MARI KITA BERCERMIN


Apa sih definisi blogger? Secara sederhana tentu saja dapat dipahami bahwa pelaku suatu proses blogging bisa disebut blogger. Dengan bahasa lain, seseorang yang memiliki blog adalah seorang blogger. Namun dari kedua rumusan tersebut, saya cenderung untuk mengatakan bahwa pelaku blogging-lah yang lebih tepat disebut sebagai blogger, real blogger.

Perbedaaannya bagaimana? Membuat blog itu mudah. Banyak penyedia layanan blog gratisan mengatakan hanya cukup tiga langkah membuat blog. Ciptakan akun, buat nama blog, dan pilih template atau tampilan yang diinginkan! Selesai! Hanya melakukan langkah-langkah tersebut, seseorang sudah memiliki blog dan bisa disebut sebagai seorang blogger menurut definisi yang pertama. Perkara kemudian ia meng-update postingan lima tahun kemudian, tidak pernah mengelola blognya alias jarang membelai sehingga blog-nya menjadi blog yang jablay, namun bisa saja ia disebut blogger. Apakah hanya sebegitu?

Di sisi lain adalah seorang blogger yang konsisten meng-update postingannya. Ia juga senantiasa mengelola blog-nya dengan penuh semangat. Iapun secara rutin melakukan blogwalking dan memperluas jaringan pertemanannya. Ia sangat menghayati julukan citizen journalist yang disandang oleh blogger sebagai pilar masa depan penggali informasi, bahkan penentu arah opini publik. Intinya segala aspek per-blogging-an dilakukannya dengan sepenuh semangat dan p enjiwaan. Tentu ia berbeda dengan blogger pada definisi yang pertama, dan nyatanya tidak dapat saling dipersamakan. Namun bila sebagian hadirin ditanya tentang arti seorang real blogger, tentu banyak yang sependapat bahwa contoh kedualah yang bisa mewakili seorang blogger.

Pertanyaannya kemudian adalah kenapa perbedaan tersebut bisa terjadi. Banyak jawaban yang bisa dikemukakan! Ada yang bilang bahwa blog hanyalah trend sesaat bagi perjalanan seorang netter, terlebih setelah munculnya berbagai sarana social networking yang lebih mudah dan praktis untuk sekedar narsis. Contoh media yang dimaksud tentu saja facebook, ataupun twitter. Jadi faktor utama mungkin berkenaan dengan kepraktisan media menurut kebutuhan yang bersangkutan.

Faktor kedua bisa jadi terletak pada motivasi. Seseorang yang sedari awal memiliki kegemaran tulis-menulis, tentu akan sangat enjoy menikmati menu-menu suatu blog. Di dalam sebuah blog ia akan dapat menemukan sebuah padang luas tempat ia mencurahkan segenap ide, gagasan, pikiran, opini, aspirasi, curahan hati, bahkan termasuk kreativitas grafis secara manual maupun digital. Untuk golongan yang kedua ini, media semisal facebook atau twitter tentu akan sangat membatasi kreativitas dan imajinasinya, dan bagi mereka ngeblog bukanlah sekedar untuk narsis semata.

Ini tentu saja hanyalah gambaran kasar dari fenomena lesunya banyak blogger yang pada awalnya memiliki semangat ngeblog yang luar biasa. Bahkan memang pada saat ini suasana stagnan dalam ngeblog sudah dialami di banyak komunitas blogger. Dari sekian anggota suatu komunitas, barangkali tinggal beberapa atau paling banter puluhan anggota yang masih konsisten ngeblog. Yang lainnya? Pergi ke laut alias amblas ditelan arus deras update status dan ngetwitt!

Seorang blogger yang sudah jarang membelai blognya tentu lama-kelamaan akan kehilangan spirit ngeblognya, bahkan sama sekali melupakan dunia blogging. Blog yang jarang dibelai bagaikan sebuah rupa yang kehilangan bentuknya, blogger tanpa bleger! Bleger dalam bahasa Jawa artinya badan. Jadi bagaimana sempat punya jiwa dan ruh, bila sekedar bleger-pun sudah tak punya?

Dalam suatu komunitas blogger yang sering melakukan jumpa darat atau kopdaran rutin, alangkah sering dijumpai seseorang yang mengaku sebagai blogger lebih banyak jumlah kehadirannya pada suatu kopdar dibandingkan kehadirannya di blog-nya sendiri melalui postingan. Hal ini berarti bahwa ia kurang mengupdate atau membuat postingan di blog-nya. Apakah kemudian dapat disimpulkan bahwasanya blogger yang demikian hanyalah β€œmengaku” sebagai blogger, hanyalah sekedar kulit tanpa isi alias hoaxxxx? Bagaimana pendapat sampeyan?

Ndalem Peniten, 17 Februari 2011