Candimulyo adalah tempat dimana aku dibesarkan. Aku tinggal di Lereng Merbabu ini hampir di seluruh usia mudaku. Orangtuaku sebelum menempati tempat yang menjadi persinggahanku di Dusun Barisan tinggal di Dusun Sudimoro, sebuah dusun yang agak jauh dari jalan utama Candimulyo tetapi sangat potensial karena di Sudimoro terdapat Sendang Kanoman, Sendang Kanoman merupakan sumber air melimpah yang sekarang menjadi sumber suplay air bersih bagi sebagian besar wilayah kota Magelang.
Walau aku tak pernah merasakan tinggal di rumah orangtuaku yang di Sudimoro tetapi aku sangat paham dengan seluk beluk dusun ini, aku sering bermain bersama teman-temanku ketika aku masih SD ke kanoman, berenang bermain air di dekat sumber mata air yang sekarang sudah terasa tidak alami. Sendang Kanoman yang sekarang jauh berbeda dengan 14 tahun yang lalu. Dulu di sekitar sumber air berupa pepohonan pisang, sekarang telah berubah menjadi bangunan semen bermesin untuk mengambil air dari sumber air utama di Kanoman. Yang terdengar sekarang adalah suara mesin yang bagiku dan bagi orang desa lainnya adalah noise.
Tempat tinggalku yang sekarang di Dusun Barisan, Desa Candimulyo adalah sebuah wilayah kecil yang karena tuntutan administratif menjadikannya tempat potensial, dijadikan ibukota kecamatan. Tak jauh dari rumahku adalah titik pertemuan jalan utama yang dari Tegalrejo, Magelang Kota, dan Blabak tetapi tetap saja jalan-jalan di sekitarku sepi dibandingkan jalan utama kecamatan-kecamatan lain di wilayah Kabupaten Magelang. Jalan utama Candimulyo adalah jalur alternatif dari Yogyakarta menuju Temanggung, tak banyak orang Temanggung yang mengetahui jalan ini.
Kecamatan Candimulyo dengan luas wilayah 4.695 Hektar pada ketinggian sekitar 437 dpl, dibagi menjadi 19 desa. Dari Kantor Kabupaten Magelang berjarak sekitar 17 KM. Sebagian besar penduduk hidup dari bertani. Walau sebagian area persawahan hanyalah sawah tadah hujan, tapi hasil pertanian Candimulyo termasuk lumayan. Candimulyo pernah penghasil ketela terbesar di wilayah Kabupaten Magelang. Wajar jika Candimulyo terkenal dengan home industri pothel dan criping telo di desa Tempak karena di wilayah ini sangat mudah mendapatkan bahan baku utama pothel dan criping telo. Selain digunakan di wilayah sendiri, ketela-ketela ini juga menjadi suplay utama untuk industri-industri jajanan khas Magelang, gethuk.
Selain ketela, Candimulyo terkenal karena durian. Saat-saat tertentu Candimulyo ramai dikunjungi orang dari wilayah lain untuk mencicipi durian segar, dari pohon-pohon durian yang tersebar di Candimulyo. Desa yang terkenal duriannya di Candimulyo adalah desa Sonorejo, Surojoyo, dan Giyanti walaupun di desa-desa lain secara umum kualitas duriannya hampir sama. Durian dari Candimulyo menjadi spesial karena buahnya yang besar, daging tebal, rasa manis khas durian, pongge (bijih durian) kecil. Pohon durian selama berbuah tidak disuntik dengan bahan-bahan kimia, hanya dilakukan perawatan-perawatan alami.
Potensi wisata di Candimulyo sangatlah potensial jika dikembangkan lebih jauh. Beberapa bangunan candi dan peninggalan bersejarah dari peradaban nenek moyang diketemukan di Candimulyo. Nama Candimulyo pun itu karena di wilayah ini terdapat bangunan candi besar yang sudah terkubur dan yang hanya terlihat adalah puncak candi, kata sebagian orang candi tersebut seperti Candi Borobudur dan lebih tua. Selain itu terdapat juga wisata budaya yang hanya ada sekali setahun, nyadran di Dusun Gupitan. Menurut cerita turun-temurun, di pekuburan Dusun Gupitan inilah terdapat makam Pangeran Candra Bumi. Beberapa sumber air di wilayah Candimulyo disakralkan oleh warga sekitar Candimulyo dan daerah-daerah lain.
