Amprokan Blogger 2011


BEKASI MENGGAGAS KASIH EKOLOGIS

Blogger memang pengguna fitur internet yang sangat intensif. Lalu apakah dengan demikian dunia blogger hanya terbatas pada ranah dunia maya sebatas layar monitor semata? Hmm, tentu saja tidak demikian! Blogger dengan aktivitas postingannya senantiasa mengangkat berbagai hal di lingkungan sekitarnya. Blogger bisa menuliskan soal teknologi, blogger bisa memposting persoalan politik, sosial, budaya, kesenian, kuliner, pariwisata, dan tentu saja termasuk isu lingkungan atau ekologi. Poin terakhir inilah yang tahun ini diangkat oleh Komunitas Blogger Bekasi dalam perhelatan akbar Amprokan Blogger 2011, “Blogger Membudayakan Kecerdasan Ekologis”.

Acara yang digelar selama dua hari didukung penuh oleh Pemkot Bekasi, Indosat, Jababeka, Pandi, minuman Vit, berlangsung 17-18 September 2011 ini dimulai dengan seminar di Wisma Haji Kota Bekasi. Hadir membuka acara adalah Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring. Dalam sambutannya, Menkoninfo menyampaikan pesan tentang pentingnya merajut kembali semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang sempat terkoyak. Adalah kewajiban anak bangsa, kita semua, untuk merajut kebersamaan, memupuk nasionalisme, dan cinta tanah air. Internet merupakan salah satu produk teknologi yang menjelma menjadi sumber daya yang akan sangat berdaya guna untuk menunjang cita-cita, tujuan, dan agenda nasional. Blogger sebagai insan kreatif diharapkan turut memberikan kontribusi dengan menciptakan konten-konten positif. Inilah tantangan kita bersama!

Sesi awal seminar menghadirkan para penggelut dunia informasi dan teknologi, seperti Nukman Lutfi, Onno W. Purbo, Donny BU, dan Anggara. Diskusi yang mengangakat tema kebebasan berekspresi ini dimoderatori oleh Iman Brotoseno. Dari berbagai pemaparan narasumber dapat ditarik benang merah bahwa kebebasan berekspresi melalui media internet, khususnya blog, di Indonesia masih terbuka dan relatif lebih longgar dibandingkan di beberapa negeri tetangga, semisal Malaysia, Singapura, ataupun Vietnam. Hanya Philipina-lah negera di ASEAN yang relatif memberikan kekebabasan berekspresi sebagaimana Indonesia. Hal yang paling mendasar untuk disadari adalah bahwa kebebasan harus dilandasi dengan nilai etika. Kebebasan dalam menggunakan blog adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Dengan demikian segala kaidah norma kesopanan, kesusilaan, agama, dan tentunya norma hukum, harus melandasi setiap aktivitas kreatif blogger Indonesia. Inilah ciri khas blogger yang dewasa dalam berpikir, memiliki wawasan yang luas, dan tentu saja cerdas!

Babak kedua seminar mengangkat keragaman keguyuban berbagai komunitas blogger dengan segala latar belakangnya. Hadir sebagai narasumber, Iman Brotoseno mewakili Blogger ASEAN, Indri Banyumurti dari Relawan IT, dan Suryaden dari Blogger Nusantara. Warna-warni pelangi atmosfer komunitas blogger yang hadir kembali mengukuhkan bahwa keragaman adalah anugerah indah yang justru mempersaudarakan dan menyatukan blogger sebagai anak bangsa. Ciri khas budaya Nusantara adalah semangat kebersamaan dan kegotongroyongannya, maka adalah hal yang jamak jikalau satu dua orang berkumpul dengan minat, visi, dan kepentingan yang sama akan melahirkan sebuah paguyuban atau komunitas. Bangsa kita adalah bangsa yang sangat menjunjung tinggi nilai paseduluran, persaudaraan sesama anak bangsa, sebuah keguyuban, keakraban, serta sebuah kemesraan berelasi. Inilah perwujudan jiwa semanak,  keramahtamahan diantara sesama anak bangsa dan anak manusia. Harkat dan martabat kita adalah sama sebagai anak manusia. Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh!

