Monumen Bambu Runcing Muntilan


Bambu Runcing1Bangunan di tapal batas kota Muntilan itu memang unik, bahkan sangat khas. Bukan rumah ataupun menara, tetapi bangunan yang saya maksudkan berupa sebuah bangunan monumen. Anda semua tentu pernah melintas dan melihat Monumen Bambu Runcing bukan? Monumen ini merupakan monumen peringatan perjuangan yang sangat gigih dari para pejuang di sekitar Kota Muntilan dalam perlawanan terhadap bangsa kolonial Belanda maupun Jepang.

Muntilan memang kota perjuangan. Pada masa pecahnya Perang Diponegoro. Muntilan menjadi salah satu daerah penyangga pada saat gerak pasukan Diponegoro semakin terdesak ke arah perbukitan Menoreh di sisi barat Kali Progo. Di masa revolusi kemerdekaan, Muntilan-Magelang merupakan jalur penghubung yang sangat penting antara Kota Jogja dan Semarang. Di samping itu Magelang menjadi titik penting sebagai pusat pendidikan kemiliteran Belanda kala itu. Maka untuk mengenang jiwa patriotisme perjuangan yang heroik oleh masyarakat Muntilan dan sekitarnya serta untuk menanamkan spirit kejuangan kepada generasi muda, dibangunlah Monumen Bambu Runcing yang berlokasi di ujung Jalan Pemuda sisi utara Kota Muntilan.

Bambu Runcing3 Bambu Runcing2

Dalam khasanah pelajaran sejarah nasional di bangku-bangku sekolah, tidak jarang para guru sejarah membeber kisah perjuangan para pendahulu melawan penjajahan bangsa asing. Perjuangan tradisional dilakukan dengan mengangkat senjata alias melakukan perlawanan fisik. Berbagai perlawanan dalam bentuk peperangan terjadi di berbagai penjuru tanah air. Banyak fakta sejarah yang menyatakan bahwa persenjataan antara bangsa pribumi dan penjajah sangat tidak berimbang. Bangsa penjajah telah diperlengkapi dengan persenjataan yang serba canggih dan lebih modern. Ada senapan api, pistol, juga meriam. Sedangkan pejuang-pejuang kita masih mengandalkan senjata tradisional, seperti pedang, keris, panah, bahkan bambu runcing.

Bambu runcing tentu saja senjata yang sangat sederhana. Dibandingkan dengan tombak atau keris, bambu runcing benar-benar sekedar mempergunakan kemurahan alam dalam wujud beberapa ruas bambu yang salah satu ujungkan diruncingkan sehingga memiliki ketajaman untuk dihunjamkan ke tubuh lawan. Tidak ada unsur logam sebagaimana batang pedang, keris ataupun mata tombak. Nenek moyang kita bahkan mengistilahkan bambu runcing sebagai sekedar tumbak cucukan, tombak bambu yang diruncingkan tanpa memiliki mata tombak yang biasanya terbuat dari logam.

Bambu Runcing6 Bambu Runcing7

Berbeda dengan senjata api yang memiliki jangkauan bidik jarak jauh, bambu runcing hanya dapat menjangkau musuh yang berada pada jarak beberapa ruas batang bambu. Mungkin hanya sekitar 2-3 meter. Dengan demikian bambu runcing merupakan senjata yang hanya bisa diandalkan untuk pertempuran jarak dekat ataupun perang tanding. Hal ini tentu sangat berbeda dengan perlengkapan senjata api bangsa penjajah yang sudah memiliki jangkauan puluhan bahkan ratusan meter. Dalam kriteria inilah bambu runcing jelas kalah juah kecanggihannya dibandingkan senjata api, bahkan dengan senjata panah sekalipun.

