Pagi itu sekitar awal bulan Mei 2012. Selepas melakukan ritual mubeng kampung alias jelajah jalan pagi di kiwo lan tengen-nya nDalem Peniten, tibalah kami di prapatan Tuguran. Atas rujukan si Ponang, saya mampir di kios koran yang setia menjajakan koran pagi, lengkap dengan sajian menu berita hangatnya. Sebagai orang yang awam dengan kabar warta Magelang dan sekitarnya, maka saya sekedar mencari Radar Magelang.

Namun apa yang terjadi kemudian? Pada saat saya menyampaikan ingin membeli korang Radar Magelang, si Bapak Loper koran malah menjawab, “Radar sudah nggak terbit lagi Mas! Ekspress saja ya, isinya kan hampir sama!” Akhirnya saya menerima koran lain yang sebenarnya tidak niat untuk membelinya. Hanya saja hati ini spontan menjadi ngganjel dengan penuh tanda tanya. Benarkah RAMA tidak terbit lagi? Ataukah hanya untuk satu dua hari memang sengaja jeda? Apa yang telah terjadi? Muncul belasan pertanyaan yang tidak mendapatkan jawaban.

Rasa penasaran itu tidak serta merta dapat segera pupus dari ingatan. Tatkala berkumpul dengan Bala Tidar pada saat pelaksanaan Seminar Pendidikan “Pusaka di Balik Pustaka”, saya lontarkan pertanyaan perihal tidak terbitnya Radar Magelang. Ketika saya tanya sedulur tersebut, “Apakah Radar Magelang berhenti terbit?” Sedulur Bala Tidar tersebut dengan sangat yakin menjawab, “Nggak Mas, masih tetap terbit kok!” Saya malah kemudian menjadi bingung bin ragu! Tapi yang jelas saya tidak yakin dan begitu percaya saja kepada sedulur Bala Tidar tersebut. Dalam hal ini pertimbangan saya lebih mempercayai si Bapak Loper Koran. Bagaimanapun ia yang lebih paham kondisi lapangan, tidak mungkin ia memberikan keterangan hanya sekedar iseng, nggarapi, bahkan membohongi saya. Sementara saya berkesimpulan Radar Magelang memang berhenti terbit.

Kesimpulan sementara tersebut tidak hanya semata-mata saya pegang berdasarkan keraguan saya terhadap keterangan sedulur Bala Tidar yang saya tanya, namun saya menjadi ingat dengan salah satu postingan di group facebook-nya Radar Magelang (sekitar akhir Maret 2012) yang memampang foto dengan keterangan “kebersamaan terakhir”. Pertama kali melihat postingan foto tersebut, saya hanya mengira ada salah satu karyawan atau wartawan yang mengundurkan diri atau dipindahtugaskan, sehingga foto tersebut merupakan gambar perpisahan. Akan tetapi ketika menerima kabar tentang Radar Magelang tidak terbit, saya jadi kepikiran lain meskipun hanya sebatas pertanyaan-pertanyaan. Kenapa ya?

Dalam kesempatan yang tidak berselang lama, saya berkesempatan lewat di depan kantor redaksi Radar Magelang di bilangan Ruko New Armada. Lirak-lirik kanan-kiri, atas-bawah,…….welha, ha kok tidak ada lagi papan nama dengan logo stupa hijau itu. Bahkan ruang kantor juga kelihatan tutup, bahkan sungup. Tidak ada lagi tanda-tanda nafas aktivitas seperti sebelumnya yang pernah saya saksikan. Akhirnya dari situ saya mengambil kesimpulan sementara bahwa memang Radar Magelang tidak terbit.

Hanya saja saya tetap belum yakin seratus persen. Kalaupun berhenti terbit, saya masih tetap berpikiran positif “mungkin” hanya untuk sementara waktu. Atau jangan-jangan malah Radar Magelang pindah lokasi ke kantor lain yang lebih representative dan strategis. Namun masak iya sich nggak ada sekedar pengumuman ditempel pindah kemana, ataupun misalkan berhenti terbit ya ada woro-woro yang dipampang di group facebook. Akhirnya, saya masih tetap belum yakin!

Anehnya setelah awal Mei hingga kini, sayapun tidak mendapatkan kesempatan untuk berkomunikasi dengan para punggawa Radar Magelang, apakah Mas Hakim ataupun Mas Ian yang lebih sering berada di Jakarta. Akhirnya pertanyaan-pertanyaan itu belum mendapatkan jawaban yang tuntas.

Ngisor Blimbing, 7 Juli 2012