Windusari Gunung Sumbing


Sebuah ketidaksengajaan perjalanan telah mengantarkan saya ke tepian Kali Progo tepat sebelah barat pemandian Kalibening – Payaman. Sungai yang lebar dengan air yang deras mengalir dengan latar belakang dataran di sekitarnya menjadikan lanskap pemandingan yang sangat elok. Di tepi jalanan yang berbatasan langsung dengan tepian Kali Progo, akan nampak sebuah gerojokan air dari sebuah cekdam yang membendung aliran sungai.

Windu1

Menengok lebih cermat ke arah depan jalan, kita akan disuguhi dengan bentangan dua buah jembatan yang saling berdampingan. Satu jembatan nampak sudah patah dengan posisi pilar pendukung yang terlihat amblas ke dasar sungai. Sedangkan sebuah jembatan di sisi utaranya yang lebih tinggi merupakan jembatan yang masih terlihat baru dan berfungsi sebagai penghubung. Jembatan lama lebih dikenal masyarakat sebagai jembatan Trinil, sedangkan jembatan yang terbaru diberi nama Jembatan Kalisari. Jembatan inilah yang kini menghubungkan desa Kalijoso di sisi timur Kali Progo dengan desa Banjarsari di sisi barat.

Meneruskan perjalanan dengan melintasi jembatan Kalisari, kita akan menikmati jalanan yang berkelok serta diselang-selingi tanjakan dan turunan. Di kanan kiri jalanan, terhampar sawah dan ladang yang ijo royo-royo diterpa semilirnya angin pegunungan yang sejuk sepoi-sepoi. Jika jalan tersebut terus kita telusuri, maka kita akan jumpai desa-desa dengan nama yang memiliki kemiripan nama, ada Banjarsari, Balesari, Windusari, Umbulsari, Kentengsari, Mangunsari, Candisari, Gunungsari, Tanjungsari dan Pasangsari. Menilik dari suku kata sari di belakang nama masing-masing desa tersebut menandakan kita tengah memasuki wilayah kecamatan Windusari di Kabupaten Magelang.

Windu2 Windu6

Kecamatan Windusari merupakan salah satu dari 21 kecamatan yang ada di wilayah Pemerintahan Kabupaten Magelang. Kecamatan ini terletak di sisi barat laut tepat di lereng gunung Sumbing. Daerah ini merupakan hambaran dataran dan tanah perbukitan yang dibatasi Kali Progo dan gunung Sumbing. Windusari berbatasan dengan Kecamatan Secang di sisi timur dan Kecamatan Bandongan di sebelah selatan. Adapun di sisi utara berbatasan dengan Kabupaten Temanggung, serta di sisi barat di balik kemegahan gunung Sumbing dibatasi dengan wilayah Kabupaten Wonosobo.

Di samping desa-desa yang diakhiri dengan sari sebagaimana tersebut di atas, Windusari masih memiliki desa lain, meliputi Kembangkuning, Bandarsedayu, Semen, Genito, Ngemplak, Girimulyo, Dampit, dan Wonoroto. Wilayah Windusari merupakan kawasan pertanian yang sangat subur. Di sepanjang Kali Progo lebih didominasi persawahan dengan sistem terasiring bertingkat yang banyak ditanami padi dan sayur-mayur. Semakin masuk ke wilayah bagian barat, kontur tanah lebih banyak terdiri atas perbukitan yang ditanami tanaman perkebunan maupun kayu keras dan hutan bambu.

Windu4Letak Windusari di lereng gunung Sumbing menjadikan tanah pertanian di sini subur dan kaya akan sumber air karena ditopang oleh hutan lindung sebagai daerah resapan yang masih terjaga dengan baik. Hal inilah yang menjadikan wilayah ini menjadi salah satu sentral pertanian yang handal di Magelang. Di samping pertanian, bahkan di Desa Mangunsari terdapar Gapoktan Subur Makmur (gabungan kelompok petani) yang khusus memelihara domba. Pada tahun 2011, gapoktan ini sempat mewakili Jawa Tengah dalam lomba kelompok petani peternak domba tingkat nasional. Dengan pengelolaan dan penerapan teknik modern, desa ini digadang-gadang untuk menjadi salah satu sentra produksi domba di Jawa Tengah.

Di samping keunggulan di sektor pertanian, keberadaan kontur perbukitanda pegunungan menjadikan wilayah ini memiliki potensi tanaman keras yang melimpah. Berbagai ragam jenis kayu tumbuh dengan baik di daerah ini, mulai dari sengon, pinus, akasia, sonokeling, nangka, aneka macam jenis bambu, dan lain sebagainya. Potensi ini jika dikembangkan dengan baik sudah pasti akan menjadikan Windusari menjadi pemasok industri pengolahan kayu maupun bahan bangunan.

Windu3Selain kesuburan tanah dan kecukupan air yang menjadi potensi wilayah Windusari, hamparan wilayah yang berbukit dengan kandungan air tinggi juga merupakan kerawanan tersendiri. Terlebih di musim penghujan, dengan curah hujan yang tinggi menjadikan wilayah ini menjadi daerah yang sangat rentan dengan bencana tanah longsor. Kejadian tanah longsor inilah yang sering memutus akses jalanan yang banyak melintas di tepian perbukitan ataupun di tepi jurang yang cukup dalam.

Di samping potensi alam, Windusari juga memiliki situs peninggalan sejarah yang sangat berharga berupa Candi Selogriyo. Candi yang merupakan bangunan Hindu warisan Dinasti Sanjaya yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno ini terletak di dusun Campurrejo, Desa Kembang Kuning. Dari pusat ibukota kecamatan, candi ini dapat diakses ke arah barat melalui jalan lintas yang menuju kecamatan Bandongan. Meskipun bangunan candi ramping dan mungil, namun nilai estetika dan kesakralan bangunan ini merupakan daya tarik tersendiri bagai siapapun pengunjung yang melihatnya.

CandiSelogriyo3 CandiSelogriyo1

Saya sendiri sebagai putra asli kelahiran Magelang termasuk orang yang sangat minim mengenal daerah Windusari. Kesempatan mengunggah sumber informasi yang dapat diakses dan tersebar luas tanpa batas di era kemajuan teknologi informasi saat ini seharusnya bisa dijadikan kesempatan untuk memperkenalkan segala potensi yang dimiliki daerah terpencil sakalipun. Hal merupakan tantangan bagi warga Windusari sendiri ataupun pihak-pihak lain yang memiliki kepedulian ataupun kepentingan terhadap kemajuan daerah tersebut. Semoga tulisan ini sedikit dapat menggugah pihak lain untuk turut mengungkap Windusari di lereng gunung Sumbing.

 

Ngisor Blimbing, 6 Januari 2013