Cak Nun tetap berlanjut hingga menjelang Subuh. Diskusi ringan dan mendalam sangat membuat hadirin antusias, terlebih ditemani dengan kehangatan hidangan nasi goreng……hmmmm, nyam-nyam-nyam. Bahkan Faris yang sedari awal acara sudah ongap-angop dan tidur mendengkur langsung bangun njenggirat dan menyikat dua piring porsi penuh nasi goreng nikmat itu. Menjelang matahari terbit, Bala Tidar undur diri dari Kandang Jurang Doank.

Bala Tidar kembali ke penginapan untuk sejenak beristirahat dan bebersih diri. Setelah berkemas, kamipun berpamitan dengan sedulur blogger yang lain dan check out dari penginapan. Bala Tidar terpaksa berjalan dengan  nggenthuwut karena beratnya beban berbagai souvenir dan PB 2010+ yang kami terima. Dengan segala  kekurangan dan kelebihannya, PB 2010+ saya rasa tak akan terlupakan dalam ingatan dan kenangan segenap wakil Bala Tidar dan seluruh blogger Nusantara yang mengikutinya.

Cisitu, 1 November 2010


18 tanggapan untuk “Bala Tidar di PB 2010+”

  1. yang paling berkean bagi saya malah pas di kandang juranknya,bisa salaman sama Caknun dan Dik Doank…
    eh pas di pesta blogger kemaren saya juga salaman sama pak Nuh lho…hehe