Tepian Kota Magelang


TepiMagelang3

Wilayah Magelang secara administrasi terbagi atas wilayah Kabupaten Magelang dan Kota Magelang. Semenjak pemekaran kota Magelang menjadi daerah pemerintahan tersendiri, sebagaian besar kantor dinas maupn badan yang berada di bawah kepemerinatahan Kabupaten Magelang berpindah ke ibukota di Kota Mungkid. Namun demikian hingga saat ini, masih ada beberapa kantor dinas kabupaten yang belum pindah dari Kota Magelang.

Dibandingkan kepemerintahan tingkat kota di tempat lain, Kota Magelang termasuk kota yang memiliki wilayah pemerintahan sangat terbatas (kurang lebih 18 km2). Bersama dengan Kota Salatiga, Kota Magelang menjadi wilayah kepemerintahan dengan daerah yang paling sempit di Jawa Tengah, bahkan mungkin di Indonesia. Namun bukan yang kecil mesti selalu kemudian menjadi kerdil dan tidak maju, semua sangat tergantung pengelola pemerintahan dan dukungan rakyat untuk bersama-sama membangun serta memajukan kehidupannya.

Secara fisik Magelang memang sebuah kota, namun secara sosio kultural daerah ini masih merupakan wilayah transisional dari corak masyarakat sub urban pedesaan menjadi masyarakat perkotaan. Dibilang kota tapi ndeso, dibilang ndeso tapi kota. Mungkin ungkapan ini sangat tepat untuk menggambarkan kehidupan di kota penghasil gethuk trio yang tenar ini. Sisi kendesoan kota Magelang dapat secara lebih cermat kita temukan dan rasakan secara kentara di beberapa wilayah pinggiran kota Magelang. Bahkan Kota Magelang masih memiliki beberapa jengkal lahan pertanian berupa tanah persawahan yang ijo royo-royo oleh tanaman padi yang tengah nglilir diterpa semilir angin dari pucuk-pucuk pinus di puncak Tidar.

TepianMagelang2Wilayah persawahan di Kota Magelang yang paling luas terletak di sisi timur pinggiran kota. Wilayah sisi dalam di lingkar jalan bypass Soekarno-Hatta masih bisa dijumpai suasana daerah pertanian. Dengan dukungan infrastruktur irigasi pengairan yang memadai, potensi pertanian ini sebenarnya bisa dikembangkan lebih produktif selain hanya untuk persawahan tanaman padi. Dengan jaminan pengairan yang mencukupi sepanjang tahun, padi memang bisa ditanam tiga musim berturut-turut. Namun penanaman padi secara terus-menerus sepanjang tahun jelas bukan sebuah langkah bijaksana untuk memelihara dan mempertahankan tingkat kesuburan tanah.

Kelimpahan air yang tersalur melalui jaringan irigasi selokan sebenarnya bisa juga dimanfaatkan untuk membuat kawasan kolam perikanan yang potensial. Di samping untuk pengembangan pembibitan dan pembesaran ikan konsumsi ataupun jenis ikan hias, kawasan perkolaman juga bisa ditata dan dipadukan menjadi kawasan wisata alam. Kenapa wisata alam?

Modernitas jaman globalisasi saat ini justru telah mengantarkan manusia merasakan keterasingan kehidupan. Manusia terjebak dalam rutinitas kesibukan sehari-hari untuk mengejar kebutuhan ekonomi keluarga dan ada juga yang sekedar mengejar jenjang tangga karir. Eksistensi diri manusia kemudian sekedar diukur dari pencapaian pangkat, jabatan dan kedudukan yang kemudian mengerucut menjadi kekayaan atau kepemilikan harta benda. Manusia kemudian merasakan adanya kegersangangan di dalam jiwanya. Hal inilah yang mendorong manusia medern kemudian ingin kembali lagi dekat dengan alam, back to nature.

TepiMagelang4Alam adalah anugerah ciptaan Tuhan. Sebagai sebuah keniscayaan yang fitrah, kedekatan terhadap alam dipandang dapat mengembalikan kedekatan manusia kepada fitrah hidupnya, kepada Tuhan Seru Sekalian Alam. Maka jangan heran jika jenis-jenis hiburan yang dikemas dalam paket wisata sekarang ini banyak mengemas eksotika keindahan dan kesegaran alam, wisata alam!

Seiring dengan tekad Pemerintah Kota Magelang untuk mewujudkan Magelang sebagai Kota Sejuta Bunga di masa mendatang, kawasan persawahan di pinggiran kota yang masih tersisa seharusnya dapat dioptimalkan untuk mendukung program tersebut. Pola pengusahaan pertanian yang hanya didominasi dengan tanaman padi tentu kurang memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat. Kenapa kemudian justru tidak dikembangkan sentra produksi tanaman hias dan bunga?

Perpaduan pengembangan kolam perikanan dengan sentra produksi tanaman hias tentu akan menjadikan kesejukan, kesegaran, dan kenyamanan kota yang akan semakin asri. Selain untuk produksi benih maupun pembesaran ikan, keberadaan kolam ikan dapat dikembangkan menjadi tempat pemancingan yang dipadu dengan kawasan kuliner yang menjajakan citarasa masakan aneka ikan yang dihasilkan kolam setempat. Ikan merupakan sumber protein yang merupakan menu sehat. Citarasa masakan sehat yang lezat, ditambah dengan pemandangan segar dari tananam hias yang tengah mekar dengan warna-warni kembangnya tentu akan menyegarkan pikiran, jiwa dan raga manusia.

TepiMagelang5 TepiMagelang1

Melengkapi kawasan tanaman hias dan perkolaman, daerah persawahan dan lereng kawasan sungai dapat dikembangkan lebih lanjut dengan sarana untuk wisata outbond. Aneka permainan tradisional, seperti jet-jetan, jilungpet atau petak umpet, eggrang hingga tarik tambang dapat diperkenalkan kepada anak-anak yang berkunjung. Aneka aktivitas berbau ndesopun, mulai angon kebo, angon bebek, ataupun ngguyang kebo, ngluku dan nggaru atau membajak sawah, tandur pari, matun, hingga memanen padi dapat menjadi sarana pengenalan alam bagi anak kota yang sudah sangat jarang main tanah. Di samping sarana outbond bernuansa tradisional, sarana kegiatan outbond yang lebih modernpun dapat dibangun. Arena untuk flying fox, motor ATV, sepeda gembira, hingga arena permainan air softgun tentu akan sangat menantang.

Dengan konsep yang matang dan didukung dengan strategi promosi yang baik, bukan tidak mungkin ide-ide di atas dapat menjadi program unggulan yang dapat mendukung pengembangan kepariwisataan di Kota Magelang. Magelang sebagai sebuah wilayah kepemerintahan yang “super mini” memang sudah selayaknya lebih memfokuskan diri kepada pengembangan sarana dan prasana pelayanan serta penyediaan jasa sebagaimana konsep Magelang sebagai Kota Jasa yang utama. Harapan besarnya tentu saja pertumbuhan ekonomi yang tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara lebih luas. Bagaimana menurut Sampeyan?

Ngisor Blimbing, 6 Februari 2013