Museum Sudirman Magelang


Museum SudirmanMagelang dari jaman ke jaman sudah tuoerkenal bin kondang kaloka dengan kesejukannya. Pertemuan angin gunung dari empat penjuru lima mata angin meliputi Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh yang dipadu dengan angin lembah Tidar inilah yang membawa hadirnya potongan surga di pusarnya Tanah Jawa. Tidak mengheran jika Rafles taupun Gubernur Jenderal penerusnya menjuluki Magelang sebagai Tuin di Java, Tamannya Tanah Jawa.

Di samping hawa udara yang sejuk sepanjang hari, panorama dan bentang alam datarang tinggi yang diapit Kali Progo di sisi barat dan Kali Elo di sebelah timur semakin menambah eksotika Magelang tercinta. Maka kondisi laksana surga ini membuat pemerintah Kolonial Belanda menjadikan Magelang sebagai pusat beberapa aktivitas vital, mulai dari pusat pemukiman, pendidikan, ekonomi, dan sarana penunjang kesehatan. 

Hal-hal tersebut di atas masih tersisa bahkan terus lestari hingga masa kini. Lihat saja pengembangan Magelang sebagai pusat militer umpanya. Keberadaan tangsi-tangsi militer eks Belanda yang masih tetap difungsikan. Ada kompleks Rindam, Secaba, Kodim, bahkan Akademi Militer tepat di bawah Gunung Tidar. Ada pula kompleks rumah sakit tentara yang kini juga diperuntukkan untuk perawatan masyarakat umum.

Berkaitan dengan Magelang dan RST, hawa Magelang yang tenang dan sejuk menjadi pilihan tempat perawatan berbagai orang yang sedang sakit. Bahkan seiring dengan redanya revolusi fisik Perang Kemerdekaan, Panglima Besar Sudirman yang menderita penyakit komplikasi paru-paru kemudian dirawat di salah satu rumah sakit yang ada di Magelang. Harapannya tentu saja, dengan ketenangan sekitar, dengan kesejukan hawa udara, dan juga dengan indahnya pemandangan sepanjang mata memadang, si sakit dapat menjalani perawatan dan peristirahatan dengan sebaik-baiknya, sehingga kesembuhan bisa segera terwujud.

Museum Sudirman1 Museum Sudirman2

Kita semua tahu fakta sejarah betapa gigih dan amanahnya Pak Dirman dalam memimpin perang gerilya melawan pasukan Belanda yang ingin berkuasa kembali di tanah air. Tak segan-segan, bahkan dalam kondisi sakit berat beliau sampai kemana-mana ditandu dengan kursi kayu yang dipikul oleh beberapa prajurit anak buahnya. Sungguh ia adalah sosok pahlawan yang sangat luar biasa jasa perjuangannya dalam penegakan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Takdir memang telah mencatatkan sejarah nyatanya. Dikarenakan komplikasi penyakit yang sudah sangat parah, Jenderal Sudirman tak mampu lagi bertahan. Beliau akhirnya mangkat meninggalkan alam fana dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta.

Meskipun dimakamkan di Yogyakarta, guratan sejarah yang menjadi saksi abadi perjalanan akhir jenderal pertama di republik ini tidak bisa dilepaskan dari Magelang. Alasan inilah yang menjadi latar belakang keberadaan Museum Sudirman di Magelang.

Museum Sudirman3Meseum Sudirman menempati sebuah rumah tua berarsitektur Belanda di Jalan Ade Irma Suryani, tepatnya di samping Taman Badaan, Magelang Utara. Meskipun terkadang museum tidak terbuka sepanjang hari dan nampak sepi, akan tetapi di dalam museum tersimpan beberapa koleksi barang-barang pribadi maupun kelengkapan dinas kemiliteran Jenderal Sudirman. Nampak di dinding ruang utama tampak papan berbingkai kaca yang memahatkan tulisan mengenai silsilah keluarga besar sang jenderal.

Di ruang sisi kiri, tertata dengan anggun seperangkat meja kursi yang dulunya biasa dipergunakan untuk menjamu tamu maupun untuk duduk santai berkumpul dengan kerabat-keluarga. Di ruang yang lain, dipajang pula kursi tandu yang dulu dipergunakan untuk menggotong Jenderal Sudirman pada saat memimpin perang gerilya di tengah hutan dan kampung-kampung terpencil. Meskipun tidak sebegitu luas dan lengkap koleksinya, kehadiran Museum Sudirman tetap menjadi aset sejarah yang sangat penting dalam rangka memberikan pembelajaran semangat nasionalisme dan patriotisme kepada generasi muda yang akan menghadapi tantangan jaman yang semakin tidak ringan.

Ngisor Blimbing, 24 Februari 2015