Gambaran umum Magelang berasal dari kata maha dan gelang. Maha berarti besar atau agung, gelang seperti yang anda maknai sebagai perhiasan berbentuk lingkaran yang biasanya dipasang di pergelangan tangan atau pergelangan kaki. Sekiranya nama Magelang memang cocok, pasalnya wilayah dataran Magelang memang dikelilingi gunung-gunung dan wilayah perbukitan. Sebagian sesepuh ada yang menyebut papat keblat lima pancer sebagai rangkaian melingkar empat gunung utama (Sumbing, Telomoyo, Merbabu, Merapi) dan satu perbukitan Menoreh.

Di tengah-tengah sirkum papat keblat lima pancer terdapat sebuah bukit sakral Tidar. Dari cerita yang beredar di masyarakat, Gunung Tidar adalah pusering tanah Jawa karena terletak di tengah-tengah pulau Jawa. Sisi lain ada yang menyebut Gunung Tidar sebagai pakuning tanah Jawa. Cerita lain yang membuat Gunung Tidar terkesan angker berasal dari kisah sastra dunia persilatan Nagasasra Sabuk Inten karya S.H. Mintardja dimana Gunung Tidar merupakan markas Simalodra.

Di atas Gunung Tidar terdapat tiga makam yang disakralkan yaitu Kiai Sepanjang, Kiai Subakir dan makam Eyang Ismoyo. Jangan pernah membayangkan di masa hidupnya Kiai Sepanjang ini merupakan alim-ulama di Tlatah Tidar sehingga kini seringkali orang berbondong-bondong ziarah ke makam ini. Kiai Sepanjang tidak pernah mengalami namanya hidup seperti layaknya manusia, sebab meski bergelar Kiai tapi Sepanjang adalah benda pusaka berupa tombak yang menurut juru kunci, panjangnya hampir tiga meter.

Sebegitu ampuh Gunung Tidar ini sehingga banyak tempat ataupun nama lokal di Magelang mencantumkan nama Tidar semisal rumah sakit, spot radio, hotel, terminal, farmasi apotek, dan tentu saja Pendekar Tidar. Tidar menjadi salah satu ikon identitas Magelang selain AKMIL, Panca Arga, Ketep Pass, Borobudur.

Gambar adalah hasil keptur googlemaps yang telah diedit.