Mesin Uap Kue Putu


Putu dengan puthu bagi orang Jawa jelas berbeda. Puthu diucapkan lebih tebal pada huruf “th”. Putu memiliki arti cucu, sedangkan puthu merupakan sejenis kue tradisional yang terbuat dari tepung beras ketan dan parutan kelapa. Selain berbeda dalam hal pengucapan, puthu jelas memiliki cita rasa yang sangat istimewa. Namun dalam tulisan ini selanjutnya kue puthu ditulis sebagai kue putu.KuePutu1

Jika di sore hari ataupun bahkan di keremangan malam terdengar lengkingan panjang suara bak peluit kereta uap, pasti yang terdengar tersebut jelas bukan suara cerobong kereta uap yang tengah melaju. Kereta uap sudah lama masuk museum, digantikan oleh kereta diesel maupun listrik. Tak salah lagi, mesin uap manalagi yang masih eksis keliling antar gang dan kampung, baik dengan dipikul ataupun nylengkrak di boncengan sepeda, itulah mesin uap pembuat kue putu.

Pembuatan kue putu termasuk aplikasi mesin uap yang paling sederhana. Dalam skala yang besar tekanan uap air yang dihasilkan dari proses pendidihan dulunya digunakan untuk menggerakkan mesin pada lokomotif kereta api. Di lingkungan industri, tekanan sangat tinggi dari uap air bahkan digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang dikopel dengan generator untuk membangkitkan listrik. Sangat sulit dilacak mana yang lebih duluan keberadaan antara mesin pembuat kue putu dengan mesin uap yang pada awalnya ditemukan oleh James Watt itu. Namun satu yang pasti, hingga hari ini mesin pembuat kue putu masih tetap eksis melayani para penggemarnya hingga di sudut gang dan kampung-kampung.

Air dalam sebuah ketel atau bejana tertutup yang dipanasi akan mengalami kenaikan temperatur. Jika pemanasan terus dilakukan hingga melampaui titik didih air, maka air akan mendidih dan berubah wujud dari fase cair menjadi fase uap atau gas. Uap air dalam ruang tertutup memiliki tekanan yang sangat tinggi. Jika uap tersebut dialirkan melalui pipa atau rongga sempit, maka gesekan yang terjadi antara uap dengan permukaan dinding dalam pipa akan menimbulkan suara bernada tinggi yang kita dengar sebagai lengkingan.

KuePutu2Proses pembuatan kue putu sebenarnya sangat sederhana dan tidak memakan waktu yang lama. Tepung beras setengah basah dimasukkan dalam cetakan berbentuk tabung yang terbuat dari bambu bulat. Di tengah adonan tepung beras dimasukkan irisan gula jawa yang akan membentuk sumbu pemanis kue putu. Adonan yang sudah dimasukkan dalam cetakan tabung bambu selanjutnya dipasang pada suatu lubang yang terhubung langsung ke ketel uap. Melalui pori adonan kue inilah tekanan uap yang tinggi akan lewat sambil memindahkan panas atau kalor ke adonan kue yang dilewati. Maka beberapa saat kemudian, kue putu akan matang dan menebarkan bau harum pandan wangi yang khas. Hmmmm……suedep lho!

Setelah dirasa tepung sudah matang, maka cetakan tabung bambu yang di dalamnya terdapat kue putu yang sudah matang itupun dicabut dari dudukannya. Dengan lidi congkelan, dikeluarkanlah kue putu dari dalam tabung bambu. Kue tersebut selanjutnya diletakkan di atas helaian daun pisang yang hijau bersih. Melengkapi sajian kue putu, di atasnya ditaburi parutan kelapa yang akan menambah rasa gurih. Perpaduan antara manisnya gula jawa dan gurihnya parutan kelapa merupakan sensasi rasa tersendiri yang akan menggoyang lidah kita. Inilah istimewanya kue tradisional yang dibuat dengan mesin uap sederhana ini.

Kue putu sangat cocok disantap ketika masih hangat. Kue ini sangat sesuai untuk menemani minum teh ataupun kopi di sore atau malam hari. Terlebih jika suasana sedikit dingin oleh hujan gerimis, kehadiran kue putu dapat menjadi penghangat badan yang sangat ngangeni. Meskipun tidak mengenyangkan, kue putu dapat menggugah inspirasi dan semangat para bocah untuk tetap ceria menikmati permainan dan dolanannya. Kue putu memiliki seribu satu arti bagi setiap orang yang pernah merasakannya.

Kue putu adalah perlambang keterpinggiran nasib wong cilik. Kue putu biasa dijajakan oleh bapak-bapak tua renta yang dengan setia telah menjalani profesinya selama bertahun-tahun. Dari hari ke hari, ditelusurinya gang-gang kecil di setiap kampung untuk melayani para pelanggan setianya yang kebanyakan terdiri atas anak-anak balita, para remaja, hingga orang dewasa. Meskipun terkesan remeh temeh dan tidak keren, bahkan mungkin sangat ndeso, kue putu telah banyak berjasa menopang banyak rumah tangga yang hidup sederhana, bahkan seringkali pas-pasan. Kesederhanaan dalam melayani ataupun mengemas kue putu menjadi sebuah ketakjuban tersendiri manakala semuanya digerakkan sepenuh hati dan jiwa. Pancaran ketulusan inilah yang menjadikan interaksi antara tukang putu dengan para pelanggan setianya menimbulkan keceriaan tersendiri dan menjadi pelezat yang melebihi keampuhan bumbu modern manapun.

Jika lengkingan kereta uap sudah punah dari jalur-jalur kereta api kita, maka kita masih dapat bernostalgia mendengarkan lengkingan peluit uap dan cerobong kereta dengan mesin uap pembuat kue putu. Akankah mesin sederhana tersebut nantinya akan tergantikan dengan mesin yang lebih modern? Akankah ada regenerasi tukang putu yang akan senantiasa melanjutkan keunikan proses pembuatan kue tradisional tersebut? Ah, semoga saja kelak hingga generasi anak cucu kita di masa depan masih akan bisa menjumpai suara lengkingan uap di tengah keremangan malam dari mesin kue putu itu.

Ngisor Blimbing, 10 Maret 2013