Tema tentang kesadaran untuk turut mewujudkan kelestarian lingkungan sebagaimana tema Amprokan 2011 agar Blogger Membudayakan Kecerdasan Ekologis dikupas tuntas di sesi ke tiga seminar. Hadir sebagai pembicara Mbak Emil dan Mas Amril yang keduanya merupakan aktivis lingkungan hidup yang sangat menginspirasi para blogger. Keprihatinan tentang konsep pembangunan yang semakin mengesampingkan semangat pembangunan yang berkelanjutan mengawali pemaparan Mbak Emil. Lebih lanjut disampaikan bahwa dewasa ini kepentingan ekologis seringkali harus tunduk dan dikalahkan oleh kepentingan ekonomi. Hal ini sangat nampak di dalam road map perencanaan tata ruang dan tata wilayah yang telah mengkotak-kotakkan setiap wilayah berdasarkan kepentingan ekonomi semata. Beliau mencontohkan mengenai pulau Kalimantan yang sudah dikonsep sebagai wilayah pertambangan bahan galian dan mineral, terutama batubara. Kalimantan, dengan kekayaan hayatinya sebagai ekosistem hutan hujan tropis, sebentar lagi akan sirna dengan meninggalkan danau-danau bekas galian dan gunung-gunung gundul yang dibabat habis hutannya. Inikah yang dimaksud pembangunan? Bagaimana kita mempertanggungjawabkannya di hadapan anak cucu kita kelak?

Di samping masifnya laju deforestrisasi sebagai dampak negatif pembangunan, Mbak Emil juga mengisahkan perjuangan untuk terus mengkampanyekan pulau Komodo agar menjadi salah satu keajaiban alam dunia. Meskipun pihak pemerintah tidak lagi melakukan promosi terkait dengan konflik yang terjadi dengan New Seven Wonder Foundation, para aktivitas tetap getol memperjuangkan pulau Komodo. Alasan utama yang mendasari langkah para aktivitas adalah kenyataan kondisi geografis dan bentangan alam di kawasan Nusa Tenggara Timur yang beriklim kering dengan dominasi padang sabana yang tidak mungkin dikembangkan untuk sektor pertanian maupun kehutanan. Di sisi lain, NTT juga tidak memiliki sumber daya alam berupa bahan tambang ataupun mineral yang dapat menopang pilar ekonomi mereka. Satu-satunya harapan yang mungkin dikembangkan adalah sektor pariwisata. Apabila sektor ini bergerak, maka dipastikan sektor kegiatan pendukung yang lain akan turut tergerak. Pariwisata akan mendorong jasa penginapan, kerajinan dan souvenir, bahkan kebudayaan dan kesenian akan turut terlestarikan.

Sementara Mas Amril dari elKail yang merupakan penggerak lingkungan yang berupaya terus-menerus untuk melestarikan hutan bakau di kawasan pantai utara Bekasi mengungkapkan berbagai hal mengenai kondisi terkini hutan bakau yang ada, program penanaman kembali, serta upaya penyedaran masyarakat kawasan pesisir untuk memiliki kesadaran lingkungan dan turut serta mendukung program-program dalam rangka me-mangrove-kan kembali pantai Bekasi. Hutan bakau merupakan ekosistem kawasan pantai yang sangat berperan dalam pengendalian intrusi air laut ke daratan, sebagai filter polutan terlarut agar tidak masuk ke laut, untuk menahan abrasi pantai, penahan gelombang tsunami, serta sebagai habitat dan ekosistem yang melindungi berbagai tumbuhan air dan satwa khas pesisir.

Sebagaimana ide panitia Amprokan Blogger 2011 untuk mengangkat isu tentang ekologi, hadirin para blogger dari berbagai perwakilan komunitas nampak sangat antusias di sesi ini. Berbagai pertanyaan dan tanggapan muncul menjadi diskusi yang sangat mendalam. Tanpa terasa sedemikian cepatnya berjalan waktu hingga menjelang Maghrib diskusi terpaksa disudahi. Di titik akhir inilah para blogger kembali meneguhkan komitmen untuk turut mendukung perjuangan agar pulau Komodo masuk menjadi satu dari tujuh keajaiban alam dunia. Komitmen ini diwujudkan dengan vote sms dukungan bersama ke 9889, dilanjutkan dengan foto bersama dan pernyataan dukungan yang direkam untuk di-upload ke Youtube.

