TLATAH BOCAH VI


Berawal pada tahun 2004, TLATAH BOCAH (bhs Jawa: Area Ramah Anak) beserta komunitas–komunitas di lereng Merapi bermimpi mewujudkan area ramah anak, sebuah ruang fisik dan psikologis yang memberikan kesempatan anak berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat. Jejaring ini menumbuhkembangkan kepekaan anak terhadap realita sosial, alam lingkungan, dan relasi antar manusia yang diwujudkan dalam program kegiatan dimana salah satu media pembelajaran menggunakan kesenian tradisi yang mengandung nilai–nilai kepedulian, solidaritas, dan keberagaman.
Pada tahun 2007 jaringan komunitas bersama–sama mengkampanyekan hak anak dalam bentuk festival bertemakan transformasi nilai–nilai pendidikan melalui kesenian tradisi. Kegiatan ini kemudian rutin diadakan setahun sekali selama liburan kenaikan sekolah dengan nama Festival Seni Tadisi Anak Merapi / Tlatah Bocah yang selalu mengusung isu berkaitan dengan anak. Berikut adalah tema yang diangkat dari tahun ke tahun:
2008 Nandur Woh, Ngangsu Kawruh (Menanam Benih, Menimba Ilmu)
Mengangkat pemenuhan hak tumbuh–kembang anak
2009 Bocah Dudu Dolanan, Bocah Kudu Dolanan (Anak Bukanlah Mainan, Anak Wajib Bermain) 
Mengangkat pemenuhan hak perlindungan anak
2010 Tutur Tinular: Tuturing Ati Tinular ing Pakarti (Suara Hati Bermakna pada Pekerti)
Mengangkat pemenuhan hak pendidikan anak
2011 Wayah Gumregah (Saatnya Anak–anak Merapi Bangkit)
Mengangkat pemenuhan hak berpartisipasi anak
Festival Tlatah Bocah telah mampu menggerakkan masyarakat memperhatikan anak dengan berdirinya 22 komunitas anak di 3 kabupaten (Magelang, Boyolali, dan Kulonprogo) yang berlokasi di lereng gunung Merapi, gunung Sumbing dan pelosok perbukitan Menoreh. Tercatat pula bahwa festival ini semakin semarak dengan keterlibatan komunitas dari kabupaten Pariaman (Sumatra Barat), DKI Jakarta, Surabaya, Grobogan, Salatiga, Surakarta, Kulonprogo, Jogja serta dukungan partisipan dari berbagai penjuru tanah air.
TEMA
Masyarakat Merapi mempunyai pola pikir sederhana yang mengedepankan kebersamaan, gotong royong, tepo seliro, dll dimana terlihat dalam pengelolaan tradisi setiap dusun seperti upacara adat dan kesenian. Selain itu, masyarakatnya juga mentolerir adanya kepercayaan dan berbagai agama untuk hidup rukun berdampingan menjadi sebuah akulturasi budaya. Hal tersebut merupakan pencerminan negara Indonesia yang terdiri dari berbagai bahasa, tradisi, suku, dll. Namun demikian, dalam dua dekade ini, banyak kejadian luar biasa bernuansa kekerasan atas nama suku, agama, ras, dan golongan di beberapa wilayah Indonesia tanpa penyelesaian tuntas yang dapat memicu disintegrasi kebangsaan. 
Keprihatinan terhadap permasalahan tersebut disikapi dengan kampanye KEBERAGAMAN dalam Festival Tlatah Bocah ke 6 ini dengan mengangkat kekayaan budaya masyarakat Merapi serta keterlibatan komunitas daerah lain dalam rangka mengukuhkan persatuan untuk menjaga keharmonisan dan toleransi sebagai pondasi pembangunan bangsa.
