Borobudur Lebih Dari Sekedar Candi Borobudur


Mendut2Rata-rata masyarakat Indonesia tentu pernah mendengar kemasyuran Candi Borobudur. Bangunan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini dikenal sebagai salah satu keajaiban dunia yang dimiliki Indonesia. Ketenarannya tidak hanya menjadi magnet bagi wasatawan lokal, bahkan wisatawan mancanegara setiap hari datang menyemut ingin menyaksikan tatanan batu stupa dengan segala makna filosofis ajaran Budha dari batuan vulkanik yang sangat khas ini. Borobudur memang merupakan maha karya agung nenek moyang yang sulit ditandingi oleh masyarakat modern sekalipun.

Bicara Borobudur sebagai obyek wisata yang ternama, apakah hanya sisi keindahan candi saja yang bisa dinikmati para wisatawan? Inilah yang belum banyak ketahui banyak orang! Borobudur lebih dari sekedar Candi Borobudur!

Selain Mahakarya Candi Borobudur, sebenarnya ada tawaran 1001 destinasi wisata yang ada, baik di sekeliling candi, maupun dalam radius 30 Km di wilayah Kabupaten Magelang yang lain. Di samping wisata candi, ada pula wisata alam, seni budaya dan tradisi, wisata religi, wisata kerajinan, wisata kuliner, hingga pendakian gunung-gunung termasyur.

Berdasarkan prasasti Canggal, wilayah Magelang ditengarai sebagai pusat pemerintahan Mataram Kuno yang diperintah oleh Dinasti Syailendra dan Dinasti Sanjaya. Tidak mengherankan jika di wilayah ini dikenal sebagai wilayah dengan 1001 candi. Dari corak kepercayaan yang melatar-belakanginya candi-candi tersebut dapat dibedakan menjadi candi bercorak Hindu dan Budha. Untuk menyebut deretan candi di luar nama Borobudur, kita dengan mudah menemukannya di seantero wilayah Magelang. Ada candi Mendut, Pawon, Ngawen, Wukir, Asu, Lumbung, Umbul, Selogriyo, Candisari, bahkan yang belum lama diketemukan ada Candi Losari.Wilayah pedesaan di sisi seputaran Borobudur pada umumnya diapit oleh Kali Progo dan deret Pegunungan Menoreh. Wilayah di sepanjang aliran sungai Progo merupakan dataran yang subur dengan berbagai jenis tanaman pertanian, mulai padi, sayur-mayur, dan buah-buahan. Adapun sisi atas wilayah Borobudur yang berada di kaki hingga lereng Menoreh dipenuhi dengan sebaran ladang palawija, perkebunan hortikultura, hingga berbagai jenis kayu. Keasrian alam di wilayah ini merupakan anunegerah Ilahi yang sungguh indah untuk juga dapat dinikmati oleh wisatawan yang ingin menyelami kembali makna penyatuan manusia dengan alam.

Desa-desa di wilayah Kecamatan Borobudur kini telah menggeliat untuk berbenah menjadi desa-desa wisata. Sebutlah beberapa diantara desa wisata tersebut, diantaranya Wanurejo, Candirejo, Klipoh, Ngargogondo, Majaksingi, Giritengah, Giripurno, termasuk Wringin Putih. Di desa-desa wisata tersebut para pengunjung dapat menikmati hikmat ketentraman kehidupan ala pedusunan yang sangat kental nafas alamnya.

BorobudurDi samping menikmati panorama alam desa yang masih asri, pengunjung dapat menikmati sisi lain dari sebuah kehidupan pedesaan yang terbina dari semangat keguyuban, kerukunan, kebersamaan, serta sikap gotong-royong dan saling tolong-menolong. Pengunjung dapat membaur dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari sebuah keluarga petani dengan segala aspek rutinitas agrarisnya mulai sejak terbit fajar, siang hari, senja, bahkan hingga malam kembali menjelang. Rasakan kesejukan pagi hari sambil memanggul pacul menuju ke persawahan atau ladang. Pengunjung juga dapat terlibat langsung untuk mengolah tanah, mulai dari ngluku, nggaru, ngeburi, hingga berbasah lumpur saat menanam padi. Bagi masyarakat kota atau siapapun yang belum pernah melakukan, hal-hal yang terkesan sederhana tersebut justru akan mendatangkan sebuah pengalaman dan eksotika yang tidak akan pernah bisa terlupakan.

Selain aspek kehidupan pertanian, para wisatawan juga dapat menyelami berbagai aktivitas masyarakat desa dalam olah seni dan kerajinan. Di berbagai desa wisata Borobudur hampir setiap desa memiliki kesenian tradisional yang telah mengakar kuat sebagai warisan budaya luhur nenek moyang mereka. Sebut saja beberapa diantaranya seni ndayakan atau topeng ireng, kubro siswo, jaran kepang atau jathilan, mondolan, reog, hingga kethoprak.