Namun begitu, bambu runcing konon merupakan senjata yang sangat atau bahkan ditakuti oleh bangsa penjajah. Menurut pak guru yang dulu mengajar sejarah di bangku sekolah dasar, konon para serdadu penjajah paling ngeri, takut, bahkan miris jika sampai perut mereka ditusuk, diudhel-udhel perutnya dengan ujung bambu runcing. Setajam-tajamnya ujung welat bambu runcing tentu tidak setajam mata pedang dan ujung tombak logam. Justru hal inilah yang mengerikan. Betapa luka yang disebabkan tusukan atau robekan bambu runcing akan sangat terasa perih nan pedih. Jangankan langsung menimbulkan luka dalam yang dapat langsung mengantarkan dewa maut, luka akibat bambu runcing malah akan sangat menyiksa sehingga siksaan rasa sakitnya harus dirasakan dalam kurun waktu yang lebih panjang. Apalagi jika dibandingkan dengan bidikan senjata api yang bisa langsung membuat thek-sek orang yang terlukai, bayangkan jika sampai perut tertusuk kemudian usus-usus dan segala isinya terburai keluar. Hmm…. sungguh sangat menakutkan bukan?

Bambu Runcing5 Bambu Runcing4

Di samping kengerian akibat ketajaman welat bambu runcing, konon banyak juga bambu runcing yang dipergunakan para pejuang di jaman perlawanan terhadap penjajah pada masa lalu tersebut telah diwisiki doa dan mantra dari para Mbah Kiai yang meniupkan pengaji-aji supermistik. Kita mungkin pernah mendengar kisah mengenai berkah Mbah Kiai Parakan dari Temanggung yang sekedar meniup atau meludahi ujung bambu runcing, maka barangsiapa hanya sekedar melangkahi ruas bambu runcing, maka seketika orang tersebut akan menemui ajal, mampus alias sirna marga layu. Bambu runcing dari Parakan sangat terkenal pada masa perlawanan terhadap tentara Dai Nipon.

Bangunan utama Monumen Bambu Runcing berupa perwujudan bambu runcing raksasa yang berdiri tegak menjulang tinggi dan terbuat dari cor-coran beton bertulang. Tinggi monumen tidak kurang dari 15 meter, sehingga keberadaan monumen tersebut sudah bisa dilihat dari kejauhan. Batang beton bambu runcing tersebut ditopang dengan landasan bangunan gedung berbentuk segi delapan sama sisi. Pada sisi luar dinding gedung ini terpahat berbagai relief yang mengisahkan perjuangan berbagai laskar perjuangan pada masa perjuangan fisik merebut dan mempertahankan kemerdekaan republik ini.

Bambu Runcing8 Bambu Runcing9

Area Monumen Bambu Runcing kini telah dikembangkan menjadi area taman kota yang sejuk dan rindang. Berbagai pepohonan yang tumbuh subur menghijau menjadikan suasana di taman ini semakin indah dan asri. Di samping itu, beberapa wahana permainan anak-anak menjadi pelengkap keberadaan taman monumen yang kini sering menjadi tempat bermain dan tongkrongan para remaja. Ada ayun-ayunan, jungkat-jungkit, plosodan, miniatur sepeda kuno, juga patung-patung beberapa jenis binatang. Pada hari Minggu maupun hari-hari liburan sekolah, Taman Monumen Bambu Runcing senantiasa dipadati para orang tua yang ngangon dan ngemong bocah-bocahnya.

Di samping menanamkan nilai sejarah dengan mengunjungi dan mengamati monumen, anak-anak juga terhibur dengan aneka pilihan wahana permainan yang mengasyikkan. Bahkan di sisi tepian Jalan Pemuda, di samping difungsikan sebagai area parkir juga dilengkapi dengan deretan warung tenda yang menjajakan berbagai sajian yang menggugah selera khas Kota Muntilan. Ada bakso, mie ayam, soto ayam, kupat tahu, gorengan, juga aneka minuman jus, teh kotak, dan lain sebagainya. Belum pernah mampir dan menikmati suasana Monumen Bambu Runcing Muntilan? Sekali-kali cobalah untuk merasakan sensasinya.

Ngisor Blimbing, 11 Juni 2014