JUDUL
KERAGAMAN MEMPERKAYA NURANI
MAKSUD & TUJUAN
 Umum
1. Mengkampanyekan keragaman kesenian lokal sebagai pemersatu masyarakat,
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran kesenian dalam pembangunan akhlak,
3. Melestarikan kesenian lokal yang dapat berjalan seiring dengan perkembangan jaman.
Khusus
1. Memperkuat jaringan komunitas anak,
2. Mengkampanyekan pentingnya keberadaan komunitas anak di masyarakat,
3. Mewujudkan area ramah anak secara fisik maupun psikologis,
4. Terpenuhinya hak–hak anak (hak hidup, tumbuhkembang, pendidikan, dan partisipasi. 
CAPAIAN
 1. Menguat dan bertambahnya jaringan komunitas anak,
2. Meningkatnya keterlibatan anak di dalam pembangunan komunitas dan lingkungannya,
3. Terdokumentasinya potensi dan keunggulan lokal secara budaya dan ekonomi.
SASARAN
Festival Tlatah Bocah sudah dikenal sebagai agenda rutin setiap bulan Juli sehingga masyarakat dari kecamatan di sekitar Merapi antusias menghadirinya. Tidak kurang 1200 orang dari berbagai komunitas terlibat dari persiapan sampai akhir acara. Pada tahun 2011 lalu festival ini tercatat dihadiri khalayak lebih dari 2500 orang. Partisipan dari berbagai penjuru Indonesia mendukung sesuai kemampuan sumber dayanya dan turut serta berkampanye tentang hak anak tersebut melalui berbagai macam media.
GALANG SOLIDARITAS
Festival Tlatah Bocah selain digagas untuk kampanye tentang hak anak juga digunakan sebagai upaya membangun solidaritas warga Merapi pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Hal ini dilakukan untuk pembelajaran bahwasanya menguatnya nilai-nilai individu/egosentris seiring dengan globalisasi dapat diantisipasi dengan nilai-nilai gotongroyong/komunal yang telah terbukti mempersatukan masyarakat dalam membangun dusun dan Negara Indonesia.
Festival Tlatah Bocah dari tahun ke tahun menggalang masyarakat untuk mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan dengan cara mengajak mereka berpartisipasi mensukseskan festival tersebut. Masyarakat pendukung komunitas anak di Merapi mengkontribusikan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam persiapan, pelaksanaan, sampai evaluasi festival. Komunitas di luar Merapi berpartisipasi dalam bentuk mengirimkan kelompok keseniannya menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Masyarakat luas juga sangat berpengaruh atas penyelenggaraan festival dengan suka rela memberikan sumber daya yang mereka miliki.
Festival Tlatah Bocah dirancang melibatkan semakin banyak pihak sehingga festival ini semenjak awal tidak dapat diklaim oleh individu/lembaga manapun. Pada pelaksanaan tahun 2012 ini, penggalangan sumber daya di masyarakat dilakukan dengan:
1. Posko Solidaritas
Pelaksana : Individu / Lembaga
Peserta : Simpatisan
Hari – Tanggal : Kamis, 1 Maret – Sabtu, 7 Juli 2012
Lokasi : Kota–kota di Indonesia
Posko Solidaritas merupakan individu atau organisasi yang secara terbuka mendukung Festival Tlatah Bocah dalam bentuk penyediaan lokasinya sebagai tempat penitipan barang layak pakai dari partisipan di berbagai daerah. Barang layak pakai tersebut dijual di pasar murah untuk penggalangan sumber daya yang dibutuhkan festival. Pada tahun 2010 tercatat 43 posko tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Salatiga, Solo, Klaten, Magelang, dan Muntilan.
2. Pasar Murah
Pelaksana : Komunitas dusun setempat
Peserta : Masyarakat dusun setempat
Hari – Tanggal : Minggu, 15 April – Minggu 8 Juli 2012 (2 minggu sekali di hari Minggu)

Lokasi : Dusun–dusun dalam jejaring Tlatah Bocah
Pasar Murah merupakan kegiatan penjualan pakaian layak pakai yang terkumpul dari simpatisan dengan harga murah untuk masyarakat lereng Merapi. Pasar murah ini diadakan marathon di beberapa dusun yang terlibat dalam jejaring Tlatah Bocah. Keuntungan dari kegiatan ini digunakan dusun yang bersangkutan untuk mendukung kegiatan anak-anak setempat dalam mempersiapkan festival. Pasar murah mempunyai makna pembelajaran bahwa semua orang dapat berpartisipasi tanpa memerlukan kemampuan ekonomi yang tinggi dengan keterlibatan orang dari luar daerah merelakan barang layak pakai yang kemudian dijual di dusun–dusun.