Untuk urusan seni kriya atau kerajinan tangan, masyarakat Borobudur sudah tentu mewarisi seribu satu bakat dari para nenek moyang yang memahatkan karyanya dalam monumen Mahakarya Candi Borobudur. Masyarakat Borobudur telah secara turun temunrun menekuni beberapa jenis kerajinan tangan, mulai memahat patung dan arca batu, seni ukir kayu, patung cetak, berbagai jenis anyaman, kerajinan bambu wulung, mendhong, gerabah, kaleng bekas, hingga lukisan daun bodhi dan berbagai cinderamata khas Borobudur. Ada pula kreasi kerajinan topeng kayu.

Wisata sejarah, alam, seni dan budaya serasa akan hambar tanpa kehadiran wisata kuliner. Untuk urusan yang satu ini, Borobudur juga menawarkan beragam jenis makanan khas, mulai jajanan camilan, kue tradisional, hingga aneka hidangan sajian santap yang unik dan khas. Mangut beong merupakan sajian paling khas yang tidak dapat dijumpai di daerah manapun. Beong merupakan jenis ikan air tawar dengan bentuk kepala seperti ikan patin, tetapi tubuh hingga ekornya menyerupai ikan lele yang lengkap dengan kumis patilnya. Jenis ikan ini hingga kini hanya bisa hidup di aliran deras Kali Progo dan belum bisa dipelihara di tempat lain.

Untuk aneka camilan, Borobudur dengan alam tegalam Menorehnya juga terkenal dengan aneka olahan pangan berbahan dasar singkong. Sebut saja nama-nama slondok, kripik, pothil, lanting, gethuk, hingga gatot dan tiwul. Ada pula rengginang, kripik pisang, serta aneka produk dari tempe dan tahu. Tak lupa jenis kue basah seperti jenang madu sirat, krasikan, lemper, tape, ataupun wajik yang berbahan dasar beras ketan.

Boro1         Boro2

Untuk urusan akomodasi dan transportasi lokal, Borobudur merupakan wilayah dengan jaringan jalan raya yang sudah mulus hingga ke pelosok pedesaan. Berbagai hotel berbintang, penginapan kelas melati, hingga rumah warga yang ditata sebagai homestay siap memanjakan Anda maupun keluarga yang ingin benar-benar menikmati suasana surga yang diturunkan ke bumi Borobudur.

Sebagai orang Magelang asli, penulis yakin masih banyak wisatawan yang menilai Borobudur sebatas Candi Borobudur. Bahkan penulis sendiri mengakui belum banyak tahu dan mengeksplorasi segala keindahan bumi Swambara Budura yang hanya sejengkal dari kampung halaman. Puntuk Setumbu, Pos Mati, puncak Suralaya, semuanya menawarkan keindahan. Berbagai pentas seni, topeng ireng, jathilan, kubra siswo, semua menawarkan betapa kayanya bumi Nusantara dengan atraksi seni budayanya.

Adalah sebuah buku berjudul Borobudur Surroundings yang mengisahkan 100 destinasi wisata seputar Borobudur, Muntilan, hingga meluas sei wilayah Kabupaten dan Kota Magelang, mulai dari wisata alam, petualangan, tempat menginap, kuliner, kerajinan dan seni budaya. Buku yang penuh warna dengan sajian foto-foto berwarna ini benar-benar menggambarkan Magelang Raya dengan segala potensi wisatanya secara super komplit. Siapapun yang berkesempatan membaca buku yang disusun oleh Lily T. Erwin, Abang Erwin, dan Gagas Ulung sejak 2012 ini tentu akan mengundang rasa penasaran yang mendalam bagi siapapun yang memendam hasrat petualang sejati. Tidak salah jika buku ini bisa dijadikan panduan lengkap para petualang yang ingin menyelami Borobudur dan Magelang Raya.

Selamat berlibur, selamat menikmati petualangan indah.

Lor Kedhaton, 24 Desember 2014


4 tanggapan untuk “Borobudur Lebih Dari Sekedar Candi Borobudur”

  1. mohon maaf mas.. khusus untuk kesenian “ndayakan” atau “topeng ireng”, secara konseptual tidak ada pijakannya di budaya sekitar magelang.. cara berpakaiannya seperti mirip pakaian indian amerika.. gerakannya agak beda dengan kobro siswo.. dan istilah “ndayakan” tidak ada sama sekali hubungannya dengan suku dayak di kalimantan.. maturnuwun..

  2. borobudur memang sesuatu. jadi penasaran pengen ngubek-ngubek kawasan wisata sekitar borobudur nih. Meski tinggal di magelang tapi jarang banget ngubek-ngubek daerah sana. kalo ada balatidar yang mau ngajak boleh lho.hihihi

    Salam,
    Rizki Amalia
    http://www.zlatasilver.com