Di desa Bateh terdapat seni tari Dayakan atau disebut Topeng Ireng. Seni tari ini mengisahkan perjuangan seorang pertapa untuk membuka lahan hutan untuk dijadikan pemukiman, dimana dihutan tersebut terdapat manusia rimba. Pertapa tersebut melawan para manusia rimba dan mengajari mereka untuk hidup sebagai manusia biasa, mengajak mereka membuka hutan, membuka lahan pertanian, dan mengajari seni bela diri.
Catatan-catatan yang perlu diperhatikan dari Candimulyo adalah pengembangan infrastruktur yang lambat. Hingga saat ini, hampir 90% wilayah Candimulyo tidak memiliki jaringan telepon tetap (fixed phone). Dahulu pernah dipasang jaringan kabel telepon oleh Telkom tetapi tak sampai selesai pemasangan sempurna, sudah banyak kabel-kabel yang hilang karena pencurian. Otomatis dalam hal pengembangan dan penyebaran informasi melalui internet juga hampir tidak ada. Di institusi pemerintahan dan pendidikan sendiri, pengembangan teknologi informasi juga dirasa sangat kurang.
Akses internet menggunakan jaringan seluler juga terasa sulit. Seolah operator seluler setengah hati dalam memberikan pelayanan karena alasan profit, wilayah Candimulyo tidak potensial dan kurang menguntungkan bagi operator seluler. Dari pemerintah sendiri juga kurang perhatian dan mungkin kurang menyadari pentingnya teknologi komunikasi untuk penyebaran informasi.
Memang tak banyak penduduk Candimulyo yang melek teknologi. Jika dibuat sebuah estimasi, hanya sekitar 5% dari penduduk yang sudah pernah kontak dengan internet, hanya 70% mengenal handphone. Untuk sebuah wilayah kecamatan di Kabupaten Magelang, Candimulyo merupakan kecamatan yang terpuruk teknologinya.
Perlu ada stimulus-stimulus untuk menciptakan ketertarikan masyarakat terhadap teknologi komunikasi. Tentu saja sebelum membuat stimulus perlu ada infrastruktur pendukungnya, minimal satu komputer di setiap sekolah tingkat SD sudah bisa terhubung dengan jaringan internet, terlebih untuk kantor-kantor muspida kecamatan.
Candimulyo, dataran di kaki Merbabu yang tersembunyi.
aku ora maca blasss… mung arep melu bungah, saiki wes dadi pendekartidar[dot]org

.-= Artikel terakhir Andy MSE: Menuju Festival Reyog Mini =-.
perpustakaan dari buku dan kertas mas,…
wadoh …
.-= Artikel terakhir suryaden: Telaga Ngebel =-.
Waduw… Sebuah ironi di 64 tahun negaraku
Gambar Getuknyaaa…… mak nyus tenan… my fave picture tuh…
*MAGELANG SEJATI*
.-= Artikel terakhir han: Komoditas bernama “KEMISKINAN” =-.
alam adalah anugrah kitab maha luas…
lam kenal dulu deh buat semuanya.
aku lum ngerti apa2 tapi insyaallah bisa ikut meramaikan,
buat nanank, ajarin yah mas. 🙂
lha ingsung ngersakake pothile endi?
.-= Artikel terakhir Kanjeng Adipati: Lapangan RINDAM IV =-.
dolan omahku bos, tak sangoni pothil,,
wah undangan menarik nich…..nuwun sebelumnya
*alamatnya pundi?
8)
.-= Artikel terakhir ikhsan: Waspadalah walau di Masjid =-.
barisan tapi lebih maju dlm hal teknologi drpd giyanti,akses pendidikan sdh gampang,
maaf boleh tahu kisah secara lengkap masalah mata air kanoman?