3. Turnamen Volley Merapi Cup
Pelaksana : Bangun Budaya
Peserta : 32 Klub Volley di Kecamatan Dukun
Publik : Penonton (tiket)
Hari – Tanggal : Sabtu, 2 Juni – Rabu, 20 Juni 2012
Lokasi : Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang
Turnamen volley merupakan kompetisi yang melibatkan 32 dusun di Kecamatan Dukun. Volley di lingkungan kecamatan ini merupakan salah satu olahraga populer. Hampir setiap dusun mempunyai klub volley namun turnamen yang mempertemukan antar klub tidak berlangsung berlangsung. Setiap kali diadakan turnamen, klub peserta yang merupakan perwakilan dusun mendatangkan pemain profesional sebagai pemicu pemain lokal untuk berprestasi. Turnamen juga mampu mendatangkan ribuan penonton dari dusun–dusun di sekitarnya.
Selain  sebagai sarana mengasah bakat pemain-pemain volley di dusun-dusun, turnamen ini merupakan salah satu bentuk penggalangan sumber daya untuk kesuksesan Festival Tlatah Bocah.
FESTIVAL SENI TRADISI
4. Merti Jiwo
Pelaksana : Panitia Tlatah Bocah VI
Peserta : Simpatisan terbatas (pendaftaran)
Publik : Masyarakat dusun setempat (gratis)
Hari – Tanggal : Sabtu, 9 Juni – Minggu, 10 Juni 2012
Lokasi : Dusun Gligir Pasang, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang,
  Kabupaten Klaten
Merti Jiwo berarti bersih diri mengembalikan pada fitrah nurani. Tlatah Bocah memaknainya untuk pembukaan festival dengan ritual untuk menyatukan persepsi para penggiatnya. Agenda yang dilakukan berupa karawitan untuk kontemplasi dilanjutkan doa antar iman di Gligir Pasang dan diteruskan perjalanan hening beberapa jam menuju sebuah situs di Merapi untuk eksplorasi gerak (tari) di lokasi yang jauh dari keramaian untuk memahami kehidupan. 
Gligir Pasang merupakan sebuah dusun di lereng Merapi pada ketinggian +- 1250 meter dari permukaan laut yang dipisahkan oleh jurang dari dusun tetangga dan hanya ditinggali oleh 10 Keluarga (32 jiwa). Merti Jiwo selalu dilakukan di salah satu dusun paling Merapi yang paling atas dimana identik dengan keheningan. Pada tahun 2010 laku ini dilaksanakan di dusun Stabelan (Kabupaten Boyolali), 2009 di dusun Ngandong (Kabupaten Magelang).
5. Laku Lampah
Pelaksana : Komunitas Nglinggo Muda
Peserta : Komunitas / Simpatisan
Publik : Penonton (gratis)
Hari – Tanggal : Sabtu, 23 Juni – Minggu, 24 Juni 2012
Lokasi : Dusun Nglinggo, Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, 
  Kabupaten Kulonprogo
Laku Lampah mengandung arti proses spiritual dengan melakukan perjalanan ke tempat lain. Agenda berupa anjangsana komunitas–komunitas Merapi ke wilayah lain untuk mendukung keberlangsungan komunitas setempat serta mengkampanyekan hak anak dengan menyajikan pertunjukan beberapa kesenian lokal / mini festival menyikapi berdirinya komunitas-komunitas anak di luar Merapi yang tergabung dalam jejaring Tlatah Bocah.
Pada tahun 2011 Laku Lampah dilakukan di huntara Jumoyo (Kabupaten Magelang) untuk masyarakat pengungsi lahar hujan, huntara Cangkringan (Kabupaten Sleman) yang menghuni lingkungan ini dikarenakan awan panas dan juga di Deles sebuah dusun di pinggiran Merapi wilayah Kabupaten Klaten yang diapit Sungai Gendol dan Sungai Woro. Pemilihan 3 tempat ini untuk memberikan dukungan psikologis masyarakat setempat atas dampak erupsi Merapi di tahun 2010.