Selepas sedikit melepas lelah, mandi dan bebersih diri, serta menunaikan kewajiban sholat, para blogger peserta Amprokan kembali ke Wisma Haji untuk kembul bujono, makan malam bersama, dengan diiringi lantunan musik organ tunggal. Acara malam itu memang acara yang digagas secara santai dan tidak formal. Maka selepas menjalankan kewajiban “biologis”, makan, minum dengan sangat lahapnya karena memang menu makanannya sangat menggugah selera, acara dilanjutkan dengan sarasehan santai.

Pakdhe Blontank, sang blogger Bengawan yang didaulat sebagai pemandu diskusipun segera mengajak peserta untuk memulai pembicaraan dengan terlebih dahulu duduk bersila di depan hadirin. Akhirnya Donny BU yang menjadi lawan bicara Pak B-pun turut duduk bersila sambil mata melotot melantunkan mantra-mantra perihal etika bertinternet. Perbedaan merupakan sebuah keniscayaan. Perbedaan yang secara sadar kita akui, kita hormati bersama-sama, saling toleransi satu sama lain itulah yang disebuat sebagai sebuah keragaman. Keragaman tidak perlu dipersamakan. Keragaman adalah anugerah Tuhan yang menjadikan hidup manusia berwarna-warni dan menemukan arti tersendiri. Persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara jangan sampai meniadakan keragaman. Apabila keragaman dihapuskan maka sama artinya dengan membunuh ruh kreativitas.

Kebebasan dan kemerdekaan tidak bisa lepas dari konteks ruang dan waktu yang menyertainya. Etika pergaulan merupakan pemandu yang harus dipegang erat agar kebebasan tetap memegang prinsip kebebasan bertanggung jawab dan tidak kebablasan. Internet sebagai produk kecanggihan teknologi merupakan anak kebudayan dan peradaban manusia yang sekaligus berpeluang memiliki dampak positif maupun negatif. Internet memang bebas nilai, namun manusianyalah yang harus memiliki tanggung jawab moral untuk mendayagunakan potensi internet guna mencapai kemajuan peradaban manusia.

Upaya menggagas dan membumikan etika dalam berinternet merupakan pokok bahasan diskusi antar lintas komunitas pengguna internet yang sebelumnya telah digagas oleh ICT Watch. Prinsip-prinsip dalam berinternet yang perlu dimasyarakatkan berdasarkan kesepahaman yang telah disepakati oleh berbagai komunitas yang hadir, diantaranya mengutamakan semangat kebersamaan dan keragaman, menghargai hak dan kewajiban pihak lain, menjunjung martabat kemanusiaan, serta tidak memposting hal-hal yang menimbulkan konflik bernuansa SARA.

Hari kedua adalah hari anjangsana. Agenda yang telah direncanakan adalah kunjungan ke kawasan mangrove di Muara Gembong, dan ke kawasan industri Jababeka. Dikarenakan adanya kendala tertentu yang tidak sempat disampaikan kepada peserta, maka setelah sekian lama menunggu dengan penuh ketidakpastian dari jam 06.00 pagi hingga jam 09.00, rombonganpun diberangkatkan seluruhnya ke Jababeka. Isu sudah santer terdengar bahwa kunjungan ke hutan mangrove dibatalkan. Sayang memang!

Tiba di Jababeka, rombongan memasuki kawasan Movieland. Kawasan puluhan hektar ini sengaja dirancang untuk menjadi “Hollywood”nya Indonesia. Dengan kawasan industri perfilman yang terpadu ini diharapkan ke depan kreativitas para sineas Indonesia dapat lebih berkembang dan mampu berbicara lantang di panggung dunia. Film Indonesia harus mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri, bahkan mampu menjadi ikon dunia. Semoga niat dan cita-cita ini bisa menjadi kenyataan!

Hadir menjadi nara sumber selanjutnya adalah “Bapak Pohon” Eka Budiyanta. Dengan gaya retorik khasnya Beliau memancing peserta dengan pertanyaan, “Adakah diantara kalian yang pernah melepaskan burungnya?” Hadirinpun segera kasak-kusuk, saur manuk, saling berceloteh satu sama lain menanggapi guyonan sang pembicara. Berbeda dengan Amprokan tahun lalu dimana para blogger diajak ke Botanic Garden untuk menanam pohon dan merayakan hari ulang tahun pohon, maka berkenaan dengan musim kering kali ini, peserta justru diajak untuk melepas burung.

Lebih lanjut Pak Eka bertanya, “Apakah yang Anda bayangkan ketika mendengar kata industri?” Ada yang menjawab pabrik, polusi, bising, buruh, demo, kos-kosan, dan lain sebagainya. Beliau kemudian menerangkan makna dari kata industri. Industri berasal dari bahasa Yunani yang artinya rajin atau kerja keras. He is an industrial man, bermakna dia seorang yang rajin atau dia seorang pekerja keras. Sebuah kota, dengan bangunannya, dengan jalan-jalannya, perumahan dan pertokoannya, serta taman-tamannya dirancang oleh sang arsitek yang mengurangi jam tidurnya, bekerja di kesunyian malam tanpa banyak diketahui orang. Namun kenapa kemudian ketika hadirin  ditanya bayangan tentang industri justru menjawab dengan konotasi negatif? Inilah kemudian yang mendorong lahirnya konsep green industries!

Green industries merupakan konsep pembangunan industri dengan tetap melestarikan fungsi-fungsi daya dukung lingkungan di sekitar industri berada. Bagaimana tata ruang dan wilayah dikelola sedemikan rupa sehingga fungsi-fungsi dimaksud tidak mengalami degradasi, seberapa luas sebuah kawasan industri harus memiliki ruang terbuka hijau merupakan contoh penerapan green industries. Jababeka termasuk kawasan indutri terbesar yang digagas, dibangun dan dikelola dengan konsep green industries. Inilah satu nilai positif yang ingin diperkenalkan dan ditanamkan kepada para blogger agar lebih tercerahkan dan memiliki kecerdasan ekologis yang semakin berkembang. Harapannya tentu saja blogger dapat menyuarakan ide-ide tersebut dalam postingan-postingan di blognya masing-masing.

Acara di siang bolong, tepat saat matahari tegak di atas kepala, diisi dengan kunjungan ke Botanic Garden. Di samping menengok kembali pohon yang telah ditanam pada kesempatan Amprokan Blogger 2010, misi blogger kali ini adalah melepas burung. Pohon adalah penopang sebuah ekosistem. Keberadaan rimbunan pepohonan harus segera ditemani dengan kehadiran satwa lain untuk membentuk sebuah habitat dan ekosistem yang utuh. Hari itu sengaja dilepaslah beberapa ekor burung tekukur, merpati dan jalak untuk menemani para pohon di Botanic Garden. Terdengarlah sorak hore tatkala burung-burung lepas bebas ke angkasa raya menyambut kemerdekaannya yang sejati.

Anjangsana dilanjutkan dengan mengunjungi kawasan penambangan pasir di sekitar Cibarusa, Serang, wilayah Cikarang ujung selatan. Konon dari desas-desus penambangan tersebut ilegal! Kenapa ya bisa terjadi? Di sinilah tergambar dengan telanjang dan kasat mata sebuah tindakan kerakusan manusia sebagai makhluk ekonomi. Di sini pulalah kita menjadi saksi betapa kepentingan ekonomi harus dimenangkan daripada kepentingan ekologis. Semua dilakukan demi uang! Bagaimana nasib anak cucu di kemudian hari, emang gue pikirin!

Kawasan pertambangan pasir yang meliputi beberasa desa ini sebenarnya berada di atas lahan warga setempat. Lapisan pasir di bawah sawah sengaja digali dan ditambang untuk kemudian dijual. Tidak cukup dengan alat manual dan tenaga manusia, bighoe dihadirkan untuk menggali mencari pasir. Nah apa yang kemudian terjadi? Tanah tergali, dan tergali terus menerus hingga menjadi danau kering dengan kedalaman lebih dari 25 m. Bila mesin sudah bekerja atas kuasa panglima perut, jangan harap alam akan lestari. Beberapa danau kering kemudian terisi air dan menjadi danau betulan. Akan tetapi karena kawasan sekitar yang sangat tandus dan kering, maka ekosistem di lingkungan sekitar tidak dapat pulih sebagaimana semula.