6. Srawung Gunung
Pelaksana : Bangun Budaya
Peserta : Individu / kelompok (pendaftaran)
Hari – Tanggal : Sabtu, 23 Juni – Minggu, 8 Juli 2012
Lokasi : Dusun Sumber, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang
Srawung Gunung berarti berinteraksi ala gunung. Sebuah program pembelajaran tentang kehidupan dengan mengajak anak–anak dari luar Merapi berkolaborasi dengan anak–anak setempat. Kegiatan yang dijalankan berupa pembelajaran tentang seni dan lingkungan untuk menyikapi isu–isu berkaitan dengan dunia anak yang difasilitasi oleh anak setempat. Semenjak dua tahun lalu, Srawung Gunung telah diikuti anak–anak dari Sulawesi, Padang Pariaman, Jakarta, Salatiga, Jogja, dan beberapa daerah lain, bahkan juga melibatkan Australia.
7. Lokakarya Seni
Pelaksana : Panitia Tlatah Bocah VI
Peserta : Individu / Kelompok (pendaftaran)
Hari – Tanggal : Sabtu, 1 Juli – Jumat, 6 Juli 2012
Lokasi : Dusun Gejiwan, Desa Dukun, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang
Anak–anak selalu dituntut belajar ilmu–ilmu eksak (Matematika, Fisika, Kimia) namun kurang dikenalkan dengan pendidikan humaniora maupun seni yang berhubungan langsung dengan kehidupan bermasyarakat. Lokakarya seni merupakan sebuah program pendidikan seni untuk menggali nilai kepedulian, solidaritas, dan keberagaman melalui karya instalasi yang dihasilkan untuk mendukung kemeriahan hajat seni.
8. Hajat Seni
Pelaksana : Singo Mudo Bangun Jiwo
Peserta : Komunitas
Publik : Penonton (gratis)
Hari – Tanggal : Sabtu, 7 Juli – Minggu, 8 Juli 2012
Lokasi : Dusun Gejiwan, Desa Dukun, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang
Hajat seni merupakan sebuah perayaan kesenian tradisi untuk mengkampanyekan secara bersama tentang hak anak (hak hidup, tumbuh kembang, pendidikan, partisipasi). Puluhan komunitas yang terlibat dalam kampanye ini terdiri dari komunitas anak lereng Merapi, Sumbing, dan perbukitan Menoreh serta beberapa daerah lain di Jawa (Jakarta, Surabaya, Grobogan, Salatiga, Surakarta, Kulonprogo, dan Jogja). 
Pada tahun 2012 ini Hajat Seni dilaksanakan selama dua hari dua malam dengan mengagendakan: karnaval, sarasehan, orasi, pentas seni tradisi, pameran karya komunitas luar daerah, dan pasar rakyat. Komunitas luar daerah selain yang disebut di atas tertarik pula terlibat dalam pelaksanaan hajat seni ini.
9. Larung Sukerta
Pelaksana : Panitia Tlatah Bocah VI
Peserta : Komunitas
Publik : Penonton (gratis)
Hari – Tanggal : Sabtu, 14 Juli – Minggu, 15 Juni 2012
Lokasi : Sendang Widodari, Desa Ampel, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali
Larung Sukerta merupakan suatu tradisi menghilangkan unsur negatif dalam kehidupan disimbolkan dengan melepas benda sebagai gambaran unsur tersebut. Prosesi ini biasanya dilakukan di sungai, sendang, maupun laut yang bersifat mengalir. Selain itu, larung juga menggambarkan kehidupan baru dengan berpikir positif atas segala yang terjadi.
Pada tahun 2011 dilaksanakan di Trisik (Muara Sungai Progo – Kabupaten Kulonprogo), serta 2010 di Wonolelo (pertemuan sungai Pabelan dan Apu – Kabupaten Magelang).