Inilah dilematika yang dihadapi warga sekitar. Atas nama kebutuhan pemenuhan hajat perut, pertambangan harus terus jalan, apapun dampaknya! Namun bila pada suatu saat pasir yang ditambang telah habis, apakah yang akan tersisa? Ya, sebuah kerusakan lingkungan hidup yang sangat parah! Lalu darimana lagi mereka akan mencari hidup? Inilah sebenarnya misi dihadirkannya para blogger untuk mengekspos kawasan ini, syukur-syukur kalau ada yang terinspirasi untuk mengembangkannya menjadi kawasan danau wisata. Harapannya sudah pasti bahwa di masa depan, pasca pasir habis ditambang, akan ada sumber penghidupan ekonomi yang dapat menghidupi warga sekitar.

Anjangsana terakhir adalah mengunjungi Taman Buaya Cibarusah. Ada lebih dari 500 buaya berbagai jenis yang dipelihara dan ditangkarkan di sini. Di samping melihat buaya dari dekat, para blogger juga disuguhi dengan pertunjukan aksi para pawang buaya melakukan berbagai permainan dengan buaya yang sangat ganas. Pertunjukan lebih semarak dengan penampilan seni debus yang banyak menyimpan tanda tanya misterius dari hadirin.

Inilah catatan serangkaian agenda Amprokan Blogger 2011 yang sangat berkesan. Amprokan Blogger telah mempertautkan persaudaraan diantara sesama anak bangsa. Ada saudara kita blogger dari Pekanbaru, Wongkito Palembang, Banten, KBBC Tangerang, deBlogger Depok, Kompasiana, Blogor Bogor, Purwokerto, Pendekar Tidar Magelang, Bengawan Solo, Warok Ponorogo, Ngalam Malang, TPC Surabaya, Plat M Madura, Borneo, Makasar, bahkan Arumbai Ambon. Tidak berlebihan apa yang disampaikan Amril Gobel bahwa Amprokan Blogger 2011 SESUATU BANGET! Terima kasih untuk para sponsorAmprokan Blogger Hidupkan Suksesmu! Salam blogger, dan sampai jumpa di kesempatan lainnya.

 

Ngisor Blimbing, 20 September 2011


22 tanggapan untuk “Amprokan Blogger 2011”

    • Yang terlebih penting daripada sekedar jalan-jalan adalah silaturahmi dan jalinan networking yang terbentuk!
      Soal Magelang kapan, Anda-anda yang melekat erat di kampung halamanlah yang semestinya lebih memiliki peluang utk berkonsep dan melobi-lobi pihak terkait, kami yang dijauh hanya bisa mensuport to?

    • pohon mahoni kita tumbuh dengan subur makmur, sayang tidak ada penanda keterangan yang menjelaskan penanaman pohon di setiap pohon….memang lain kalo yang nanam pejabat!

  1. keren, reportase detail n panjang byanget… acara keren emang, dan pemda sudah kontak panitia minta dibuatkan konsep amprokan blogger 2012, sungguh sesuatu banget..
    Alhamdulillah ya..

  2. Terimakasih banyak ya mas atas liputan amprokan blogger 2011 yang sangat lengkap dan komprehensif. Moga2 bisa datang lagi di acara kami yang akan datang. Salam Blogger!

  3. Thanks buat liputannya mas. Kereeen. Komplit, inspiratif dan benar-benar memberikan pengetahuan meski bagi yang berhalangan hadir di AmprokanBlogger 2011 sekalipun.

    Salam untuk teman2 Pendekar Tidar

    • makasih Om Jay, sudah sembuh? Luarrr biasa spirit Anda dalam memimpin kepanitiaan kali ini, hingga seakan kepentingan pribadi dinomor-sekiankan dan “terpaksa” istirahat di hari H! Moga sehat selalu dan panjang umur Omm….thx

  4. Salam kenal, tulisan liputan yang menarik. Sayang di acara itu karena terlalu banyak peserta jadi tidak sempat berinteraksi. Bila berkenan dapat pula mampir ke lapak saya yang menyajikan tulisan tentang AB 2011, namun jelas dari perspektif berbeda:

    http://www.lifeschool-indonesia.com/?p=52
    http://lifeschool.wordpress.com/2011/09/24/liputan-acara-amprokan-blogger-2011-hari-ke-1/
    http://lifeschool.wordpress.com/2011/09/25/liputan-acara-amprokan-blogger-2011-hari-ke-2/

    Sukses, demi Indonesia Raya!

    Bhayu MH